Sejenak Mencecap Sensasi Liburan ”Sultan” di Pulau Bintan
Berkat pandemi Covid-19, pemeo ”wisata Bintan hanya untuk kaum sultan” tak berlaku lagi. Untuk sementara, banyak turis lokal turut merasakan sensasi liburan eksklusif di pulau itu.
Oleh
PANDU WIYOGA
·5 menit baca
Kawasan perbatasan negara tak melulu tentang ketertinggalan infrastruktur. Pulau Bintan salah satunya. Terletak di Provinsi Kepulauan Riau, pulau di perbatasan antara Indonesia dan Singapura itu terkenal dengan kawasan pesisirnya yang elok sekaligus mewah.
Untuk sampai di Bintan, pelancong dengan pesawat dari luar Kepri bisa mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam. Selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan perahu motor cepat (speed boat) selama 30 menit dari Pelabuhan Telaga Punggur, Batam, ke Pelabuhan Tanjung Uban, Bintan. Tiket kapal Rp 53.000 per orang. Sangat terjangkau.
Setiba di Bintan, sewalah mobil karena cuaca di pulau ini bisa berubah sewaktu-waktu tanpa kenal musim. Yang pasti, udara kering khas pulau sangatlah terasa. Selain itu, ada alasan lain terkait perlakuan petugas keamanan resor antara pengguna sepeda motor dan mobil. Hmmm... lebih baik mencegah mood baik liburan rontok seketika.
Destinasi wisata paling terkenal di Bintan adalah kawasan Lagoi. Sejak dibangun pada dekade 1990-an, Lagoi memang dirancang untuk menjadi tempat pelesiran wisatawan dari Singapura, negara kecil yang cukup kaya.
Kawasan Lagoi dilengkapi pelabuhan feri khusus yang siap menerima kunjungan para pelancong dari Negeri Singa. Perjalanan dari Pelabuhan Tanah Merah, Singapura, ke Pelabuhan Bandar Bentan Telani, Lagoi, hanya memakan waktu 45 menit.
Kawasan Lagoi luasnya 23.000 hektar. Pantai di sana berpasir putih kemilau. Adapun bentang daratnya seperti di Singapura, dengan lanskap hutan yang terpelihara diselingi ruas-ruas jalan rapi dan teratur, sekaligus steril dari manusia yang keluyuran tak jelas tujuan.
Di Lagoi terdapat 15 hotel dan resor privat. Konsep penginapan di sana beragam, mulai dari kemah mewah sampai vila glamor yang nangkring di atas bukit karang. Apabila Anda ingin mencoba, bersiaplah merogoh kocek paling tidak Rp 2 juta per malam.
Tetapi, tunggu dulu. Jangan buru-buru mundur jika anggaran liburan Anda di bawah itu. Kini, turis lokal yang sebelumnya merasa ”seperti pungguk merindukan bulan” untuk menikmati sensasi liburan eksklusif seperti di Lagoi, bisa ikut menikmati liburan glamor di kawasan ”sultan” itu.
Wabah Covid-19 turut mengubah wajah Lagoi. Sudah hampir dua tahun tak ada lagi kunjungan turis asing di kawasan itu. Akibat pagebluk, beberapa resor untuk sementara menghentikan operasionalnya karena sepi pengunjung. Kondisi yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.
”Sekarang, hotel dan resor di Lagoi banting harga 50-80 persen untuk menarik wisatawan domestik,” kata Kepala Dinas Pariwisata Bintan Wan Rudy Iskandar, saat dihubungi Rabu (20/10/2021). Nah, ini menjadi semacam kesempatan mencicipi sensasi liburan yang sebelumnya ”sayang atau tak mungkin"”.
Sekalipun resor dan hotel di Lagoi telah banting harga, tentu saja menginap di sana tetaplah masih harga cukup premium. Ambil contoh, biaya menginap di Resor Anmon yang kini dibanderol Rp 1,1 juta per malam. Itu sudah harga pandemi.
Harga itu tentu saja tak bisa dibilang murah, tetapi masih sangat terjangkau bagi pemburu wisata eksklusif atau siapa saja yang hendak mencecap sensasi liburan berbeda. Namun, apabila menimbang pelayanan dan pengalaman yang diperoleh, tentu harga itu masih tergolong masuk akal.
Dengan tarif inap Rp 1,1 juta per malam, Anda akan mendapat penginapan dengan konsep camping glamor. Beban akan semakin enteng jika konsep liburan adalah ”patungan"” bersama teman atau keluarga karena tenda itu mampu menampung 3-5 orang
Setiap tamu di resor tersebut akan mendapat jatah dua porsi sarapan yang setiap pagi diantar pegawai resor ke tenda. Tersedia pilihan menu sarapan masakan Asia, Eropa, atau Amerika. O, ya, porsi sarapan yang didapat cukup besar, cukup mengisi perut empat orang.
Selama menginap di sana, pengunjung akan mendapat akses ke kolam renang Treasure Bay, kolam renang terbesar di Asia Tenggara. Panjang kolam itu kira-kira sekitar delapan kali lapangan sepak bola. Waktu terbaik berenang di kolam raksasa berair biru itu adalah sore hari. Sembari berenang, matahari seperti tenggelam di ujung kolam yang mengarah ke laut.
Meskipun kawasan Lagoi mulai berusaha ”ramah” terhadap wisatawan domestik, sebagian pekerja di sana masih memiliki stigma khusus terhadap turis lokal. Salah satu yang Kompas temui adalah sejumlah pertanyaan menyelidik kepada pelancong yang memasuki kawasan itu menggunakan kendaraan roda dua.
”Mas dari mana?"”
”Masnya ini mau nyari apa, sih?”
”Bisa maju sedikit enggak? Kamu itu menghalangi jalan.”
Kalimat semacam itu akan berulang dilontarkan penjaga di pintu masuk kawasan maupun pekerja di lokasi resor. Mungkin maksudnya memang memastikan keamanan dan pengamanan kawasan. Namun, tetap saja terasa tidak pas bila dikaitkan dengan sifat jasa wisata yang menjunjung tinggi keramahan atau hospitality.
Itu sebabnya di awal tulisan ini Kompas sebut menyewa mobil lebih baik untuk menjaga mood liburan tetap terjaga. Mobil akan melindungi Anda atau siapa pun dari cuaca yang sering tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya, sekaligus menyelamatkan diri dari pertanyaan menyelidik entah siapa di Kawasan Lagoi.
Namun, jika itu terjadi, stay cool alias tetap bersabar sajalah sebentar. Begitu menjejakkan kaki di lobi resor, Anda akan mendapat gelang tamu. Percayalah, gelang kertas itu sungguh sakti. Dalam sekejap, sikap semua pekerja di sana akan berubah 180 derajat. Pandangan dan ucapan menyelidik akan sirna, berganti senyum dan ujaran ramah.
”Ada yang bisa saya bantu, Pak?”
”Bapak mau ke mana? Silakan lewat sebelah sini, Pak.”
”Oh, baik, mari saya antarkan saja, Pak.”
Gelang khusus nan sakti itu akan membawa para turis, termasuk turis lokal seperti Anda, berada dalam situasi dilayani, layaknya sultan. Ya, ”sultan” sejenak di Pulau Bintan. Selamat berlibur.