Memasuki Musim Hujan, Brebes Petakan Daerah Rawan Bencana dan Apel Siaga
Pemkab Brebes, Jateng, mengantisipasi munculnya bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi di musim hujan. Penguatan sarana dan prasarana serta edukasi mitigasi bencana dilakukan untuk menekan risiko bencana.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Memasuki musim hujan, Pemerintah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mulai memetakan daerah-daerah rawan bencana hidrometeorologi. Apel siaga juga dilakukan untuk mengecek kesiapan personel dan alat-alat penunjang penanggulangan bencana.
Bupati Brebes Idza Priyanti membagi daerah rawan bencana menjadi tiga bagian, yakni Brebes utara, Brebes tengah, dan Brebes selatan. Di wilayah Brebes utara, seperti Kecamatan Tanjung, Brebes, dan Losari, tergolong sebagai daerah rawan rob serta banjir.
Sementara itu, di Brebes tengah yang terdiri dari Kecamatan Ketanggungan, Larangan, dan Kersana rawan banjir, dan tanah longsor. Adapun, di wilayah Brebes selatan, yakni Kecamatan Salem, Bantarkawung, Bumiayu, Paguyangan dan Tonjong, merupakan daerah rawan tanah longsor dan tanah bergerak.
Tak hanya itu, menurut Idza, ada bencana yang juga patut diwaspadai, yakni angin puting beliung. Bencana ini berpotensi terjadi di seluruh wilayah, baik Brebes bagian utara, tengah, maupun selatan.
Untuk mencegah potensi bencana, Idza mengimbau masyarakat untuk melakukan reboisasi dari hulu ke hilir, terutama di hutan-hutan yang gundul. Selain itu, Idza juga memerintahkan dinas terkait untuk menguatkan talud dan tanggul di daerah aliran sungai untuk mencegah limpasan air sungai saat hujan.
”Penyuluhan juga terus kami lakukan di wilayah yang rawan bencana tanah bergerak dan tanah longsor. Untuk memantau pergerakan tanah, juga dilakukan pemasangan alat peringatan dini pergerakan tanah,” kata Idza dalam keterangannya, Sabtu (30/10/2021).
Untuk itu setiap hari, masyarakat di sekitar daerah rawan tanah bergerak dan tanah longsor diminta mulai ronda sambil memantau potensi pergerakan tanah melalui alat yang telah dipasang.
Penyuluhan juga terus kami lakukan di wilayah yang rawan bencana tanah bergerak dan tanah longsor. Untuk memantau pergerakan tanah, juga dilakukan pemasangan alat peringatan dini pergerakan tanah. (Idza Priyanti)
Idza menambahkan, sepanjang 2021, pihaknya menyiapkan anggaran penanggulangan bencana sebesar Rp 5 miliar. Selain untuk penanganan bencana alam, sebagian dari dana tersebut sudah digunakan untuk penanganan bencana nonalam, yakni pandemi Covid-19.
Pada Jumat (29/10/2021), Pemerintah Kabupaten Brebes bersama dengan instansi terkait dan sukarelawan bencana menggelar apel siaga di Islamic Center Brebes. Dalam kegiatan itu, kesiapan personel dan alat-alat penunjang penanganan bencana dipastikan.
”Apel ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan koordinasi antarpihak dalam penanganan dan penanggulangan bencana alam. Sehingga, penanganan bencana dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan optimal,” ujarnya.
Pengecekan sarana
Idza menambahkan, dari hasil pengecekan sarana dan prasarana penunjang penanganan bencana yang dimiliki setiap unit penggulangan bencana, dinilai belum memadai. Sebab, jumlahnya masih minim dan banyak peralatan yang sudah usang dimakan usia. Dengan keterbatasan yang dimiliki, Idza menganjurkan agar sosialisasi terkait mitigasi bencana digencarkan.
Komandan Komando Distrik Militer 0713 Brebes sekaligus Komandan Satgas Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Brebes Letnan Kolonel Armed Mohamad Haikal Sofyan menuturkan, pihaknya akan mengintensifkan latihan gabungan. Kegiatan itu ditujukan untuk memelihara dan mengasah koordinasi dan sinergi.
”Latihan gabungan ini akan segera kami gelar. Sehingga saat bencana tiba, tim gabungan dapat bekerja dengan cepat namun tepat,” kata Armed.
Sebelumnya, latihan penanggulangan bencana pernah digelar awal Oktober. Kala itu, tim gabungan yang berjumlah 150 orang dilatih terkait teknik, prosedur, dan tata kerja penanganan bencana erupsi gunung berapi.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Resor Brebes Ajun Komisaris Besar Faisal Febrianto menuturkan, pihaknya akan menyiagakan anggotanya di titik-titik rawan bencana. Sejumlah alat penunjang penanggulangan bencana, seperti perahu karet dan pelampung remote control, juga siap digunakan.