Program Bus Listrik Diperluas ke Sejumlah Kota di Indonesia
Program angkutan massal perkotaan berbasis listrik, atau bus listrik, bakal diperluas. Setelah diimplementasikan di Jakarta, program bus listrik serupa disiapkan di Bandung, Jawa Barat, dan Surabaya, Jawa Timur.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Kementerian Perhubungan berencana memperluas program angkutan massal perkotaan berbasis listrik atau bus listrik. Setelah di Jakarta, program serupa disiapkan di Bandung, Jawa Barat, dan Surabaya, Jawa Timur.
Hal itu diungkapkan Direktur Sarana Transportasi Jalan pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Mohamad Risal Wasal, Selasa (2/11/2021).
Risal mengatakan, uji coba implementasi angkutan massal perkotaan berbasis listrik dengan unit bus listrik sedang dijalankan di Jakarta dengan bus Transjakarta. Pengembangan bus listrik selanjutnya disiapkan di Bandung dan Surabaya. Pemerintah menyiapkan skema subsidi beli jasa (buy the service) dalam implementasi angkutan massal perkotaan berbasis listrik dengan bus bertenaga listrik itu.
Risal mengungkapkan hal itu dalam acara tayang bincang (talkshow) dengan topik ”Pengembangan Teknologi Kendaraan Bermotor Fuel Base-Electrical Base” yang diselenggarakan Politeknik Transportasi Darat Bali secara hibrida, yakni secara di luar jaringan (luring) dan di dalam jaringan (daring).
Menurut Risal, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga akan menyiapkan kendaraan listrik di Bali dan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, sebagai dukungan terhadap penyelenggaraan forum internasional Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Bali tahun depan. ”Dunia sedang berubah. Indonesia juga berubah demi membantu dunia menghadapi dampak perubahan iklim,” ujarnya.
Sesi tayang bincang pada Selasa itu juga menghadirkan dua pembicara dari kalangan akademisi, yakni I Nyoman Suprapta Winaya dari Universitas Udayana, Bali, dan Zainal Arifin dari Universitas Negeri Yogyakarta, bersama Ahmad Wildan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Acara tayang bincang yang diselenggarakan Poltrada Bali dibuka Direktur Poltrada Bali Efendhi Prih Raharjo dan menghadirkan Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Darat Nahduddin untuk menyampaikan pidato kunci (keynote speech).
Dalam pidato kuncinya, Nahduddin menyebutkan, Kementerian Perhubungan berkepentingan membangun sumber daya manusia (SDM) serta meningkatkan kapasitas SDM bidang perhubungan menjadi adaptif dan inovatif dalam pengembangan transportasi nasional. Ketika arah dunia berubah dari pemakaian kendaraan bermotor berbahan bakar minyak ke kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, perlu disiapkan SDM perhubungan darat yang andal dan mampu merespons perubahan tersebut.
Teknologi dan keamanan
Langkah Indonesia menapak pengembangan teknologi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai semakin jelas setelah Presiden Joko Widodo meresmikan persiapan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat, 15 September 2021. Sebelumnya, pada 8 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Investigator senior KNKT, Ahmad Wildan, mengungkapkan, komponen kendaraan listrik sangat kompleks, bahkan prosedur standar pemeriksaan dan pengujian kelaikan komponen kelistrikannya mirip standar pemeriksaan dan pengujian terhadap pesawat terbang.
Wildan menyarankan, perlu disiapkan regulasi dan standardisasi mulai dari rancangan kendaraan, rangkaian kelistrikan, hingga material komponen secara jelas dan juga prosedur standar pemeriksaan dan pengujian serta penanganan kedaruratan apabila terjadi kecelakaan kendaraan listrik.
”Kendaraan listrik ini berbeda dengan kendaraan motor berbahan bakar minyak. Kendaraan motor berbahan bakar minyak juga berisikan rangkaian kelistrikan, tetapi tidak sekompleks kendaraan listrik berbasis baterai,” ujar Wildan.
Cadangan minyak sudah semakin menipis sehingga perlu dilakukan penghematan. Di samping itu, diperlukan juga upaya mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi.
Nahduddin mengatakan, Indonesia beruntung memiliki sumber daya alam berupa nikel yang merupakan bahan baku produksi baterai lithium ion. Hingga saat ini, menurut dia, baterai merupakan komponen penting dalam industri otomotif, termasuk produk kendaraan listrik. ”Di samping itu, peran SDM penting dalam mengakselerasi program kendaraan listrik di Indonesia,” kata Nahduddin.
Menurut Suprapta Winaya, pemerintah sudah merancang peta jalan pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai sehingga pemerintah telah menetapkan tahapan pengembangan kendaraan bermotor listrik dan pengalihan dari kendaraan bermotor dengan bahan bakar minyak.
”Seperti diketahui, cadangan minyak sudah semakin menipis sehingga perlu dilakukan penghematan,” kata dosen teknik mesin itu. ”Di samping itu, diperlukan juga upaya mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi,” lanjut Winaya.
Sementara itu, Zainal Arifin mengatakan, pemerintah pernah merencanakan pengembangan industri kendaraan listrik dalam negeri, tetapi rencana itu tidak beranjak. Di sisi lain, pemerintah juga melibatkan kalangan universitas di Indonesia untuk melaksanakan riset, membuat rancangan dan desain kendaraan listrik. Usaha yang dikerjakan di universitas itu, menurut Zainal, masih lebih banyak menghasilkan purwarupa dan belum mengarah ke produksi berskala industri.
”Untuk menuju produksi berskala industri, pengembangannya membutuhkan kerja sama dan kemitraan. Bukan hanya kemitraan dengan pemerintah, melainkan juga dari kalangan industri,” kata Zainal dalam sesi tayang bincang tersebut.