Waspadai Potensi Masuknya Kasus Covid-19 dari Malaysia
Waspadai potensi masuknya kasus Covid-19 dari perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat. Apalagi, baru-baru ini 29 pekerja migran Indonesia asal Kabupaten Sambas terkonfirmasi Covid-19.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mewaspadai potensi masuknya kasus Covid-19 dari Sarawak, Malaysia, melalui perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat. Apalagi, baru-baru ini 29 pekerja migran Indonesia asal Kabupaten Sambas terkonfirmasi positif Covid-19.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Barat per 20 Oktober, ada tambahan kasus konfirmasi baru sebanyak 84 orang atau urutan keempat secara nasional tambahan kasus baru pada tanggal tersebut. Sebanyak 29 orang berasal dari Kabupaten Sambas.
”Untuk kasus di Sambas, semuanya pekerja migran Indonesia (PMI). Mereka warga Sambas yang baru pulang dari Sarawak, Malaysia, melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk-Sajingan di Kabupaten Sambas,” kata Kepala Dinkes Kalbar Harisson, Kamis (21/10/2021).
Kabupaten-kabupaten yang memiliki wilayah perbatasan hendaknya berhati-hati, terutama menjaga pelintasan batas di jalur tikus. Untuk di PLBN resmi, antara lain PLBN Aruk-Sajingan (Sambas) dan PLBN Entikong (Kabupaten Sanggau), relatif bisa dikontrol petugas satgas penanggulangan Covid-19 perbatasan.
Para pelintas batas dikarantina di tempat yang telah disediakan dan dilakukan tes usap PCR. Namun, Kalbar agak kewalahan dengan jalur masuk pelintas batas atau PMI dari jalur-jalur tikus. Hal ini harus terus diwaspadai oleh satgas penanggulangan Covid-19 perbatasan.
Berdasarkan catatan Kompas, setidaknya lima kabupaten di Kalbar berbatasan dengan Malaysia, yaitu Kabupaten Sambas (batas laut dan darat), Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Kapuas Hulu. Ada sekitar 50 jalan setapak yang menghubungkan desa-desa di Sarawak dengan desa-desa di Kalbar.
Harisson menuturkan, para PMI yang positif Covid-19 tersebut sedang diisolasi di tempat yang telah disediakan di Sambas. Setelah 10 hari mereka akan kembali dites usap PCR. Jika hasil tes PCR mereka negatif, diperbolehkan pulang ke kediaman masing-masing.
”Tampaknya kasus di Kalbar mulai naik lagi. Masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota jangan lengah. Semuanya harus berhati-hati,” ujar Harisson.
Gubernur Kalbar Sutarmidji menuturkan, ia meminta satgas Covid-19 perbatasan berhati-hati. Gubernur Kalbar juga berharap para PMI yang terkonfirmasi positif Covid-19 hendaknya dikarantina di Kota Pontianak, ibu kota Kalbar, karena aman dan fasilitas memadai.
Gubernur mewaspadai kasus dari Malaysia karena kasus di negara tersebut masih tinggi. Apalagi, cakupan vaksinasi di kabupaten masih relatif rendah. Masih banyak kabupaten yang cakupan vaksinasi pertama di bawah 40 persen.
Berdasarkan data Dinkes Kalbar per 20 Oktober, hanya Kota Pontianak dan Kota Singkawang yang cakupan vaksinasi pertama di atas 40 persen. Cakupan vaksinasi pertama Kota Pontianak 62,72 persen dan Kota Singkawang 44,13 persen. Sementara 12 kabupaten lainnya masih di bawah 40 persen.
Untuk cakupan vaksinasi pertama secara total di Kalbar 35,30 persen. Sementara itu, cakupan vaksinasi dosis kedua 19,79 persen. Total target vaksinasi di Kalbar sekitar 3,8 juta penduduk.
Sutarmidji meminta agar pengawasan jalur tikus perbatasan diperketat. Apalagi, menjelang akhir tahun bisanya jumlah orang yang melintas meningkat. Seandainya para pelintas menggunakan pintu resmi akan mudah mengawasinya.