Dunia Seru Bernama Permainan Tradisional di Banjarmasin
Kampung bermain di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mampu menghidupkan tradisi bermain di masa lalu pada anak-anak masa kini. Di zaman serba digital, kampung itu pun menjelma menjadi surga bermain bagi anak.
Perkampungan Kota Banjarmasin kini diwarnai tawa ceria anak-anak. Mereka asyik bermain permainan tradisional di tengah kejenuhan sekolah dalam jaringan. Pernah hanya tinggal di rumah, mereka kini menemukan dunia yang sempat hilang, yakni bermain di lapangan walau masih terbatas.
Riuh suara anak-anak terdengar dari Gang Pendamai, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat, Jumat (15/10/2021). Sore itu beberapa anak laki-laki dan perempuan bermain di lapangan Kampung Permainan Tradisional Banua (KPTB) Pendamai.
Di lapangan berukuran 18 meter x 20 meter, mereka tampak asyik bermain sumpit. Mereka berlomba dengan bergantian menyumpit papan target sasaran dari jarak lebih kurang 15 meter. Sasaran mereka berupa lingkaran dengan 10 warna yang diberi skor 1 sampai 10. Ada yang mendapatkan skor 1, ada juga yang menyumpit tepat sasaran di tengah. Hampir tak ada satu pun anak sumpit yang meleset dari target sasaran selama mereka bermain sore itu.
Sofia (12), siswi kelas VI SD yang tinggal di Gang Pendamai, mengatakan, seringnya mereka berlatih membuat mereka kian terampil. ”Sebulan terakhir hampir setiap sore kami bermain di sini. Jadi sudah terbiasa menyumpit,” katanya.
Baca juga: Jangan Main Gawai Melulu, Yuk Bermain Permainan Tradisional
Di lapangan yang sama di sisi lain, sebagian anak asyik bermain gasing. Mereka bergantian melempar gasing ke papan arena bermain. Setelah gasing berputar, mereka mengangkatnya dengan sendok kayu, lalu mengopernya dari satu anak ke anak lain sampai gasing itu berhenti berputar.
Agar lebih seru, gasing itu mereka adu. Gasing yang sudah berputar di papan arena bermain sengaja ditimpuk dengan gasing lain. Gasing yang tetap berputar atau berputar lebih lama setelah ditimpuk ataupun menimpuk adalah pemenang.
Sederhana, tetapi permainan itu terlihat menghibur anak-anak. Fikri (8), anak kampung setempat, terlihat paling piawai dalam bermain gasing. Ia bisa mengangkat gasing yang berputar dengan sendok kayu, kemudian melambung-lambungkan gasing dengan sendok, serta membiarkan gasing berputar di atas telapak tangannya.
Fikri yang masih duduk di bangku SD kelas II belajar bermain gasing di tempat itu. ”Main gasing itu paling asyik. Dulu, belajarnya juga di sini (KPTB Pendamai), dari sebelum sekolah malahan,” ujar Fikri.
Baca juga: Permainan Tradisional Bantu Perkembangan Anak
Keseruan bermain sore itu juga terlihat di jalan Gang Pendamai. Anak-anak memanfaatkan jalan gang itu untuk bermain bola dan lari balok. Dalam permainan lari balok, mereka menggunakan empat balok sebagai pijakan kaki. Balok-balok itu harus dipindahkan dalam posisi jongkok dari garis start hingga garis finis. Sepanjang permainan mereka tetap diminta jaga jarak. Ada orang tua atau pendamping yang selalu mengingatkan mereka.
Ketika hari sudah menjelang maghrib, anak-anak pun membubarkan diri. Muhammad Suriani (65), Ketua KPTB Pendamai, mengingatkan anak-anak yang asyik bermain untuk segera pulang. Sebelum pulang ke rumah masing-masing, mereka terlebih dahulu membereskan peralatan bermain dan menyimpan kembali pada tempatnya. Tak lupa mereka membersihkan diri.
Selama pandemi Covid-19, waktu bermain anak-anak sedikit banyak berkurang karena mereka harus tinggal di rumah. Ketika jumlah kasus Covid-19 turun, permainan tradisional diinisiasi lagi. Semangat anak-anak membuncah.
Meski sudah diperbolehkan bermain, protokol kesehatan tetap diperhatikan. Sebelum dan sesudah bermain, anak-anak wajib mencuci tangan pakai sabun. Mereka juga harus memakai masker, terlebih kalau ada orang luar yang datang ke tempat mereka. Untuk sementara waktu, anak-anak tidak diperbolehkan bermain bakiak supaya mereka tidak bergerombol dan banyak melakukan kontak fisik.
