Tiga Penumpang Ditemukan Meninggal di Bengawan Solo, Lima Masih Hilang
Upaya pencarian korban perahu terbalik di Bengawan Solo, tepatnya tempat penyeberangan Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel, Tuban, berhasil menemukan tiga orang. Lima penumpang masih dicari dan operasi diintensifkan lagi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/BAHANA PATRIA GUPTA
·4 menit baca
TUBAN, KOMPAS — Pada hari kedua, tim penyelamat telah menemukan tiga korban perahu terbalik di penyeberangan Sungai Bengawan Solo, Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel, Tuban. Lima korban lain masih hilang. Pencarian pun dilanjutkan dengan menyisir sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo dari Tuban, hingga Lamongan.
Kepala Kantor SAR Surabaya Hari Adi Purnomo mengatakan, tiga korban yang ditemukan meninggal tersebut semuanya berjenis kelamin laki-laki. Jenazah sudah dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tuban dan ditangani langsung oleh RS dan diproses identifikasi oleh tim DVI Kepolisian Daerah Jatim.
”Dari tiga korban yang ditemukan, baru satu orang yang berhasil diidentifikasi identitasnya. Korban bernama Agus Tutin (20). Dia tidak masuk dalam daftar tujuh penumpang yang dinyatakan hilang sehingga dimasukkan sebagai tambahan baru,” ujar Hari Adi Purnomo.
Korban Agus Tutin ditemukan oleh tim SAR gabungan pada pukul 09.15 waktu setempat. Lokasi penemuan jenazah berjarak 6 kilometer dari lokasi kecelakaan perahu penyeberangan. Korban berikutnya berjenis kelamin laki-laki ditemukan pada pukul 13.15 waktu setempat. Jenazahnya ditemukan di lokasi kejadian.
Selang 30 menit kemudian atau tepatnya pukul 13.45, tim SAR gabungan kembali menemukan satu korban. Lokasi penemuan korban ketiga yang juga berjenis kelamin laki-laki ini berjarak 1 kilometer dari lokasi terbaliknya perahu penyeberangan.
Dengan adanya satu korban tambahan, jumlah total korban kecelakaan perahu terbalik di Bengawan Solo mencapai 18 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10 orang selamat, tiga meninggal dunia, dan lima orang lainnya belum ditemukan. Jumlah korban itu bertambah dibandingkan dengan sebelumnya 17 orang dengan rincian 10 orang selamat dan tujuh orang dinyatakan hilang.
”Semoga tidak ada laporan tambahan korban lagi dari masyarakat. Mohon doanya semoga semua korban segera ditemukan. Tim pencari dan penyelamat terus berupaya maksimal,” ujar Hari Adi Purnomo.
Kecelakaan terjadi pada perahu yang menjadi angkutan penyeberangan di Sungai Bengawan Solo, Rabu (3/11/2021). Perahu tambangan itu menyeberangkan warga dari Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel, Tuban, menuju Desa Semambung, Kanor, Bojonegoro. Di atas perahu juga terdapat tujuh sepeda motor.
Akibat kecelakaan tersebut, sebanyak 18 penumpang perahu (data sementara), termasuk anak berusia di bawah lima tahun (balita) tercebur ke sungai.
Jumlah korban tersebut kemungkinan bisa bertambah karena berdasarkan informasi dari pengelola perahu, terdapat penumpang yang tidak dikenal oleh warga. Ketiadaan manifes penumpang menjadi kendala tersendiri dalam pendataan korban kecelakaan.
Sementara itu, Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta mengatakan, pihaknya mengajak seluruh masyarakat membantu upaya pencarian korban dengan menyusuri daerah aliran sungai. Setelah tenggelam selama 30 jam, tubuh korban diperkirakan akan mengambang.
”Langkah yang ditempuh untuk mencari korban dengan membentuk enam satgas (satuan tugas). Satu satgas bertugas mencari di wilayah daratan, sedangkan lima satgas menyisir perairan,” kata Nico.
Nico mengatakan, upaya pencarian korban dilakukan dengan menyisir sungai sepanjang 40 kilometer atau sampai di bendungan. Sejalan dengan upaya pencarian korban, Polda Jatim juga berupaya menstandardisasi keamanan dan keselamatan angkutan penyeberangan untuk mengelola masyarakat yang akan menyeberang sungai.
Di sisi lain, masyarakat memerlukan edukasi agar mereka bisa memantau kondisi sungai, terutama pada saat arus air deras yang membahayakan keselamatan. Keselamatan harus diutamakan agar kegiatan masyarakat tetap bisa berjalan. Pada saat bersamaan, tim SAR gabungan tetap bisa melakukan upaya pencarian dan penyelamatan korban.
Penyeberangan tetap berjalan
Nico menambahkan, berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara dan keterangan yang disampaikan sejumlah saksi peristiwa, kecelakaan disebabkan oleh arus air sungai yang sangat deras sehingga perahu yang tengah menyeberang terbalik. Kondisi itu diperparah oleh para penumpang yang kebanyakan belum bisa berenang. Masyarakat sekitar telah memberikan pertolongan sehingga beberapa korban bisa diselamatkan.
Perahu tambangan sejatinya telah lama menjadi tumpuan mobilitas masyarakat Tuban yang hendak menuju Bojonegoro dan sebaliknya. Perahu ini menjadi angkutan penyeberangan sungai karena ketiadaan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Regel, Tuban, dengan Kecamatan Kanor, Bojonegoro.
Pemerintah pusat telah merencanakan pembangunan jembatan penghubung yang melintasi Sungai Bengawan Solo. Proses pembangunannya saat ini masih dalam tahap konstruksi tiang pancang. Kehadiran jembatan ini nantinya akan mempermudah aktivitas penyeberangan dari Tuban menuju Bojonegoro.
Di dermaga tambangan yang menghubungkan Desa Ngadirejo dengan Desa Semambung sejatinya terdapat dua perahu yang beroperasi. Perahu yang mengalami kecelakaan itu milik Pemerintah Desa Semambung dan dikelola oleh kelompok masyarakat. Perahu lainnya dikelola oleh masyarakat Tuban.
Meski terjadi kecelakaan, operasional perahu penyeberangan dari Rengel menuju Kanor tidak dihentikan. Perahu penyeberangan yang tersisa tetap diperbolehkan beroperasi untuk melayani mobilitas warga. Terkait regulasinya, akan diatur oleh Pemerintah Kabupaten Tuban.
”Akan dilakukan koordinasi supaya penyeberangan tetap beroperasi sehingga kegiatan masyarakat juga bisa berjalan. Aturan harus dipatuhi. Tidak hanya manifes penumpang, tetapi juga ketersediaan baju pelampung sehingga kegiatan penyeberangan memenuhi standar keselamatan dan keamanan moda transportasi,” ucap Nico Afinta.