Empat Penumpang Perahu Terbalik Berhasil Ditemukan, Lima Lainnya Terus Dicari
Pencarian dan penyelamatan korban perahu terbalik di Bengawan Solo, hingga hari ketiga, Jumat (5/11/2021), telah menemukan total sebanyak empat penumpang. Cuaca buruk seperti angin kencang dan hujan menjadi kendala.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Empat penumpang perahu terbalik di Bengawan Solo, Tuban, berhasil ditemukan di hari ketiga atau Jumat (5/11/2021). Cuaca buruk seperti angin kencang dan hujan yang terus mengguyur menjadi kendala pencarian.
Kepala Kantor SAR Surabaya Hari Adi Purnomo mengatakan, hingga saat ini total korban insiden perahu terbalik sebanyak 19 orang. Dari jumlah tersebut, 10 orang penumpang berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat pada hari pertama kejadian, Rabu (3/11/2021). Evakuasi dilakukan oleh masyarakat sekitar.
Pada hari kedua, upaya evakuasi dengan mengerahkan belasan perahu karet dan perahu besi yang dilakukan oleh tim gabungan berhasil mengevakuasi tiga penumpang. Semua korban ditemukan dalam keadaan meninggal dan saat ini berhasil diidentifikasi oleh tim DVI Kepolisian Daerah Jatim.
”Memasuki hari ketiga, tim berhasil mengevakuasi satu korban dalam kondisi meninggal. Korban yang ditemukan pukul 06.30 waktu setempat tersebut berjenis kelamin laki-laki dengan ciri-ciri mengenakan baju koko warga cokelat dan bercelana hitam,” ujar Hari Adi Purnomo.
Hari mengatakan, empat korban yang ditemukan adalah Agus Tutin (28), warga Tuban; Kasian (65), warga Bojonegoro yang merupakan nakhoda perahu; dan Toro (40), warga Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Satu lagi korban belum diketahui identitasnya. Namun, ada dugaan korban bernama Basori berdasarkan pengakuan keluarganya.
Menurut Hari, tim pencari dan penyelamat terus berupaya maksimal menemukan korban perahu terbalik yang hilang di Bengawan Solo. Salah satunya memperluas area penyisiran dari sebelumnya radius 40 kilometer (km) menjadi 55 km. Pihaknya juga mengerahkan 16 perahu karet dan 3 perahu besi.
Untuk mengefektifkan upaya pencarian, area pencarian dibagi menjadi lima sektor dan setiap sektor memiliki tim sendiri. Selain di perairan Bengawan Solo, pencarian korban juga dilakukan dengan mengerahkan tim khusus untuk memantau di wilayah daratan di sepanjang aliran sungai.
Tim pencari ini terus memantau tempat-tempat yang dicurigai. Upaya pencarian hari ketiga terkendala oleh cuaca buruk seperti angin kencang dan hujan yang terus mengguyur. Hal itu mengakibatkan jarak pandang terbatas,
Hari mengatakan, jumlah korban perahu tenggelam yang terdata awalnya hanya 17 orang dengan rincian 10 penumpang selamat dan tujuh lainnya dinyatakan hilang. Namun, memasuki hari kedua, ada tambahan korban Agus Tutin yang tidak terdaftar dalam manifes sehingga jumlah total menjadi 18 penumpang.
Masih di hari kedua pencarian, tim pencari dan penyelamat menerima laporan dari pihak keluarga yang merasa anggota keluarganya ikut menjadi penumpang perahu yang terbalik. Korban dilaporkan bernama Arifin yang tidak lain merupakan teman Agus Tutin. Dengan adanya laporan itu, total korban kecelakaan bertambah menjadi 19 orang.
”Mohon doanya semoga seluruh korban segera ditemukan dan dievakuasi,” ucap Hari Adi Purnomo.
Perahu yang mengalami kecelakaan lalu lintas di Sungai Bengawan Solo merupakan perahu tambang. Perahu tradisional ini telah lama dipakai sebagai angkutan penyeberangan yang menjadi tulang punggung mobilitas masyarakat dari Tuban menuju Bojonegoro dan sebaliknya. Perahu itu diandalkan sebagai sarana penghubung karena belum ada jembatan penyeberangan yang melintasi permukaan sungai tersebut.
Saat terjadi kecelakaan, perahu tengah dalam perjalanan dari Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel, Tuban, menuju Desa Semambung, Kanor, Bojonegoro. Perahu tiba-tiba terbalik dan tenggelam setelah dihantam arus sungai yang deras. Seluruh penumpang termasuk tujuh sepeda motor hanyut.
Sementara itu, Pemprov Jatim mulai menyalurkan bantuan kepada para korban perahu terbalik di Tuban dan Bojonegoro. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Jumat, memberikan santunan sebesar Rp 10 juta kepada masing-masing ahli waris korban yang meninggal. Adapun para korban selamat menerima bantuan berupa bahan kebutuhan pokok.
Khofifah mengatakan, kecelakaan perahu terbalik menjadi pelajaran penting tentang pentingnya keselamatan penumpang pada moda transportasi angkutan penyeberangan sungai dan danau. Standar layanan minimal angkutan penyeberangan seharusnya dipenuhi demi keselamatan penggunanya.
Mantan Mensos ini mengakui di Jatim banyak warga yang mengakses angkutan penyeberangan seperti di Rengel, Tuban. Hal itu menjadi alternatif pilihan untuk mempercepat waktu perjalanan karena angkutan penyeberangan bisa memperpendek jarak tempuh.
Sebagai moda transportasi massal, perahu penyeberangan seharusnya memiliki standar laik jalan, trayek yang jelas, dan nakhodanya tersertifikasi. Keamanan dan keselamatan pengguna atau penumpangnya juga harus diperhatikan. Contohnya penumpang harus mengenakan jaket pelampung.