Di Banyumas, Sampah Diolah Menjadi Bahan Baku Pembuatan Pos Keamanan
Pos keamanan dibangun dari material berbahan sampah di Wangon, Banyumas, Jawa Tengah. Sampah bisa diolah jadi barang ekonomis dengan sentuhan teknologi tepat guna serta kemauan masyarakat untuk mengelola sampah.
Oleh
megandika wicaksono
·3 menit baca
Sampah sisa aktivitas manusia memiliki banyak potensi berguna saat dibubuhi kreativitas dan kepedulian pada lingkungan. Di Wango, Banyumas, Jawa Tengah, sampah organik dan anorganik menjadi bahan utama pembuatan pos keamanan warga.
Ukurannya juga tidak main-main. Dengan panjang 4 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 3 meter, bahan bangunan seperti bata, genteng, dan keramik dibuat dari sampah sebanyak 3 ton yang sebelumnya kerap dibuang percuma. Dalam proses pembuatannya, warga dibantu pihak Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Semarang.
Pembuatan 1.284 bata, misalnya, diolah dari 1.450 kilogram sampah organik. Sementara untuk membuat 471 genteng, 27 korpus atap, 302 keramik lantai, dan 243 keramik dinding, digunakan 1,8 ton sampah plastik.
Djamaluddin Ramlan, pengajar di Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Semarang di Banyumas, Rabu (27/10/2021), mengatakan, setelah dicacah dan dilelehkan. Sampah lalu diberi perekat dan penguat konstruksi. Kemudian, menurut dia, bahan itu diaduk dan dicetak.
Untuk produk terbaik, hasilnya dijaga agar tidak kena hujan selama dua minggu. Menurut Djamaluddin, proses pembuatannya tidak terlalu lama, sekitar dua bulan, mulai dari pembuatan material hingga bangunan berdiri.
Untuk pos keamanan yang dibangun itu, total dana lebih kurang Rp 10 juta. Selain sampah, dibutuhkan Rp 6,9 juta untuk pembelian semen, kusen pintu dan jendela, besi, dan baja ringan. Dana lainnya digunakan untuk tenaga pembangunan pos.
”Ke depan, akan dijual Rp 1.500-Rp 2.000 per unit untuk genteng dan keramik. Harganya Rp 1.000-Rp 1.800 per unit,” ujarnya.
Kepala Desa Wangon Supriyadi menyampaikan, warga mulai dilibatkan mengelola sampah. Dalam sehari, ada sekitar 2 ton atau setara 2 truk sampah yang diolah warga menjadi batu bata atau paving block. ”Pengolahan ini juga bertujuan agar sampah tidak lantas menimbulkan masalah kebersihan di kemudian hari,” katanya.
Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang Marsum mengatakan, pembuatan pos keamanan ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat unggulan nasional lewat program pengembangan desa sehat. Dia mengatakan, setelah ini, pihaknya akan memantau keberlanjutan program setiap bulan agar hasilnya bisa membantu kesejahteraan warga.
Bupati Banyumas Achmad Husein mengapresiasi program ini. Dia berharap sampah yang ada tidak mencemari lingkungan dan bisa bernilai ekonomis. Program serupa berpotensi direplikasi di tempat lain untuk mengatasi permasalahan sampah di Banyumas.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas, dengan jumlah penduduk di Banyumas sedikitnya 1,7 juta jiwa, sampah yang dihasilkan per hari mencapai sekitar 1.000 ton. Dari jumlah itu, baru sekitar 600 ton yang dapat dikelola.
Berasal dari residu beragam kegiatan manusia, sampah kerap dilupakan setelah tidak dibutuhkan. Padahal, potensinya tetap berguna untuk manusia dan terus terbuka lebar manfaatnya bagi mereka yang paham dan mau memanfaatkannya.