Jepang dan Jatim Tingkatkan Kerja Sama Tiga Bidang
Kemitraan dengan Jepang penting dipelihara dan diperkuat oleh Jawa Timur untuk peningkatan kerja sama dan investasi, antara lain, dalam pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jepang menjadi mitra strategis bagi Jawa Timur. Untuk itu, kerja sama kedua pihak diperkuat, terutama dalam tiga bidang, yakni pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
Menurut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Rabu (27/10/2021), penguatan kerja sama itu diresmikan melalui penandatanganan nota kesepahaman antara dirinya dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji. Penandatanganan telah terlaksana di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.
Khofifah melanjutkan, program beasiswa ke Jepang menjadi salah satu yang didorong untuk penguatan kerja sama. Jatim ingin meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dengan beasiswa, pertukaran pelajar, dan atau pelatihan vokasi.
Dalam bidang pendidikan, kampus-kampus di Jepang telah menjalin kemitraan dengan Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) serta kampus-kampus lainnya di Surabaya dan Jatim. Pemprov Jatim mendorong kemitraan itu diperluas lagi sehingga memperkuat hubungan Jepang-Indonesia.
Dalam bidang kesehatan, kerja sama dengan Jepang diaplikasikan, antara lain, dengan RSUD Dr Soetomo. Sementara, dalam bidang perdagangan, kurun Januari-September 2021, Jatim mengekspor ke Jepang senilai 2,4 miliar dollar AS. Dari Jepang, impor ke Jatim senilai 530 juta dollar AS. Dengan demikian, Jatim menikmati surplus neraca perdagangan atas Jepang 1,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 25 triliun.
Jepang juga menjadi negara utama penanam modal di Jatim. Catatan Pemprov Jatim, investasi ”Negeri Sakura” itu sejak 2010 sampai dengan semester pertama 2021 senilai 2,88 miliar dollar AS. Investasi tersebut di sektor industri makanan, kayu, kertas, logam, dan farmasi.
Penguatan kerja sama pendidikan Jepang dan Jatim juga diwujudkan melalui penganugerahan bintang jasa Pemerintah Jepang kepada Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Achmad Jazidie di Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya, Selasa (26/10/2021) malam.
Kanasugi menganugerahkan bintang jasa untuk periode musim semi 2020, yakni The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon. Penganugerahan merupakan apresiasi kepada Jazidie yang dianggap berjasa dalam peningkatan pertukaran akademi serta saling pengertian antara Jepang dan Indonesia ketika menjabat Direktur Jenderal Pendidikan Menengah, Wakil Rektor ITS, dan saat ini sebagai Rektor Unusa.
Saat menjabat Dirjen Dikmen, Jazidie dinilai berkontribusi dalam proyek The Japan Foundation Asia Center program ”Nihongo Partners”. Jazidie mendorong pengiriman native speaker sebagai asisten pengajar bahasa Jepang untuk SMA sejak 2014 dengan membangun sistem penerimaan di Indonesia. Selain itu, mendorong Indonesia menguatkan fondasi sebagai negara penerima Nihongo Partners terbesar.
Saat menjabat Wakil Rektor ITS, Jazidie melalui Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) sebagai perwakilan Indonesia menyosialisasikan Lab-Based Education Jepang melalui Project for Research and Education Development on Information and Communication Technology. Lab-Based Education menjadi ciri khas universitas sains di Jepang.
Untuk memberi pelatihan bagi mahasiswa Unusa, terutama yang ingin bekerja di Jepang atau Arab Saudi.
Pemerintah Jepang sebenarnya telah mengumumkan penganugerahan bintang jasa kepada Jazidie itu pada 29 April 2020. Namun, pandemi Covid-19 yang melanda sejak Maret 2020 dan belum mereda memaksa Jepang memundurkan penyematan dan penganugerahan bintang jasa tadi. Jazidie adalah alumnus Universitas Hiroshima. Di sana, Jazidie menempuh pendidikan S2-S3 kurun 1989-1995.
Jazidie mengatakan, bersyukur atas anugerah bintang jasa yang diterimanya. Menurut dia, tanggung jawab yang telah dilaksanakan sebagai Dirjen Dikmen, Wakil Rektor ITS, dan saat ini sebagai Rektor Unusa tidak terpikir sama sekali untuk mendapat apresiasi, penghargaan, atau anugerah. ”Saya ingin berdedikasi dan bermanfaat bagi bangsa,” ujarnya.
Seusai penganugerahan, lanjut Jazidie, kerja sama dengan Jepang akan terus dikembangkan. Unusa, Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (sebelumnya Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia), dan Japan Foundation akan melanjutkan program inkubator institusi. ”Untuk memberi pelatihan bagi mahasiswa Unusa, terutama yang ingin bekerja di Jepang atau Arab Saudi,” katanya.
Untuk ke Jepang, dalam inkubator diberikan pelatihan bahasa, budaya, dan tradisi bangsa Jepang. Sivitas Unusa nantinya tidak sekadar terampil dan kompeten dengan profesi, tetapi memahami, menerima, dan hidup sesuai budaya Jepang selama bekerja di sana.