Menginap di Depan Kantor UNHCR Medan, Pengungsi Tuntut Penempatan
Sudah satu malam pengungsi asing menginap dengan mendirikan tenda di depan kantor perwakilan UNHCR Medan, Sumatera Utara. Mereka menuntut kejelasan tentang penempatan ke negara ketiga.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sekitar 150 pengungsi asing sudah satu malam menginap dengan mendirikan tenda di depan kantor perwakilan Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi atau UNHCR Medan, Sumatera Utara. Mereka menuntut kejelasan tentang penempatan ke negara ketiga.
”Sudah 10 tahun kami di Medan dengan status sebagai pengungsi asing. Sejak 2016, bahkan hampir tidak ada penempatan ke negara ketiga,” kata Muhammad Juma (37), pengungsi asal Afghanistan yang menjadi koordinator aksi unjuk rasa, Selasa (2/11/2021).
Para pengunjuk rasa yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak itu mendirikan tenda dari terpal biru sejak Senin. Beberapa ada yang mendirikan kemah. Mereka melewatkan malam di taman kecil di depan Gedung Forum Nine di Jalan Imam Bonjol, Medan, yang merupakan lokasi kantor UNHCR perwakilan Medan itu berada.
”Kami melewati malam tanpa bisa tidur karena hujan deras. Kami akan tetap di sini sampai UNHCR menemui kami,” kata Juma.
Para pengunjuk rasa juga membentangkan poster dan spanduk berisi protes mereka. Selain menuntut agar segera dikirim ke negara ketiga, mereka juga meminta agar diberikan fasilitas berobat ke rumah sakit dan mendapat pendidikan formal untuk anak-anak.
Juma mengatakan, sebagian besar dari mereka adalah pengungsi asing dari Afghanistan. Sebagian lagi dari Pakistan, Irak, dan negara lainnya. Juma menyebutkan, Kanada telah mengumumkan akan menerima 40.000 pengungsi dari Afghanistan setiap tahun. Mereka berharap bisa ditempatkan ke negara itu.
Kanada telah mengumumkan akan menerima 40.000 pengungsi dari Afghanistan setiap tahun. Mereka berharap bisa ditempatkan ke negara itu.
Menurut Juma, mereka sudah berada di Medan sejak 2011. Saat ini, ada sekitar 350 pengungsi asing dari Afghanistan di Medan. Sementara untuk semua pengungsi asing ada sekitar 2.000 orang di Medan.
Mereka mendapat tempat tinggal dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM). IOM juga memberikan biaya hidup Rp 1.250.000 per keluarga ditambah Rp 500.000 untuk setiap anak. Mereka pun mendapat fasilitas kesehatan hanya untuk keadaan darurat.
Wajeeha Batool (40), pengungsi asing dari Pakistan, mengatakan, mereka sangat mengharapkan untuk bisa dikirim ke negara ketiga. Ia sudah 10 tahun berada di Indonesia tanpa kejelasan.
”Saya menikah di Indonesia dan melahirkan anak perempuan yang sekarang sudah berusia 7 tahun. Dia belum pernah mendapat pendidikan formal,” kata Wajeeha.
Wajeeha mengatakan, dirinya sudah beberapa kali melalui tahapan wawancara untuk ditempatkan ke negara ketiga. Namun, hingga kini ia tidak mendapat kejelasan tentang suaka itu.
Hamidullah Ehsani (40), pengungsi asing dari Afghanistan, mengatakan, dirinya dan keluarganya beberapa kali mengalami sakit, tetapi tidak bisa mendapat layanan kesehatan. Mereka mendapat layanan jika mengalami keadaan darurat.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan dari kantor UNHCR perwakilan Medan. Para pengungsi menyatakan sudah ditemui staf UNHCR Medan, tetapi tidak bisa memberikan keputusan apa pun.