Banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sudah 21 hari belum surut. Total ada tujuh kabupaten di Kalbar dilanda banjir. Puluhan ribu jiwa terdampak bencana. Upaya mitigasi perlu terus diperkuat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·5 menit baca
JAKA KEMBARA UNTUK KOMPAS
Warga terdampak banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, mengungsi ke kebun karet dan mendirikan tenda, Rabu (10/11/2021).
PONTIANAK, KOMPAS — Tujuh kabupaten di Kalimantan Barat dilanda banjir. Bahkan, banjir di Kabupaten Sintang sudah terjadi sekitar 21 hari. Mitigasi bencana hendaknya terus ditingkatkan karena ancaman bencana belum berakhir.
Tujuh kabupaten yang dilanda banjir tersebut, yaitu Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Sekadau, Sanggau, Ketapang, dan Bengkayang. Banjir di Kabupaten Sintang dalam kurun waktu 30-40 tahun terakhir merupakan banjir terparah.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Selasa (9/11/2021) yang dirilis Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana BNPB Abdul Muhari, banjir di Kabupaten Sintang berdampak pada 12 kecamatan. Sebanyak 140.468 jiwa terdampak, sekitar 35.117 rumah terendam banjir hingga 3 meter, lima jembatan rusak berat, dan beberapa sarana prasarana lainnya juga terdampak.
Terdapat 32 titik pengungsian, tetapi lebih banyak warga yang mengungsi ke tempat kerabat. Sebanyak 24 titik dapur umum sudah didirikan untuk memasok pangan bagi warga terdampak banjir.
Masih tingginya muka air yang merendam wilayah, termasuk ruas jalan nasional, menyebabkan mobilisasi terhambat. Beberapa gardu PLN juga terendam sehingga ada daerah yang tidak dialiri listrik. Selain itu, salah satu penyedia layanan sinyal telekomunikasi juga belum sepenuhnya lancar akibat menara BTS terendam banjir.
Randi Wira Aji (22), sukarelawan banjir di Sintang, menuturkan, potensi kenaikan banjir masih terjadi karena masih hujan. Ketinggian banjir di jalan lintas Melawi di kota Sintang sekitar 1,5 meter, sejauh 2 km. Transportasi hingga kini masih terhambat. Jalur tersebut terhubung hingga ke Kabupaten Kapuas Hulu.
”Pusat perbelanjaan di jalan tersebut tutup semuanya,” ungkap Randi.
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Warga Sintang, Kalimantan Barat, yang masih bertahan di dalam rumah meski dikepung banjir. Mereka memodifikasi drum untuk alat transportasi, Sabtu (30/10/2021).
Jaka Kembara (31), sukarelawan penanganan banjir Sintang lainnya, menambahkan, warga ada yang mengungsi di kebun karet. Mereka mendirikan tenda secara mandiri.
”Yang kami jumpai setidaknya ada lima keluarga atau 28 jiwa yang mengungsi ke kebun karet. Ada satu warga lansia dan satu orang disabilitas,” ungkap Jaka.
Banjir setinggi 1-3 meter juga masih merendam Kabupaten Kapuas Hulu. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas Hulu Gunawan menuturkan, 41 desa di enam kecamatan terdampak. Sebanyak 11.751 jiwa terdampak atau 3.615 keluarga, 2.428 rumah terendam, dan 77 fasilitas umum terdampak.
Pastikan struktur pemerintahan hingga ke desa diaktifkan.
Demikian juga di Kabupaten Sekadau. Berdasarkan data BPBD Sekadau, 18.678 jiwa atau 5.234 keluarga terdampak. Sebanyak 2.956 jiwa atau 836 keluarga mengungsi. Banjir di Sekadau merendam 26 desa di enam kecamatan.
Kepala BPBD Kabupaten Sanggau, Siron, menuturkan, jumlah warga terdampak banjir di Sanggau 8.296 keluarga atau 26.247 jiwa. Mereka tersebar di enam kecamatan. Jumlah warga yang mengungsi sebanyak 223 keluarga atau 584 jiwa.
Perkuat mitigasi
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar Nikodemus Ale menuturkan, banjir di Kalbar, khususnya di Kabupaten Sintang, merupakan banjir terbesar dalam kurun waktu 30-40 tahun terakhir. Potensi bencana masih besar ke depannya karena La Nina diprediksi hingga tahun depan.
