Kawasan pesisir Teluk Lampung menjadi langganan banjir rob setiap akhir tahun. Aktivitas nelayan dan warga setempat pun terganggu.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Banjir akibat limpasan air laut ke darat atau rob melanda permukiman warga di pesisir Teluk Lampung sejak empat hari terakhir. Selain merusak infrastruktur jalan, limpasan air laut juga mengganggu aktivitas perdagangan ikan di Bandar Lampung.
Pantauan Kompas, Senin (8/11/2021), di kawasan Pasar Ikan Gudang Lelang, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung, banjir rob yang menggenangi kawasan itu sudah surut. Jalan-jalan dan rumah warga sudah tidak tergenang air laut. Meski begitu, air laut masih terlihat menggenangi saluran air di permukiman nelayan itu.
Di sejumlah titik, jalan di kawasan perkampungan tersebut juga tampak berlubang. Banjir rob pun membawa sampah plastik dari laut ke daratan. Akibatnya, setiap pagi warga harus membersihkan halaman rumah dari sampah yang terbawa banjir.
Masirin (38), nelayan setempat, menuturkan, banjir rob datang mulai pukul 19.00. Ketinggian air berkisar 10-40 sentimeter. Banjir rob biasanya baru surut jelang tengah malam sekitar pukul 23.00.
Selain menggenangi jalan di perkampungan, limpasan air laut juga menggenangi kawasan pasar ikan yang beroperasi sejak sore hingga malam hari. ”Aktivitas pembongkaran ikan dari kapal nelayan ke daratan jadi terganggu karena jalanan tergenang air laut,” kata Masirin.
Saat ini, kata dia, warga masih bersiaga karena banjir rob diprediksi masih berpotensi menggenangi permukiman penduduk di kawasan pesisir Teluk Lampung tersebut hingga sepekan ke depan. Warga yang sebagian nelayan juga khawatir perahu mereka hancur diterjang ombak. Nelayan bingung menaruh perahu karena bibir pantai kini telah berubah menjadi permukiman nelayan.
Yeni (38), warga lainnya, menuturkan, banjir rob juga mengganggu aktivitas perdagangan ikan di pasar tersebut. Pedagang ikan yang tidak punya lapak jadi tidak bisa berjualan karena jalanan tergenang banjir. Aktivitas jual-beli ikan di pasar itu juga lebih sepi dibandingkan dengan hari biasanya. ”Pembeli malas ke pasar karena jalanan becek dan susah dilewati. Pedagang ikan juga tutup lebih cepat,” ujarnya.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Lampung Kusaeri menuturkan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Lampung, banjir rob diprediksi masih akan melanda kawasan pesisir Bandar Lampung hingga sepekan mendatang. Selain itu, para nelayan juga diminta mewaspadai gelombang tinggi di perairan Lampung.
Selain kawasan Gudang Lelang, kata dia, daerah yang rentan digenangi banjir limpasan air laut adalah Pulau Pasaran dan kawasan nelayan Sukaraja. Selama ini, wilayah tersebut memang menjadi langganan banjir rob setiap tahun.
Koordinator Prakirawan BMKG Maritim Panjang Rifki Arif mengatakan, BMKG Maritim Lampung telah mengeluarkan peringatan dini banjir rob kepada nelayan. Selain melalui situs resmi, informasi peringatan dini banjir rob juga disebarkan melalui media sosial agar langsung diterima oleh masyarakat dan kelompok nelayan.
Nelayan di Teluk Lampung juga diminta mewaspadai gelombang tinggi. Menurut data prakiraan cuaca BMKG Maritim Lampung, gelombang tinggi disertai angin kencang berpotensi terjadi di Teluk Lampung bagian selatan, Selat Sunda bagian barat, perairan barat Lampung, dan Samudra Hindia bagian barat. Kondisi itu diperkirakan masih akan terjadi selama tiga hari ke depan.
Rifki menyebutkan, gelombang paling tinggi terpantau di wilayah Samudra Hindia Barat Lampung. Di kawasan itu, gelombang laut dapat berkisar 4-6 meter. Sementara gelombang di wilayah Teluk Lampung bagian Selatan berkisar 1,25-2,5 meter. Adapun tinggi gelombang di perairan Barat Lampung dan Selat Sunda bagian barat berkisar 2,5-4 meter.