Baca juga: Rawat Warisan Bangsa lewat Permainan Tradisional Anak
Siti Nursiah, pengelola Kampung Bermain Pendamai, menuturkan, untuk permainan lain, seperti bagasing, balogo, batungkau, dan basusumpitan, tetap diperbolehkan karena anak-anak tetap bisa menjaga jarak saat bermain. ”Alhamdulillah, selama pandemi ini tidak ada temuan kasus (Covid-19) di tempat kami. Anak-anak juga sehat semua,” kata Nursiah, yang juga dipercaya sebagai Wakil Ketua III Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Banjarmasin.
Merebak
Di Banjarmasin ada setidaknya 14 kampung bermain yang kini mulai aktif lagi. KPTB adalah salah satunya. KPTB sebenarnya sudah ada pada 2016. Suriani dan istrinya, Siti Nursiah (62), yang berinisiatif membentuk kampung ini karena prihatin melihat anak-anak yang banyak kecanduan gawai. Saat itu anak-anak tidak lagi mengenal permainan tradisional dan lupa bersosialisasi.
”Kami mencoba memfasilitasi agar anak-anak bisa bermain. Kebetulan gang rumah kami buntu dan di sini memang tidak ada tempat khusus untuk bermain. Bagaimanapun bermain dan bahagia itu adalah hak anak-anak,” kata Nursiah.
Di KPTB Pendamai, anak-anak diajak secara khusus bermain permainan tradisional, seperti gasing, logo, egrang (batungkau), bakiak, sumpit, congklak (badaku), dan lari balok. ”Peralatan untuk bermain, kami sediakan. Dan, saya sendiri yang mengajari mereka bermain,” ujar Suriani.
Anak-anak Kampung Pendamai yang dulunya tidak familiar dengan permainan tradisional menjadi bisa mengakrabi permainan tradisional. Beberapa di antara mereka bahkan sangat menonjol dalam permainan itu dan kerap menjadi juara lomba permainan tradisional.
Ternyata selain anak-anak lepas dari gawai, permainan tradisional juga mengajarkan mereka bersosialisasi dan menyerap hal-hal positif di lingkungan mereka. ”Seperti kesetiakawanan, sportivitas, kepercayaan diri, dan semangat pantang menyerah,” ujar Nursiah.
Saat ada kawan yang gagal menyumpit, rekan-rekan lainnya tak merundungnya. Mereka malah memberikan semangat. Mereka juga harus bekerja sama agar saat bermain berkelompok, mereka bisa menang.
Baca juga: Membiasakan Anak-anak dengan Permainan Tradisional
Kampung bermain kemudian tumbuh di tempat lain. Kahimungan salah satunya. Menurut Ketua RT 004 Kelurahan Banua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur, Suhro Wardi, kampung bermain Kahimungan yang berada di wilayahnya terbentuk sejak 2017. Kampung itu menjadi ruang publik untuk melakukan berbagai aktivitas bersama, termasuk senam dan belajar tertib berlalu lintas.
”Ide pembentukan kampung bermain itu datang dari warga. Tujuan membentuknya memang untuk mengurangi kebergantungan anak-anak pada gawai. Kami ingin anak-anak bisa bersosialisasi dengan bermain bersama teman-temannya di luar rumah,” kata Wardi, seorang polisi yang bertugas sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas).
KORMI Kota Banjarmasin turut terlibat mendorong pembentukan kampung bermain sebagai wadah kegiatan anak-anak ataupun orang dewasa.
”Kami mencoba untuk terus membina kampung bermain di Banjarmasin. Sebab, di situ, semua orang bisa melakukan olahraga rekreasi dan bermain permainan tradisional,” kata Uzlah, Ketua KORMI Banjarmasin.
Uzlah berharap keberadaan kampung bermain tidak saja menjadi wadah kegiatan yang menyehatkan masyarakat, tetapi juga menjadi wadah untuk meneruskan warisan budaya pada generasi masa kini. Keberadaan kampung bermain ini menggugah Pemerintah Kota Banjarmasin untuk lebih memberikan perhatian pada kegiatan bermain anak.
Dengan kampung bermain ini, anak-anak di perkampungan di Banjarmasin bisa melupakan sejenak gawai. Mereka bisa menikmati masa kecil di dunia nyata bersama teman-teman, di gang-gang kampung ataupun di lapangan. Saat mereka dewasa nanti, permainan ini bisa mereka kenang sebagai masa kecil yang membahagiakan.
Baca juga: Suriani dan Nursiah Suami-Istri Pionir Kampung Permainan Tradisional