Perebutan ruang hidup antara manusia dan gajah di Lampung kembali menelan korban. Seorang warga Lampung Timur tewas diserang gajah liar yang mencari makan di perkebunan warga.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
LAMPUNG TIMUR, KOMPAS — Sutikno (55), warga Desa Tegalyoso, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur, Provinsi Lampung, tewas diserang gajah liar pada Minggu (31/10/2021) malam. Korban diduga terinjak gajah liar saat hendak mengecek kondisi kebun jagungnya.
Kepala Desa Tegalyoso M Yani mengatakan, korban pertama kali ditemukan dalam kondisi meninggal, Minggu sekitar pukul 20.00. Korban meninggal dengan luka berat di bagian tubuhnya. ”Kaki kiri dan pinggang korban patah. Dada dan kepalanya juga memar karena terinjak gajah,” ujar Yani saat dihubungi dari Bandar Lampung, Senin (1/11/2021).
Dia menjelaskan, Desa Tegalyoso berbatasan langsung dengan Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Jarak desa dengan hutan TNWK yang menjadi tempat tinggal gajah liar hanya sekitar 2 kilometer. Selama ini, gajah liar sering memasuki kebun masyarakat yang ditanami jagung dan pisang.
Minggu petang, kata Yani, ada sekelompok gajah liar sebanyak 24 ekor yang masuk ke perkebunan warga. Sejumlah warga Desa Tegalyoso lalu melakukan penggiringan gajah liar agar masuk kembali ke dalam hutan. Namun, diduga ada dua gajah liar yang keluar dari rombongan dan masih bertahan di sekitar perkebunan warga.
Saat itulah, korban yang bermaksud mengecek kondisi kebunnya diserang gajah. Kendati begitu, tidak ada saksi mata yang melihat langsung kejadian tersebut. Sejumlah warga hanya sempat mendengar korban berteriak meminta tolong.
Yani menambahkan, jenazah korban sudah dimakamkan dan pihak keluarga sudah menerima musibah itu. Aparat desa bersama Pemerintah Kabupaten Lampung Timur juga berencana menggelar rapat koordinasi dengan petugas TNWK untuk membahas persoalan konflik antara gajah dan manusia di kawasan itu.
Insiden tewasnya warga akibat diserang gajah liar itu sempat menyulut kemarahan warga setempat. Sekelompok orang mendatangi kantor Seksi II Bungur TNWK untuk mencari petugas yang berjaga di pos tersebut. Namun, polisi dan aparat desa berusaha menenangkan warga agar tidak berkonflik dengan petugas TNWK.
Selama kurun waktu 30 tahun terakhir, Yani mengatakan, sudah ada empat warga Desa Tegalyoso yang meninggal karena diserang gajah liar. Saat musim panen, kebun jagung warga juga kerap dirusak kawanan gajah liar.
Dia berharap, pemerintah daerah dan pusat bisa membantu masyarakat desa mengatasi konflik dengan satwa liar tersebut. Salah satunya dengan membuat kanal pembatas antara desa dan kawasan TNWK sepanjang 7 kilometer. Dengan kanal pembatas tersebut, gajah liar diharapkan tidak bisa lagi masuk ke perkebunan warga.
Secara terpisah, Pelaksana Harian Kepala Seksi II Bungur TNWK Nazaruddin menuturkan, insiden penyerangan warga oleh gajah liar itu di luar prediksi mahout atau pawang gajah yang membantu warga menggiring gajah. Sebelum kejadian, petugas telah menginformasikan posisi gajah liar pada warga yang siap melakukan penggiringan. Dari pantauan GPS collar yang dipasang di kawanan gajah, pada Minggu sore, posisi gajah berada di dalam hutan dengan jarak sekitar 2 kilometer dari batas TNWK.
Petugas lalu meminta warga desa untuk bersiap menghalau gajah liar agar tidak keluar kawasan hutan dan merusak perkebunan warga. Saat itulah, petugas dan warga fokus menggiring kelompok besar gajah liar. Namun, ternyata masih ada dua gajah liar di sekitar perkebunan. Saat itu, petugas juga tidak mengetahui jika korban pergi ke kebun untuk mengecek tanaman jagung.
Nazaruddin menyatakan, petugas TNWK sudah berupaya membantu warga desa penyangga untuk mengatasi konflik dengan gajah liar. Selain membentuk tim mitigasi penanganan konflik gajah dengan manusia di setiap desa, petugas TNWK juga selalu memantau posisi gajah liar melalui GPS collar dan membantu warga melakukan penggiringan gajah.
Saat ini, ada 23 petugas polisi kehutanan di TNWK yang bertugas menjaga kawasan hutan. Selain menjaga hutan dari para perambah, petugas juga membantu penanganan konflik gajah dengan manusia.
Dia menambahkan, pihaknya juga telah mengusulkan pembuatan kanal pembatas untuk menghalau kelompok gajah liar pada pemerintah pusat. Menurut rencana, kanal pembatas akan mulai dibangun pada 2022.