Surabaya Segera Tambah Lagi Trotoar Layak Pejalan Kaki
Pandemi Covid-19 yang melandai mendorong Pemerintah Kota Surabaya akan melanjutkan program pelayanan salah satunya menambah prasarana trotoar untuk memenuhi hak dan kebutuhan warga mendapatkan kehidupan kota yang baik.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, akan memulai lagi program pembangunan prasarana antara lain penyediaan trotoar. Program dimulai pada awal tahun depan setelah tertunda akibat refocusing anggaran belanja terkait serangan pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) sejak Maret 2020.
”Ada program penyediaan trotoar yang segera kami laksanakan setelah pertengahan Oktober lalu kami berhasil membebaskan 15 persil bangunan di Jalan Raya Wonokromo,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Pematusan Surabaya Erna Purnawati, Senin (1/11/2021).
Dua pekan lalu atau Senin (18/10/2021), aparatur merobohkan 15 persil bangunan tersisa di tepi Jalan Raya Wonokromo. Kawasan yang telah dibebaskan itu dapat memperlebar jalur paralel atau frontage sepanjang 300 meter menjelang Jembatan Sawunggaling. Erna mengatakan, selebar 5 meter dari kawasan yang telah dibebaskan untuk pembangunan trotoar dan saluran air dan utilitas terpadu.
Menurut Erna, di Surabaya telah dibangun 93,41 kilometer (km) trotoar. Jumlah itu memang belum ideal jika dibandingkan dengan panjang jaringan jalan aspal di Surabaya yang lebih dari 2.000 km. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jatim Nomor 188/128/Kpts/013/2016 yang diakses melalui laman resmi https://www.surabaya.go.id, di ibu kota Jatim ini tercatat setidaknya 328 nama ruas jalan yang terbagi menjadi status nasional, provinsi, dan kota.
Meski begitu, jaringan trotoar yang telah terbangun di Surabaya diklaim memadai untuk masyarakat. Trotoar cukup lebar bahkan terutama di ruas-ruas utama selebar 3 meter dan tidak diokupansi oleh parkir kendaraan hingga pengasong makanan minuman.
Contohnya, trotoar di sepanjang frontage Jalan Ahmad Yani, Jalan Raya Darmo, Jalan Diponegoro, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Tunjungan, Jalan Mayjen Sungkono, Jalan HR Muhammad, dan Jalan Soekarno-Hatta atau jalan lingkar tengah timur (MERR).
Erna mengatakan, mulai tahun depan dengan harapan pandemi membaik dapat mengembalikan alokasi anggaran untuk penyediaan prasarana, antara lain trotoar. ”Kami akan berusaha mendorong penambahan trotoar dengan konsep yang ramah, yakni menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan,” katanya.
Secara terpisah, Ketua Surabaya Heritage Freddy Isnanto mengatakan, ketersediaan trotoar menjadi salah satu tolok ukur penting suatu kota layak menyandang status ramah bagi warganya. Namun, trotoar juga harus menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pengguna, yakni warga. ”Surabaya secara umum terus berusaha menyediakan trotoar yang tidak diganggu oleh pengendara dan pedagang serta ditata dengan indah,” katanya.
Freddy mengamati, selama ini aparatur di Surabaya mampu menjaga kebersihan trotoar dengan penyemprotan rutin. Penutup lantai dari keramik dengan pola menarik, warna warni, dan mozaik yang indah dan diusahakan tidak licin ketika basah untuk menekan risiko pejalan terpeleset. Trotoar juga dilengkapi dengan lajur pandu (guiding tile) terutama bagi penyandang tuna netra.
Namun, catatan Kompas, keramik penutup trotoar terkadang masih licin ketika basah seusai diguyur hujan, misalnya di sebagian trotoar Jalan Raya Gubeng. Meski permukaan keramik kasar, tetapi belum menjamin lantai prasarana ini tidak licin. Pertumbuhan pohon peneduh mengganggu kekuatan trotoar, yakni sampai mengangkat keramik bahkan gelang baja pembatas tumbuhan penghias itu.
Freddy menilai, kondisi trotoar di Surabaya rata-rata baik dan cukup ramah bagi penyandang disabilitas dengan kemiringan untuk tanjakan dan turunan serta ubin khusus sebagai jalur pandu. Trotoar cukup mendahulukan kepentingan pejalan. Kendaraan bermotor yang akan memasuki rumah, kedai, kantor, gedung di tepi trotoar jalan utama dibuatkan akses menanjak. Artinya, pejalan atau pengguna trotoar lebih diutamakan daripada pengendara yang akan melintasi trotoar untuk memasuki bangunan.
”Kenyamanan total bisa dikembangkan dengan memelihara tanaman-tanaman yang rimbun, penerangan untuk malam, dan instalasi penunjang sehingga prasarana memenuhi kaidah firmitas atau kekuatan, utilitas atau kegunaan, dan venustas atau keindahan,” ujar Freddy.