Biennale Jatim IX Menimbang Solidaritas Merayakan Kolektivitas
Desentralisasi pergelaran Biennale Jawa Timur IX di seluruh atau 38 kabupaten/kota berupaya membumikan tema ”Padhang Rembugan Menimbang Solidaritas Merayakan Kolektivitas”.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Biennale Jatim IX, pergelaran dwi tahun sebagai barometer aktivitas, kreativitas, dan apresiasi terhadap seni dan budaya di Jawa Timur, digelar kembali pada 19 November-19 Desember 2021. Sebanyak 38 kabupaten/kota terlibat dalam ratusan acara yang digelar oleh seniman/budayawan daerah dan tim kerja tersebut.
Tim Kerja BJIX dalam jumpa pers kesiapan pergelaran itu di Graha Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim, Surabaya, Selasa (2/11/2021) petang, menyatakan, tema kali ini adalah ”Padhang Rembugan Menimbang Solidaritas Merayakan Kolektivitas”.
Direktur BJIX Dwiki Nugroho Mukti mengatakan, sejak BJ8 2019, pergelaran ini menempuh kerja-kerja inklusif yang mencoba mengakomodasi semua seniman/budayawan untuk terlibat. BJ8 dilaksanakan tidak terpusat di suatu kota, terutama di Surabaya, dengan harapan memperluas kolaborasi dan mengakomodasi praktik-praktik seni budaya tradisi bahkan kontemporer yang luput dari atensi.
”Dengan pelaksanaan secara desentralisasi di seluruh kabupaten/kota, kami ingin memantapkan pemetaan dan pengarsipan potensi-potensi seni budaya daerah untuk pengembangan dan kemanfaatan bagi publik,” kata Dwiki. Desentralisasi kolaborasi coba diwujudkan dengan menggalang keterlibatan seniman/budayawan, pemerintah, dan ekosistem pekerja kreatif untuk menggali dan menghadirkan potensi-potensi seni budaya suatu daerah.
BJIX diadakan dalam masa pandemi Covid-19 yang sementara ini melandai. Aktivitas sosial termasuk seni budaya sedang berusaha memulihkan diri dari dampak pandemi sejak Maret 2020. Kehidupan sosial terus diwarnai ketidakpastian. Untuk itu, solidaritas dan kolektivitas menjadi norma penting yang berperan dan perlu dipelihara. Konteks nilai itulah, lanjut Dwiki, coba diwujudkan dalam pelaksanaan BJIX.
Mengenai tema ”Padhang Rembugan” yang notabene pelesetan dari idiom padhang rembulan, menurut Dwiki, tema itu diselaraskan dengan waktu rotasi bulan pada satu purnama, yakni 19 November-19 Desember 2021.
Konsepsi padhang rembulan dalam kultur Jawa berarti pencerahan. Dalam BJIX, nilai-nilai solidaritas dan kolektivitas itu adalah di-ejawantah-kan melalui rembukan, bukan sekadar diskusi, melainkan gotong royong. ”Padhang Rembugan” diharapkan menjadi semangat rakyat seni budaya mendapat manfaat dan pencerahan melalui penguatan kerja kolektivitas dan solidaritas.
Direktur Program Sysca La Veggie dan Direktur Artistik Benny Widyo masing-masing menambahkan, BJIX berupa 115 program di kabupaten/kota dan 11 program oleh tim kerja atau kepanitiaan. Kesebelas program dibagi menjadi pembukaan, sembilan simposium, dan penutupan.
Pembukaan dan simposiun pertama diadakan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, selanjutnya di Kancakona Kopi Jember, Matahati Batu, Warkop Brewok Kediri, Taman Budaya Jawa Timur Surabaya, Universitas Islam Madura Pamekasan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, Dinas Pendidikan Tulungagung, dan simposium sembilan di Patung Singa Madiun. Penutupan diadakan di makam Gubernur Soerjo Magetan.
”Seluruh program dalam BJIX Ini adalah kegiatan utama mengingat semangat solidaritas dan kolektivitas yang menjadi napas pergelaran ini,” kata Sysca.
Masyarakat dapat mengakses seluruh informasi BJIX melalui laman resmi https://jatimbiennale.org dan akun media sosial @jatimbiennale (Instagram), @JatimBiennale (Twitter), dan Jatim Biennale (Facebook). Detail informasi tentang program acara, deskripsi, waktu, dan lokasi dijanjikan bisa diakses di seluruh platform itu mulai Sabtu (6/11/2021).
Benny melanjutkan, daerah dengan program acara terbanyak dalam BJIX ialah Surabaya dan Tulungagung, sebanyak 13 program. Berikutnya adalah Sidoarjo dengan 10 program, Kota Malang dan Bangkalan dengan 7 program, dan Pamekasan dengan 6 program. Kabupaten/kota lainnya mengadakan setidaknya satu program acara.
”Berbeda dengan bienial satu sampai tujuh yang tersentralisasi di Surabaya, edisi delapan mulai desentralisasi ke 17 kabupaten/kota,” kata Benny.
Ada acara yang diadakan sebelum sampai sesudah BJIX. Misalnya, kurun 6 November-31 Desember 2021 ada Art Journey Into The Future terkait perayaan 17 Tahun DAUN Children Art School. Mengambil tema seni maritim untuk masa depan, kegiatannya berupa pameran di Icon Mall Gresik, Kayoene Café Gallery Surabaya, dan MampirNgombe Café Mojokerto.
Selain itu, Koneksi Rabbit Hole dan Gotong Royong Perkawanan, suatu proyek seni di Instagram dan kanal daring (online) di Surabaya dan Madiun.
Ada juga Festival Padhan Njingglang #7 kurun 6-27 November 2021 di Kedai Kosim dan Joglo Sendang Kamulyan di Tulungagung. Acara berupa multiplatform, antara lain pameran, pertunjukan, lokakarya, dan diskusi. Untuk kurun waktu berbeda, di Jurug, Ponorogo, diadakan pameran Seni Rupa Pergerakan 2. Sejumlah dinding jalan di Kota Malang akan menjadi arena pameran Street Pirates.
Benny mengatakan, secara umum, mayoritas program acara di BJIX ialah multiplatform diikuti pameran (seni rupa, fotografi, arsip) dan pertunjukan (drama, tari, musik). Bentuk program acara lainnya ialah riset atau penelitian, public art, proyek seni, lokakarya, dan diskusi. ”Bentuk acaranya amat beragam dengan lintas disiplin, lintas ilmu, dengan harapan benar-benar memperlihatkan solidaritas dan kolektivitas yang menjadi semangat bienial ini,” katanya.