Lembaga yang terindikasi mendanai aktivitas radikalisme diperiksa berdasarkan pengembangan pemeriksaan terduga terorisme.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri terus memburu sel jaringan Jamaah Islamiyah di Lampung. Selain menangkap tiga terduga teroris, polisi juga menyita ratusan kotak amal sebuah lembaga amil zakat yang diterindikasi mendanai aktivitas radikalisme.
Pada Rabu (03/11/2021), tim densus menggeledah sebuah rumah di Kelurahan Way Halim Permai, Kecamatan Way Halim, Kota Bandar Lampung, Lampung. Dari rumah tersebut polisi menyita ratusan kotak amal kosong dan menangkap seorang pria berinisial DW (45).
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Lampung Komisaris Besar Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, penangkapan DW hasil pengembangan dari penangkapan dua terduga teroris sebelumnya. ”Tim Densus 88 juga menyita 791 kotak amal, sejumlah uang, dan barang lainnya. Kotak amal yang disita adalah milik Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Abdurahman bin Auf (LAZ BM ABA),” kata Pandra.
Selain menerapkan aturan wajib lapor pada warga baru, petugas rukun keluarga juga harus mengenal identitas warga yang tinggal di wilayahnya. (Pandra Arsyad).
Sebelumnya, kata Pandra, Tim Densus 88 menangkap dua pria yang diduga bagian dari jaringan terorisme di Lampung. Keduanya ditangkap di dua lokasi berbeda. Mereka adalah SH (61), ditangkap di Desa Bagelen, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran serta SK (59) yang ditangkap di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Lampung Selatan.
Saat ini, tiga orang itu menjalani pemeriksaan. Mereka diperiksa karena diduga menjadi bagian dari jaringan Jamaah Islamiyah di Lampung. Kotak amal yang selama ini disebarkan di sejumlah toko ritel di Lampung juga disita.
Menurut dia, penangkapan tiga terduga teroris di Lampung itu merupakan pengembangan dari penangkapan terduga teroris di wilayah Jakarta dan Medan. Penyitaan kotak amal yang terindikasi menyokong pendanaan aktivitas radikalisme juga dilakukan dari pengungkapan jaringan terorisme di Lampung pada Desember 2020.
Saat itu, tim densus memindahkan 23 tersangka terorisme dari Lampung ke Jakarta. Mereka adalah kelompok teroris dari jaringan Jamaah Islamiyah (JI) yang ditangkap dari sejumlah daerah, antara lain Lampung dan Sumatera Selatan.
Di antara 23 tersangka itu terdapat dua pentolan JI yang menjadi buron selama belasan tahun, yaitu Zulkarnaen dan Upik Lawanga. Keduanya disebut sebagai dua sosok yang berbahaya karena memiliki keahlian membuat bom berdaya ledak tinggi.
Tim densus juga menelusuri bungker atau ruang bawah tanah di rumah tersangka teroris Upik Lawanga di Desa Sri Bawono, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah. Di desa itu, Upik Lawanga dikenal bernama Syafrudin yang sehari-hari bekerja sebagai peternak bebek dan pandai besi.
Lebih ketat
Pandra meminta agar aparat di tingkat kelurahan lebih ketat memantau warga baru untuk mencegah adanya jaringan radikalisme di Lampung. Selain menerapkan aturan wajib lapor pada warga baru, petugas rukun keluarga juga harus mengenal identitas warga yang tinggal di wilayah itu.
Ketua LK I Kelurahan Way Halim Permai Panut Darwoko menuturkan, rumah tersebut telah disewa selama empat tahun terakhir sebagai kantor lembaga amil zakat Baitul Maal Abdurahman bin Auf. Para pengurus yayasan yang menempati kantor tersebut bukan warga setempat.
Selama ini, kata dia, lembaga itu sering menggelar kegiatan bakti sosial untuk warga sekitar. Selain memberikan bantuan sosial kepada anak yatim, yayasan itu juga sering menggelar kegiatan terapi bekam.
Ia tidak mengetahui jika yayasan tersebut terindikasi membantu aktivitas yang mengarah pada radikalisme. Meski begitu, Panut mengungkapkan para pengurus yayasan memang tidak pernah berbaur dengan warga sekitar.
Secara terpisah, Abdul Syukur dari Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Lampung menilai, Lampung kerap menjadi tempat persembunyian teroris karena lokasinya dekat dengan Ibu Kota. Dari sisi budaya, masyarakat Lampung juga terbuka dengan warga pendatang. Kondisi itu dimanfaatkan sel teroris masuk dan tinggal di Lampung.