Oleh karena itu, pemerintah daerah (pemda) perlu terus meningkatkan mitigasi bencana. Bagaimana mendata lokasi mana saja yang berpotensi terjadi bencana beserta warga yang rawan terdampak banjir hingga ke kecamatan dan desa/kelurahan. Ketika peta rawan bencana sudah kuat, maka dapat menentukan fokus penanganan.
”Data ini penting diperkuat dalam mitigasi bencana. Data pemda sudah lengkap atau belum,” ujar Nikodemus.
Selain itu, menyiapkan personel salah satunya BPBD dan sebagainya. Hal itu juga perlu dukungan anggaran. Kabupaten hendaknya memperkuat anggaran mengahadapi bencana. Kemudian, peringatan dini juga bagian yang penting.
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Warga terdampak banjir di Sintang, Kalimantan Barat, membangun panggung di dalam rumah untuk tempat berlindung, Sabtu (30/10/2021).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ada di semua daerah yang merilis prakiraan cuaca. Data tersebut hendaknya dikomunikasikan hingga ke jenjang terkecil melalui struktur pemerintah sampai ke tingkat desa dengan turun ke lokasi. Sebab, tidak semua daerah terjangkau informasi telekomunikasi.
”Pastikan struktur pemerintahan hingga ke desa diaktifkan,” ujarnya lagi.
Dalam jangka panjang, pemda perlu meninjau ulang tata ruang Provinsi Kalbar dan kabupaten yang rawan bencana. Sebab, bencana yang terjadi tidak semata faktor cuaca, tetapi juga karena degradasi lingkungan akibat alih fungsi lahan.
Gubernur Kalbar Sutarmidji menuturkan, saat ini pemerintah fokus menjamin keselamatan dan pasokan memenuhi kebutuhan bahan makanan pokok masyarakat. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalbar sudah ditunjuk sebagai Satgas Banjir untuk memastikan ketersediaan pangan warga terdampak banjir.
Namun, tidak mudah menangani banjir di tujuh kabupaten. Tujuh kabupaten itu sama dengan luas Pulau Jawa.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Kalbar telah diminta berkantor di Sintang dan Melawi. Gubernur meminta dinsos memastikan dapur umum beroperasi. Dapur umum juga akan didirikan di Sanggau. Stok makanan di dapur umum mencukupi untuk dua bulan.
Pertamina diminta operasi pasar elpiji ke rumah-rumah warga terdampak. Sebab, warga banyak yang bertahan di rumah. Segala sesuatu sudah dikoordinasikan. Semua sumber daya dan kemampuan sudah dikerahkan.
”Namun, tidak mudah menangani banjir di tujuh kabupaten. Tujuh kabupaten itu sama dengan luas Pulau Jawa,” ungkap Sutarmidji.
Pemprov Kalbar beberapa waktu lalu telah mengucurkan bantuan beras 100 ton untuk Kabupaten Sintang sehingga total dengan cadangan pangan 200 ton. Untuk Kabupaten Melawi 50 ton dan cangan pangannya 100 ton sehingga total 150 ton.
Untuk Kabupaten Sekadau sebanyak 125 ton dan Kabupaten Sanggau 150 ton. Kabupaten Kapuas Hulu masih ada 45 ton cadangan pangannya. Jika habis, mereka bisa berkoordinasi dengan pemprov dan akan segera dikirim.
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Suasana pertambangan emas ilegal di Sungai Kapuas, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, 30 Juni 2019.
Ke depan, daerah yang rawan banjir harus sudah memiliki basis data. Misalnya, jika ketinggian air 1 meter berapa warga terdampak, lokasinya di mana dan di mana tempat evakuasi disiapkan. Dengan demikian, semuanya akan terukur.
Selain itu, ada hal-hal yang akan ditangani pascabanjir, misalnya mengevaluasi tata ruang dan perizinan investasi. Termasuk juga pembenahan fasilitas dan rumah warga terdampak jika ada yang rusak. Atau mungkin jika warga perlu direlokasi, akan direlokasi jika diperlukan, termasuk penanganan kesehatan warga.