Musfi Yuliadi, Jembatan Konsumen dan Pedagang Pasar
Aplikasi Pasarmu.id memudahkan warga berbelanja ke pasar saat pandemi Covid-19 meskipun hanya dari rumah. Ini bukti inovasi tidak mati meski pandemi.
Keputusan Musfi Yuliadi (37) menjadi penjual bahan masakan dapur sempat dicemooh kolega dan kerabatnya. Namun, pemuda ini bukan pedagang sayur biasa. Dengan aplikasi Pasarmu.id, ia memudahkan warga berbelanja ke pasar saat pandemi Covid-19 meskipun hanya dari rumah.
Mengenakan sarung dan belum sempat mandi, Yuliadi bercengkerama dengan laptop di kantornya, di Jalan Rajawali, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/10/2021) sekitar pukul 07.00. Beberapa jam selanjutnya, ia sudah mengenakan jas dan berbicara di sebuah hotel.
Adi, sapaannya, didapuk sebagai salah satu pemateri acara ”Workshop Teaching Factory and Marketplace Digital Marketing” yang digelar Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon. Ia berkisah tentang Pasarmu.id, aplikasi yang menghubungkan konsumen dan pedagang pasar.
Dengan Pasarmu.id, warga bisa mendapatkan bahan masakan dapur tanpa harus ke pasar. Pelanggan hanya perlu mengeklik sayuran pilihannya di aplikasi. Dua kru Pasarmu.id yang semuanya laki-laki lalu berbelanja di pasar.
Selanjutnya, bahan makanan itu dibersihkan oleh kru lainnya. Mereka juga mengemasnya sebelum diantarkan ke depan rumah pemesan. Setelah mengecek kesesuaian pesanan, transaksi pun dilakukan secara tunai atau nontunai.
Baca juga : Ratna Dewi, Perempuan Tangguh Indramayu di Tengah Amukan Pandemi
Sebelum di Pasarmu.id, Adi sempat bekerja sebagai analis bisnis di perusahaan teknologi informasi yang bergerak dalam bidang perbankan sejak 2013 hingga 2016. Setelah itu, ia mulai aktif sebagai konsultan kota cerdas untuk membuat masterplan.
Beberapa kota yang pernah ia bantu mengembangkan kota cerdas adalah Bandar Lampung, Palembang, dan Lombok Timur. Tugasnya, antara lain, membuat program yang menyelesaikan problem masyarakat, seperti transportasi hingga tempat tinggal dengan pendekatan teknologi informasi.
Namun, pandemi Covid-19 berdampak pada sejumlah proyek kota cerdas yang ia kerjakan. Kini, Adi mengembangkan Pasarmu.id dan mulai diajak kolaborasi dengan beberapa instansi untuk membangun pasar digital.
Khawatir korona
Ide Pasarmu.id muncul setelah pandemi Covid-19 menyerang Indonesia pada Maret tahun lalu. Kala itu, warga, termasuk istrinya, khawatir ke pasar karena bayang-bayang virus korona jenis baru. Pemerintah juga menetapkan pembatasan sosial berskala besar. Aktivitas di pasar dibatasi.
Adi pun membuka jasa penitipan bahan belanjaan di pasar pada Mei 2020. Cara pesannya sederhana, via Whatsapp atau media sosial. Tak dinyana, pesanan terus bertambah. Sarjana Telkom University ini pun mulai membangun laman dan aplikasi bersama sejumlah rekannya.
Pada Agustus tahun lalu, aplikasi Pasarmu.id resmi diluncurkan di Playstore. ”Bulan Mei sampai Agustus itu, kami nabung untuk bikin aplikasi. Tidak ada biaya marketing. Pemasarannya hanya dari mulut ke mulut,” ungkap Adi.
Tidak sedikit koleganya mempertanyakan pilihan bisnisnya. Bagaimana tidak, Adi sebelumnya merupakan konsultan kota cerdas atau smart city di beberapa daerah, termasuk Cirebon. Proyek yang ia tangani bisa mencapai Rp 250 juta.
”Kok sekarang mendadak usaha sayuran yang harganya Rp 2.000-an? Emangnya dapat apa jualan sayur?” ujarnya menirukan ucapan sejumlah koleganya.
Pandangan miring juga datang dari kerabatnya di kampung, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. ”Ngapain sekolah jauh-jauh, ujung-ujungnya jualan sayur?” ungkapnya mencontoh sindiran tetangganya tersebut.
Alih-alih mundur, Adi justru menilai berbagai sentimen itu sebagai pelecut semangatnya. Tidak banyak yang paham jika Adi membangun usaha itu berbasis riset dan data.
”Potensi belanja sayuran sebulan di Cirebon itu bisa Rp 7 miliar. Ini dari berbagai data, termasuk BPS (Badan Pusat Statistik),” katanya.
