Antisipasi Penularan, Surabaya Tes Usap 72.000 Pelajar SMP
Pemkot Surabaya melakukan tes usap PCR secara serentak terhadap pelajar dan sivitas yang mengikuti pembelajaran tatap muka.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
Tes usap PCR di SMP Negeri 2 Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/10/2021).
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 72.000 pelajar di 115 sekolah menengah pertama negeri dan swasta di Surabaya, Jawa Timur, menjadi sasaran tes usap PCR serentak. Hal ini untuk mengantisipasi risiko penularan Covid-19 selama pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas.
Tes usap PCR dilaksanakan tiga hari pada 27-29 Oktober 2021 terhadap sekolah dan sivitas yang menempuh pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Untuk mengantisipasi perburukan atau gelombang ketiga seperti Juni-Juli karena varian Delta, program pengetesan, penelusuran, dan penanganan (3T) harus digencarkan.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Supomo, Rabu (27/10/2021), tes usap PCR bagi satuan pendidikan pelaksana PTMT merupakan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Surabaya. ”Dalam konteks penanganan dan pencegahan Covid-19 di lingkungan pendidikan atau menghindari risiko kluster sekolah,” katanya.
Supomo melanjutkan, dalam prosedur standar dinas kesehatan, sekolah yang mendapat rekomendasi atau izin PTMT harus melaksanakan tes usap PCR terhadap siswa, guru, dan seluruh tenaga pendidikan yang telah mendapat vaksinasi. Tes untuk memastikan seluruh sivitas dalam kondisi sehat atau tidak terjangkit Covid-19.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Anak bergiliran bermain engklek di Kawasan Pasar Beras Bendul Merisi, Kota Surabaya, Senin (25/10/2021).
Tes usap merupakan bentuk kehati-hatian Pemerintah Kota Surabaya dalam pemulihan aktivitas sosial di bidang pendidikan. Seiring pandemi melandai, pembatasan aktivitas sosial dikendurkan. Persekolahan yang sebelumnya dalam jaringan (online) secara terbatas kini bisa dilakukan secara luar jaringan (offline) atau PTMT. Namun, menurut Supomo, kembalinya aktivitas persekolahan perlu dibarengi dengan antisipasi terhadap penularan Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, tes usap PCR masih menjadi standar utama menentukan seseorang terjangkit Covid-19 atau tidak. Tes serentak di seluruh satuan pendidikan pelaksana persekolahan bertujuan menjaring dan menangani secepat mungkin warga, dalam hal ini pelajar, dari serangan Covid-19.
”Semakin cepat diketahui, tim terpadu bisa segera melacak dan menangani pasien. Tindakan yang cepat menekan risiko perburukan situasi pandemi,” kata Febria.
Jika dalam tes usap PCR tidak ditemukan pelajar yang terjangkit, sekolah segera mendapat rekomendasi atau izin PTMT. Namun, jumlah siswa di sekolah dibatasi maksimal 25 persen untuk penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Sivitas yang hadir juga harus sudah divaksin dan mendapat izin keluarga.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta dan Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya Mayor Jenderal Suharyanto menyatakan, persiapan pengamanan Natal dan Tahun Baru sekaligus mengantisipasi penularan kembali Covid-19. Personel TNI-Polri akan ditugaskan dalam pengamanan tempat ibadah, obyek wisata, dan perbatasan antardaerah.
Untuk pengamanan, menurut Nico dan Suharyanto, akan ditugaskan setidaknya 16.800 personel Polri, TNI, dan aparatur pemerintah. Tim pengamanan juga akan melibatkan unsur masyarakat, terutama anggota PMI dan Pramuka. ”Mereka disebar untuk pengamanan dan pengawasan protokol kesehatan,” ujar Nico.
Suharyanto mengingatkan, masa Natal dan Tahun Baru bersamaan dengan musim hujan sehingga potensi bencana membesar. Di sisi lain, situasi pandemi Covid-19 yang saat ini melandai berpotensi memburuk jika protokol kesehatan diabaikan. Libur Natal dan Tahun Baru amat berpotensi dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mobilitas ke daerah wisata. Yang dicemaskan, peningkatan mobilitas juga meningkatkan potensi penularan atau perburukan pandemi.
Dalam situasi yang melandai, misalnya di Surabaya yang menerapkan level 1 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), aktivitas di tempat ibadah sudah diperbolehkan dengan kehadiran umat yang terbatas. Nico meminta pengurus tempat ibadah taat protokol. Umat yang hendak beribadah harus dibatasi, diatur, dan dicek kesehatannya untuk menekan penularan. Setiap tempat ibadah amat dianjurkan memasang pemindai aplikasi Peduli Lindungi yang memastikan seseorang telah menerima vaksin Covid-19.