Waspadai Ancaman Bencana Hidrometeorologi di Pesisir Surabaya dan Kali Lamong
Jawa Timur, terutama Surabaya dan Gresik, patut mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi terhadap kualitas hidup masyarakat di tengah masa pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi untuk kawasan pesisir dan sungai yang berbatasan dengan Gresik dan Sidoarjo.
”Musim hujan segera datang seiring ancaman bencana hidrometeorologi sehingga perlu diwaspadai untuk menekan dampak terhadap kehidupan warga,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Selasa (26/10/2021).
Menurut perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim hujan akan mulai intensif pada bulan depan atau November 2021. Di sisi lain, saat ini, Indonesia, termasuk Surabaya, masih terdampak pandemi Covid-19 sejak Maret 2020. Memang sejak September atau bulan lalu pandemi melandai, tetapi sifatnya yang dinamis berpotensi meledak kembali seperti Juni-Agustus.
Di Surabaya, seiring dengan pandemi melandai, aparatur memacu pengerjaan proyek antisipasi bencana hidrometeorologi. Misalnya, pengerukan, pelebaran, dan atau pembangunan saluran air guna antisipasi banjir. Selain itu, dilakukan juga pemangkasan dahan-dahan pohon untuk menekan risiko mencelakai pengguna jalan atau mengganggu instalasi utilitas (air, listrik, penerangan, dan telekomunikasi).
Eri mengatakan, untuk wilayah dalam Surabaya, antisipasi bencana dimaksimalkan dengan program peningkatan kualitas prasarana, pemangkasan, dan mengingatkan kembali aparatur kelurahan dan kecamatan untuk menyiagakan gugus tugas Kampung Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo. Kampung tangguh pada prinsipnya untuk penanganan dan pengendalian pandemi Covid-19. Namun, fungsi gugus tugas di RT dan RW juga bisa dimaksimalkan bagi mitigasi bencana, bahkan kejahatan luar biasa terkait narkotika dan seksual.
Eri melanjutkan, ancaman bencana hidrometeorologi kemungkinan juga menerpa kawasan pesisir yakni bagian utara dan timur yang berbatasan dengan Selat Madura. Pada April, kawasan Kenjeran dihajar angin kencang, gelombang tinggi, dan rob. Di musim hujan, ancaman bencana tadi berpeluang kembali datang. Penanganan telah ditempuh yakni memperbaiki bangunan dan kapal nelayan yang rusak serta penguatan kapasitas mitigasi terhadap pengurus kampung.
”Kami juga memperhatikan ancaman banjir dari luapan Kali Lamong,” kata Eri. Kali Lamong membentang sepanjang 103 kilometer yang melintasi Lamongan, Mojokerto, Gresik, dan Surabaya. Sungai ini juga menjadi batas geografis Surabaya dan Gresik yang menjadi wilayah muara batang air tersebut.
Setiap tahun, musim hujan tidak tertampung oleh bentang Kali Lamong, terutama di wilayah hilir sehingga meluber dan membanjiri kawasan. Di Gresik, bentang Kali Lamong sepanjang 64 km melintasi enam kecamatan, yakni Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Kedamean, Menganti, dan Kebomas. Luapan sungai terjadi karena minim penanganan terhadap pendangkalan dan kondisi geografisnya, yakni perbedaan kontur dan ketinggian permukaan tanah.
Kami juga memperhatikan ancaman banjir dari luapan Kali Lamong (Eri Cahyadi).
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani dalam keterangan tertulis menyatakan, banjir dari Kali Lamong berdampak berat terhadap kehidupan 20 desa dan berdampak ringan-sedang terhadap kehidupan 28 desa. Banjir menjadi bencana rutin yang harus dihadapi dan diterima oleh warga di hampir 50 desa di Gresik bagian selatan itu sehingga mengganggu kualitas hidup ekonomi, sosial, dan budaya.
Yani mengklaim, kerugian material akibat banjir minimal Rp 80 miliar sedangkan kerugian akibat gangguan kualitas hidup masyarakat tak ternilai. Proyek antisipasi banjir di Kali Lamong merupakan kewenangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Namun, Gresik tidak tinggal diam untuk percepatan proyek antisipasi banjir sejauh tak melanggar regulasi dan kewenangan kabupaten.
Menurut Yani, dari berbagai studi, tanpa proyek penormalan dengan pengerukan dan penanggulan, Kali Lamong cuma mampu menampung curah hujan 250 meter kubik/detik. Namun, di musim hujan, curah hujan bisa dua-tiga kali lipat ketika turun bersamaan di Lamongan, Mojokerto, Gresik, dan Surabaya yang dilewati sungai tersebut. Untuk itu, proyek antisipasi banjir di Kali Lamong amat strategis bagi empat daerah tadi.
Pembebasan lahan
Sejauh ini, Gresik membantu dengan pembebasan lahan di sepadan anak-anak Kali Lamong. Tahun ini, dalam masa pandemi, telah dibebaskan tanah di 19 lokasi yakni di Desa Tambak Beras, Desa Jono, Desa Morowudi, Desa Putat Lor, dan Desa Sukoanyar. Selain itu, ada pembangunan 1,5 Km parapet atau dinding du atas tanggul sungai di Desa Jono dan Desa Tambak Beras.
Dalam apel siaga bencana, Senin (25/10/2021), di Lapangan Kodam V/Brawijaya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meminta wali kota dan bupati memperkuat kesiagaan dan mitigasi ancaman bencana hidrometeorologi dan La Nina yang diprediksi melanda Nusantara sampai dengan Februari 2022.
”BMKG menyebut fenomena La Nina lemah. Namun, mitigasi dari hulu ke hilir harus tetap dilakukan. Jangan sampai sudah kejadian, baru kebingungan,” ujarnya.
Selain angin monsun, La Nina menjadi salah satu faktor pendorong curah hujan meningkat di Indonesia. Menurut BMKG, peningkatan curah hujan 20-70 persen di atas normal berpotensi terjadi sampai dengan Februari pada bagian selatan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi juga Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang bisa memicu banjir, tanah longsor, angin kecang, puting beliung, dan tanah gerak.
Khofifah meminta kabupaten/kota terus meningkatkan kekinian (update) data dan informasi cuaca dan iklim dari BMKG untuk landasan kebijakan penanganan dan antisipasi. Daerah jangan terlambat merespons peringatan dini cuaca dan iklim BMKG, apalagi jika menyangkut kedaruratan bagi kehidupan masyarakat.
”Masyarakat juga perlu tetap waspada dan siaga untuk menentukan aksi penyelamatan atau evakuasi secepat mungkin sehingga terhindar dari ancaman fatal bencana,” katanya.
Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jatim mendorong kabupaten/kota menempuh beberapa langkah mitigasi. Aparatur di daerah harus meningkatkan sinergitas pemangku kepentingan dan menyiapkan rencana kontingensi sesuai dengan protokol kesehatan karena Covid-19.
Upaya lain menyiapkan pengungsian dan jalur evakuasi sesuai protokol, pendekatan preventif terhadap masyarakat, serta kesiapan fisik dan mental satuan tugas bencana dan Covid-19 melalui pelatihan. Termasuk pengecekan intens terhadap peralatan dan perlengkapan SAR serta menjaga kesehatan semua personel penanganan kebencanaan.