Prokes Mengendur, Gelombang Ketiga Covid-19 Mengintai Kendari
Protokol kesehatan di Kendari semakin lemah dari hari ke hari. Masyarakat beraktivitas tanpa menjaga jarak, bahkan tidak memakai masker.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seiring menurunnya kasus Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, penerapan protokol kesehatan juga semakin melemah. Kasus baru pun mulai bermunculan di ibu kota provinsi ini. Gelombang ketiga Covid-19 dikhawatirkan bisa terjadi.
Setelah tidak ada kasus baru hampir sepekan, kasus Covid-19 mulai muncul kembali di Kendari. Hingga Selasa (26/10/2021), lima kasus aktif muncul di beberapa wilayah.
Sementara itu, aktivitas masyarakat semakin tinggi dan begitu minim protokol kesehatan. Di tempat-tempat umum, masyarakat beraktivitas tanpa menjaga jarak, bahkan tidak lagi memakai masker. Tempat-tempat hiburan beraktivitas hingga jelang dini hari.
Di Pasar Mandonga, salah satu pasar tradisional besar di Kendari, sebagian besar pedagang dan pembeli terlihat tidak lagi menerapkan prokes. Mereka tidak memakai masker dan berbelanja dengan santai. Beberapa orang bahkan membawa anak kecil di tengah keramaian pasar.
Kepala Dinas Kesehatan Kendari drg Rahminingrum mengakui jika protokol kesehatan di masyarakat memang lemah beberapa waktu terakhir. Warga beraktivitas normal tanpa memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.
”Situasi di masyarakat memang terlihat melemah, baik di pasar, fasilitas umum, maupun lokasi usaha. Tempat hiburan juga kami dengar terkadang beraktivitas di atas waktu yang ditentukan, yaitu pukul 22.00 Wita,” kata Rahminingrum.
Operasi yustisi, ia melanjutkan, masih dilakukan oleh aparat yang berwenang. Akan tetapi, pelaksanaan tidak seintensif saat pandemi Covid-19 sedang tinggi seperti beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, tutur Rahminingrum, kasus Covid-19 ditemukan di beberapa tempat di Kendari setelah sepekan tidak ditemukan. Dari lima kasus aktif saat ini, dua kasus dirawat di Kendari, sedangkan tiga lainnya dirawat di Pulau Jawa.
”Tiga orang memang diketahui terpapar Covid-19 di Jawa saat sedang pengobatan. Namun, karena warga Kendari, datanya masuk di sini. Namun, kami tetap waspada akan penyebaran di masyarakat,” ujarnya.
Ke depan, Rahminingrum menyampaikan, pihaknya akan melakukan upaya penanganan dan pemantauan secara aktif di lapangan. Operasi yustisi dan sosialisasi akan terus dilakukan untuk mengingatkan masyarakat atas situasi pandemi yang masih berlangsung.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo (UHO), Ramadhan Sitepu, mengingatkan, kondisi seperti ini berpotensi besar menimbulkan gelombang ketiga Covid-19. Sebab, masyarakat hingga pemerintah terlena dengan situasi pandemi yang mulai turun dan hampir tidak ditemukan kasus baru.
Tanpa upaya serius, situasi ini bisa berujung kritis.
Padahal, kondisi pandemi belum usai dan terus berlangsung. Kasus baru yang turun tidak berarti penyebaran virus tidak terjadi. Sebab, upaya penelusuran secara masif tidak dilakukan secara kontinyu.
Tanpa penanganan dini, kondisi ini bisa semakin tinggi dan berbahaya di masyarakat. Pada Juni 2021, situasi di Kendari kritis akibat melonjaknya kasus Covid-19. Rumah sakit kolaps dan jumlah pasien yang meninggal bertambah setiap waktu.
”Di saat seperti sekarang, pemerintah tidak boleh terlena dengan kasus yang turun. Seharusnya membuat gerakan untuk penelusuran dan pemantauan yang masif agar kasus tidak melonjak. Tanpa upaya serius, situasi ini bisa berujung kritis,” katanya.
Tidak hanya di Kendari, sejumlah daerah di Indonesia juga mengalami kenaikan kasus baru Covid-19. Pemerintah telah mewanti-wanti agar protokol kesehatan ditegakkan dan kewaspadaan masyarakat ditingkatkan seiring kekhawatiran akan gelombang ketiga pandemi Covid-19.
”Presiden terus mengingatkan kepada kami agar semua terus waspada dan berhati-hati akan datangnya gelombang selanjutnya. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan kasus di 105 kota dan kabupaten seluruh Indonesia,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam jumpa pers secara daring bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin seusai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Senin (25/10/2021).
Menurut Budi, peningkatan kasus di 105 kabupaten/kota ini masih dalam tahap yang tidak mengkhawatirkan dan masih berada di bawah batas aman yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). ”Meski demikian, kita mencoba mengantisipasi secara lebih dini agar jangan sampai euforia yang berlebihan membuat kita jadi lengah, tidak waspada, dan kenaikan kasus di 105 kabupaten/kota ini kemudian menjadi tidak terkontrol jadi sangat tinggi,” ujarnya (Kompas, 25 Oktober 2021).