Kota Cirebon berpenduduk 340.000 jiwa itu memang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Jabar bagian timur. Di kota seluas 37 kilometer persegi itu terdapat 64 hotel, 240 rumah makan, hingga 4 mal besar. Itu sebabnya, kebutuhan akan sayuran juga tidak sedikit.
Baca juga : Iman, Bakti untuk ”Kitab” Batik
Prediksi Adi tidak meleset. Pasarmu.id terus berkembang dari hanya lima orderan per hari ketika awal beroperasi menjadi rata-rata 25 pesanan tiap hari. Bahkan, pihaknya pernah melayani 40 orderan dalam sehari.
Pelanggannya tidak hanya ibu rumah tangga, tetapi juga perkantoran. Dari rumah di gang sempit hingga perumahan mewah yang dijaga petugas satpam. Pemerintah Kota Cirebon dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon pun bekerja sama dengan Pasarmu.id.
Di layanan Playstore, aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 5.000 kali dengan ulasan 4,6 bintang, hampir mencapai penilaian terbaik, lima bintang. Adapun yang teregister sebagai pelanggan, katanya, sekitar 3.800 akun.
”Omzet kami waktu tutup buku tahun pertama mencapai Rp 750 juta,” ungkapnya. Ketika berbagai proyeknya dihentikan karena pandemi Covid-19, Pasarmu.id memberikan harapan. Inovasi ini juga memecah kebuntuan warga yang ingin belanja ke pasar.
Bagi pedagang, Pasarmu.id bisa meningkatkan penjualan sayuran. Adi tidak berpatok pada satu pedagang. Barang terbagus yang akan dibeli. Ia juga menolak menjadi pemasok komoditas sehingga memutus rantai petani ke pedagang. Di tengah Covid-19, kedua pihak ini terdampak.
”Kami ingin merangkul pedagang pasar, bukan menyainginya,” ucapnya. Bahkan, Adi juga menggandeng puluhan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pelanggan bisa memesan produk UMKM melalui Pasarmu.id. Dengan begitu, UMKM ikut merambah dunia digital.
Ia juga membuka lapangan kerja untuk 12 orang. Dulunya, hanya ada tiga kru Pasarmu.id, termasuk Adi. Kini, 12 kru itu berbagi peran untuk belanja di pasar, membersihkan dan mengemas barang, hingga kurir yang mengirim pesanan pelanggan.
Beberapa di antaranya merupakan pengendara ojek daring yang penghasilannya menurun karena terdampak pandemi. Ada juga mantan petugas satpam hotel yang dirumahkan akibat penyebaran Covid-19 meningkat.
Menolak PNS
Membangun perangkat yang mampu memecahkan masalah warga sudah menjadi impian Adi sejak dulu. Selepas sekolah menengah atas, misalnya, ia memutuskan merantau untuk masuk Telkom University Bandung.
”Waktu itu, saya kira masuk Telkom bisa buat HP (handphone). Ha-ha-ha,” ucap Adi yang bebas tes masuk kampus karena berprestasi.
Meski tak bisa membikin HP, Adi justru belajar tentang digitalisasi. Ia percaya, teknologi dan informatika bisa membantu warga. Anak pegawai negeri sipil ini pun tak tertarik saat dianjuran keluarganya menjadi PNS. Padahal, di kampungnya, PNS masih dipandang sebagai pekerjaan idaman.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini memilih ke sejumlah kota untuk membantu pemerintah setempat mengembangkan kota cerdas, hingga ia berkeluarga di Cirebon dan kini mendirikan Pasarmu.id.
”Ke depan, kami mau kerja sama dengan tukang sayur keliling dan tukang cukur. Selama ini, sektor informal ini yang tidak tersentuh teknologi digital. Kami juga akan scale up (memperbesar skala bisnis) dengan investor,” ungkapnya.
Kepala KPwBI Cirebon Bakti Artanta menilai, Adi sebagai pemuda inovatif di tengah pandemi. Itu sebabnya, pihaknya menggandeng Pasarmu.id saat operasi Pasar Murah Ramadhan 2021. Selain mencegah kerumunan saat pandemi, program Tim Pengendali Inflasi Daerah Kota Cirebon itu juga menjaga stabilitas harga pangan.
Harga sayuran di Pasarmu.id tetap, tidak bergantung momen inflasi, seperti Lebaran dan hari raya lainnya. Platform itu turut menjaga perekonomian daerah.
”Pasarmu.id ini solusi di tengah pandemi. Masyarakat bisa berbelanja di pasar dari rumah, tanpa harus tatap muka. Aplikasi ini juga membawa Kota Cirebon lebih inovatif,” katanya.
Baca juga : Asep Supriadi, Kembali Berdaya di Jatigede
Biodata
Nama : Musfi Yuliadi
Lahir : Lombok Timur, 16 Juli 1984
Pendidikan : SDN 3 Selong, Lombok Timur
SMPN 1 Selong
SMAN 1 Selong
Telkom University
Istri : dr Yukke Nila Permata
Anak : Muhammad Gibran (7 Tahun)