STFK Ledalero Flores Beralih Jadi Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif
Peralihan status merespons tuntutan zaman. Selain Filsafat, disiapkan jurusan Teknologi Kreatif dan Kewirausahaan.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
DOKUMEN STFK LEDALERO.
Para frater calon pastor SVD dari STFK Ledalero sedang mengikrarkan kaul kekal hidup membiara dalam Konggregasi SVD, Minggu (15/8/2021).
MAUMERE, KOMPAS — Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Katolik Ledalero, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur, segera berubah nama menjadi Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif. Peralihan ini sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman. Selama 51 tahun berdiri, STFK telah mengirim lebih dari 500 pastor ke luar negeri, menghasilkan 21 uskup, dan 4.383 alumnus awam Katolik. Para alumnus awam STFK ini bekerja di berbagai bidang.
Ketua Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Katolik (STFK) Ledalero Pastor Otto Gusti Madung SVD dihubungi di Ledalero, 9 kilometer arah barat Maumere, Kamis (21/10/2021), mengatakan, saat ini STFK Ledalero memiliki 1.424 mahasiswa dan mahasiswi untuk tiga program studi, yakni Strata 1 Filsafat, Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik, dan Magister Teologi. STFK ini sejak tahun 1996 menerima mahasiswa dari luar lulusan SMA Seminari, termasuk mahasiswi.
”Kami sedang proses perubahan STFK menjadi Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif atau IFTK. Di sana akan ada Filsafat, Teknologi Kreatif, dan Kewirausahaan. Sebagian kampus IFTK sedang dibangun di Maumere. Perubahan status ini untuk menjawab kebutuhan zaman dan menghasilkan para lulusan yang profesional di bidang tugas masing-masing,” kata Madung.
Dosen yang menangani mata kuliah ini terdiri atas pastor dan kaum awam. Tiga program studi ini sesuai dengan kebutuhan sebagai calon pastor dan menjawab kebutuhan di dunia teknologi informasi dan kewirausahaan saat ini, baik sebagai calon pastor maupun kaum awam.
STFK Ledalero adalah bagian dari Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, dengan moto ”Diligite Lumen Sapientiae” yang berarti ”Bernyalalah Terang Kebijaksanaan”. Tahun 2016, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menempatkan STFK pada peringkat ke-133 dari total 3.200 perguruan tinggi di Indonesia, dan peringkat ke-2 dari perguruan tinggi di NTT.
Menurut Madung, sejak STFK ini berdiri resmi tahun 1969 sudah mengirim lebih dari 500 pastor Katolik sebagai misionaris di luar negeri yang tersebar di lima benua. Sementara yang ditahbiskan menjadi pastor sebanyak 1.962 orang, 21 uskup, dan 4.383 kaum awam Katolik. Para kaum awam ini para calon pastor yang mengenyam pendidikan di STFK, yang kemudian memilih tidak menjadi pastor atau misionaris.
Jumlah 21 uskup ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sebagian telah meninggal, dan sebagian masih bertugas sebagai uskup. Salah satu alumnus, Mgr Gabriel Manek SVD (alm), sedang didoakan berbagai kalangan, terutama Kongregasi Putra-Putri Renya Rosari yang didirikan Manek, agar bisa mendapat persetujuan Vatikan sebagai Beato atau orang kudus.
DOKUMEN STFK LEDALERO.
Uskup Maumere Mgr Ewaldus Sedu Pr memimpin misa pada peringatan 50 tahun STFK dan 144 tahun berdirinya konggregasi Serikat Sabda Allah atau SVD di Ledalero, 8 September 2019.
Jumlah 500 pastor SVD yang dikirim sebagai misionaris ke lima benua itu tidak hanya berkarya di bidang kerohanian. Mereka juga terlibat di sektor pendidikan formal, sebagai dosen dan guru besar, dan penasihat Paus Roma bidang hubungan antaragama. Superior General SVD sedunia saat ini dijabat lulusan STFK Ledalero, yakni P Paul Budi Kleden SVD. Alumnus lainnya terlibat dalam pendampingan kaum muda, pertanian dan perkebunan, dan karya kemanusiaan lain, terutama bagi kaum miskin dan tak berdaya.
Mereka disiapkan secara memadai di bidang fisik, mental, kerohanian, dan intelektual. Masa persiapan seseorang calon pastor sampai menjadi pastor sekitar 20 tahun, terhitung dari pendidikan dasar sampai STFK dan masa persiapan menuju tahbisan pastor.
Ketua Alumni Awam STFK Ledalero Wilayah Maumere Lamber Dore Purek mengatakan, jumlah kaum awam STFK Ledalero di Sikka sebanyak 120 orang. Mereka memilih bekerja di bidang pendidikan, koperasi, kantor pemda, LSM, dan sebagai pengusaha. ”Kami tetap membangun relasi dan saling membagi informasi dengan STFK Ledalero,” kata Purek.
Sekretaris Alumni Awam STFK Ledalero Timor Isodorus Lilijawa mengatakan, perlu ada kerja sama lebih konkret dengan STFK Ledalero. Alumni ini tidak hanya dibentuk untuk memenuhi tuntutan administrasi sebuah perguruan tinggi, tetapi juga harus memberi kontribusi konkrit bagi STFK.
Ia menyebutkan, alumni awam STFK Ledalero belakangan ini makin sulit mendapatkan pekerjaan. ”Tahun 1980-2000, alumni awam masih dengan mudah mendapatkan pekerjaan, meski ijazah yang dimiliki tidak sesuai bidang pekerjaan yang ditekuni. Mereka bisa menjadi guru, dosen, wartawan, pegawai negeri sipil, pengusaha, dan politisi. Sekarang melamar bekerja di sektor itu harus sesuai dengan ijazah yang dimiliki,” kata Lilijawa.
DOKUMENTASI P OTTO GUSTI MADUNG SVD.
Pintu gerbang masuk Kampus STFK Ledalero di Maumere, Flores, NTT.
Ayah satu anak ini pun mendukung kebijakan STFK Ledalero beralih menjadi IFTK. Dengan tiga pilihan program studi itu, siapa saja bisa memilih sesuai minat dan cita-cita. ”Bisa saja seorang calon pastor memilih program studi filsafat dan teknologi informatika atau kewirausahaan. Jika tidak menjadi pastor, ia bisa melamar kerja di bidang teknologi informatika atau sebagai pengusaha,” katanya.
Saat ini, STFK tidak hanya menerima calon pastor, tetapi juga kaum awam yang menekuni pendidikan keagamaan Katolik. Jika mengubah status menjadi IFT, jumlah mahasiswa diprediksi semakin banyak, terutama dari lulusan SMA atau sederajad dari luar, bukan semata lulusan SMA Seminari.
Sama seperti Filsafat dan Teologi, mutu bidang studi Teknologi Kreatif dan Kewirausahaan yang dikembangkan pun sama dengan program studi Filsafat dan Teologi. Lulusan dari IFTK diharapkan dengan mudah mendapatkan pekerjaan di masyarakat, selain menjadi pastor.