Ipong Purnama Sidhi, Seniman dan Kurator Bentara Budaya, Berpulang di Bali
Ipong Purnama Sidhi, ilustrator di harian ”Kompas” hingga 2015 yang juga aktif sebagai kurator Bentara Budaya, dimakamkan di kompleks Makam Muslim Gianyar, Bali, Selasa (9/11/2021). Ipong berpulang di Bali, Selasa.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
GIANYAR, KOMPAS — Seniman Ipong Purnama Sidhi (66) tutup usia di Bali, Selasa (9/11/2021) pagi. Ipong Purnama Sidhi yang dikenal sebagai ilustrator di harian Kompas hingga 2015 dan juga aktif sebagai kurator Bentara Budaya itu dimakamkan di kompleks Makam Muslim Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa.
Pemakaman Ipong Purnama Sidhi di kompleks Urusan Pekuburan dan Duka Umat Islam (Urpud) Makam Muslim Kabupaten Gianyar, Bali, berlangsung dalam kesederhanaan. Di antara pelayat, hadir penulis dan kritikus seni Jean Couteau, sastrawan Warih Wisatsana, dan seniman Widi S Martodihardjo, serta perwakilan Kompas Gramedia dan Bentara Budaya Bali. Istri almarhum, Heriyati Kusuma, putri mereka, Sekarputri Sidhiawati, serta menantu, Agung Prabowo, mengantarkan Ipong Purnama Sidhi ke tempat peristirahatan abadinya.
Sekitar sebulan lalu, Ipong dan Heriyati ke Bali untuk berlibur. Mereka menginap di dekat kediaman Sekarputri dan Agung Prabowo di Tegallalang, Ubud, Gianyar.
”Mas Ipong dari dulu senang sama Bali. Sekarang, dia tidur abadi di Bali,” kata Heriyati yang 41 tahun mendampingi Ipong.
Ipong Purnama Sidhi dikenal sebagai sosok yang aktif bergerak. Seniman Widi S Martodihardjo mengenang almarhum sebagai sesama seniman dan kawan yang ringan tangan untuk membantu teman.
”Mas Ipong banyak membantu ketika saya menyiapkan pameran. Sayangnya, karena pandemi Covid-19, rencana pameran saya terpaksa dibatalkan,” kata Widi ketika ditemui seusai pemakaman almarhum.
Hingga 2015, Ipong bekerja di Kompas. Menjelang purnakarya di Kompas Gramedia, Ipong menggelar pameran lukisan dan ilustrasi cerita pendek buah karyanya di Bentara Budaya Jakarta, Februari 2015. Meskipun pensiun dari Kompas Gramedia, Ipong tetap terlibat di Bentara Budaya, lembaga kebudayaan Kompas Gramedia, dan menjadi kurator Bentara Budaya.
Ipong juga tetap berkreativitas. Alumnus Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI) Yogyakarta yang kemudian mempelajari seni grafis di Swedia ini masih rutin menggelar pameran setelah pensiun. Heriyati menuturkan, Ipong masih kuat menahan sakit yang dideritanya, di antaranya bronkitis, dan tetap bersemangat karena almarhum mencintai seni.
Heriyati mengungkapkan, almarhum suaminya senang dan bersemangat ketika Bentara Budaya mengadakan kegiatan.
”Sejak pandemi Covid-19, kegiatan Bentara Budaya menjadi jarang. Kami menjadi lebih sering berdiam di rumah. Itu membuat stres dan membosankan,” ujar Heriyati.
Selama di Bali, Ipong tidak pernuh mengeluh meski sedang sakit. Selasa pagi, keluarga berencana mengajak Ipong ke rumah sakit di Mas, Ubud, Gianyar, untuk menjalani kontrol kesehatan.
”Sampai tadi pagi, Mas Ipong bilang dia mau tiduran sebentar setelah selesai sarapan,” ujar Heriyati.
Sekarputri mengatakan, mereka sekeluarga bersepakat untuk memakamkan almarhum di Bali karena mereka mengenal mendiang juga senang tinggal di Bali, selain di Jakarta.