Penegakan Prokes Lemah, Pemkot Kendari Didorong Lakukan Tes Acak
Pemkot Kendari didorong melakukan tes acak Covid-19 di masyarakat. Hal ini untuk mewaspadai gelombang ketiga Covid-19 seiring munculnya kasus baru, abainya masyarakat, dan lemahnya penegakan protokol kesehatan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kekhawatiran adanya gelombang ketiga Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, menguat seiring munculnya kasus baru dan abainya masyarakat akan pandemi Covid-19. Penegakan protokol kesehatan juga lemah sehingga kasus-kasus baru berpotensi meluas. Pemerintah didorong melakukan tes acak di masyarakat sebagai upaya penelusuran kasus sebelum melonjak.
”Melihat kasus di sejumlah daerah melonjak, dan di Kendari juga mulai ditemukan, sudah saatnya pemerintah mengambil langkah antisipasi dini. Selain penegakan protokol kesehatan dan vaksinasi, salah satu yang bisa dilakukan adalah penelusuran dengan melakukan tes acak antigen di masyarakat,” kata epidemiolog Universitas Halu Oleo (UHO), Ramadhan Tosepu, di Kendari, Rabu (27/10/2021).
Penelusuran dengan tes acak, ia melanjutkan, penting dilakukan sebagai salah satu terobosan untuk menemukan kasus-kasus baru. Sebab, selama ini upaya penelusuran hanya dilakukan terhadap mereka yang merasa memiliki gejala atau mereka yang termasuk kontak erat pasien Covid-19.
Upaya pelacakan secara acak bisa dilakukan di tempat-tempat umum, sekolah, atau pintu masuk ke Kendari. Terlebih lagi aktivitas masyarakat, pelajar, dan kegiatan ekonomi semakin meningkat beberapa waktu terakhir. Belum lagi Kendari sebagai ibu kota provinsi menjadi tujuan investasi dan ekonomi yang sering didatangi pelaku usaha dari berbagai daerah, khususnya Jawa.
Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kendari, kata Ramadhan, bisa mengambil 50-100 sampel dalam sehari di tempat-tempat yang telah ditentukan. Mereka yang terdata positif Covid-19 lalu diteruskan dengan tes usap PCR (polymerase chain reaction) sembari mengambil langkah lanjutan.
”Memang dalam aturan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya mensyaratkan tes ke kontak erat. Namun, dalam situasi seperti sekarang, pemerintah tidak boleh lengah dan harus mengambil langkah antisipasi. Kami sudah sampaikan hal ini ke pihak Dinkes Kendari karena tentu kita semua tidak ingin lonjakan kasus kembali terjadi seperti Juni lalu yang berujung meningkatnya jumlah pasien meninggal,” kata Ramadhan.
Pada Juni hingga akhir Agustus lalu, kasus Covid-19 di Kendari melonjak drastis hingga mencapai ribuan kasus aktif. Kasus meninggal juga tinggi, baik mereka yang dirawat di rumah sakit rujukan, sedang menjalani isolasi mandiri, maupun mereka yang tiba-tiba meninggal tanpa sebelumnya dideteksi terpapar virus.
Padahal, sejak Januari hingga awal Mei, kasus di Kendari melandai. Jumlah pasien dalam perawatan hanya beberapa orang dengan jumlah kasus kematian akibat Covid-19 sangat rendah.
Kepala Dinas Kesehatan Kendari drg Rahminingrum menyampaikan, sejauh ini pihaknya memang hanya melakukan penelusuran kasus terhadap kontak erat pasien Covid-19. Saat tidak ada temuan kasus baru, penelusuran tidak dilakukan.
Hingga Selasa (26/10/2021), total kasus aktif di Kendari sebanyak lima orang. Dua orang dirawat di Kendari, sementara tiga orang dalam perawatan di Pulau Jawa. Tiga pasien tersebut diketahui sedang dalam pengobatan dan terkonfirmasi positif Covid-19, tetapi karena identitasnya dari Kendari, ketiga pasien ini tetap tercatat sebagai kasus di Kendari.
Kita sama-sama tidak ingin kasus melonjak seiring potensi gelombang ketiga yang mengancam di semua wilayah.
”Kasus memang ada ditemukan, tetapi tidak semasif sebelumnya. Kalau kami melakukan penelusuran acak, aturannya itu hanya melakukan tes pada kontak erat. Kalau kami lakukan tes acak, membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit, sementara sekarang kami fokus di vaksinasi,” ujar Rahminingrum.
Dia melanjutkan, protokol kesehatan di masyarakat memang mengendur. Warga beraktivitas tanpa menjaga jarak, bahkan tidak memakai masker. Sejumlah tempat aktivitas ekonomi juga buka hingga melewati batas waktu yang ditentukan, yaitu pukul 22.00 Wita.
Upaya penegakan protokol kesehatan juga tidak seintensif sebelumnya. Operasi yustisi dan sosialisasi hanya dilakukan berkala. ”Ke depannya, kami akan tingkatkan operasi lapangan dan sosialisasi. Kita sama-sama tidak ingin kasus melonjak seiring potensi gelombang ketiga yang mengancam di semua wilayah,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, 105 kabupaten dan kota di Indonesia mengalami peningkatan kasus Covid-19. Pemerintah telah mengupayakan pembatasan kegiatan, khususnya jelas libur Natal dan tahun baru mendatang.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (26/10/2021), mengatakan, protokol kesehatan melalui 3M atau menjaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker, serta upaya 3T dengan tes, lacak, dan isolasi serta vaksinasi merupakan upaya yang paling efektif untuk menekan laju penularan Covid-19. Upaya ini pula yang mampu mencegah terjadi gelombang ketiga (Kompas, Selasa 26 Oktober 2021).