Sandiaga Uno: Minat Warga Desa Mengelola Potensi Wisata Sangat Tinggi
Kesadaran warga untuk mengelola potensi desa menjadi obyek wisata kian meningkat. Pada tahun 2021, sebanyak 1.831 desa mengikuti ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·3 menit baca
JANTHO, KOMPAS — Minat warga desa di sejumlah daerah di Indonesia dalam mengelola potensi wisata semakin tinggi. Pilihan itu berpotensi membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan warga.
Hal itu dikatakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno di Desa Nusa, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Rabu (20/10/2021). Mengenakan kopiah meukutop, Sandiaga datang dengan naik becak motor.
Anak-anak di salah satu desa wisata andalan Aceh ini tidak ketinggalan menyambut rombongan menteri dengan tarian Likok Pulo dan Seudati. Sandiaga juga dijamu makan dengan kuah beulangong (kari kambing) lalu berkeliling menikmati suasana desa.
”Assalamualaikum, peu haba (apa kabar),” Sandi menyapa warga.
Sandiaga mengatakan, ada 1.831 desa yang mengikuti ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia tahun 2021. Setelah diverifikasi, terpilih 50 desa. Salah satunya adalah Desa Nusa.
Menurut Sandiaga, setiap desa memiliki keunggulan masing-masing. Di Desa Nusa, misalnya, kisah warga bangkit dari keterpurukan akibat tsunami menjadi cerita menarik untuk diangkat.
Sempat sepi pengunjung akibat pandemi Covid-19, Sandiaga yakin Desa Nusa bakal diminati. Dia mengatakan, hal itu didukung kemungkinan dibukanya kembali pintu masuk untuk wisatawan Malaysia ke Aceh. Sandiaga meminta Pemprov Aceh menyurati Kementerian Parekraf secara resmi agar hal ini bisa dicari jalan keluarnya.
”Wisata desa bisa menjadi andalan menarik wisatawan mancanegara. Wisatawan ingin merasakan eloknya alam, permainan tradisional, dan kuliner lokal,” ujar Sandiaga.
Desa Nusa terletak di tepi jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh, Aceh Barat. Jaraknya hanya 9,5 kilometer dari Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh. Desa ini berada di kaki bukit dan tidak terlalu jauh dari laut. Saat tsunami 2004, separuh desa luluh lantak.
Inisiator Desa Wisata Nusa Rubama Muhammad mengatakan, pascatsunami, banyak warga kehilangan tempat tinggal dan sumber pendapatan. Rubama bersama warga lain lantas mencoba bangkit lewat sejumlah inovasi. Beberapa di antaranya membangun bank sampah desa, membentuk grup budaya, dan kelompok pemberdayaan perempuan.
Hingga akhirnya pada tahun 2015 warga percaya diri meluncurkan Nusa sebagai desa wisata. Rumah-rumah warga diubah menjadi rumah penginapan. Warga juga mengadakan festival budaya dan karnaval.
Selain itu, wisatawan juga disuguhi keindahan alam, budaya, kuliner, hingga permainan tradisional. Saat musim panen padi, wisatawan diajak merasakan menjadi petani. Warga juga kerap mengundang jurnalis untuk menyebarkan pesona wisata ini. Hasilnya, tercatat ada 8.000 orang yang datang ke Desa Nusa setiap tahun.
”Kami ingin menjadi desa mandiri dan berdaulat. Namun, masih banyak yang harus dibenahi. Kami perlu dukungan dari semua pihak,” ujar Rubama.
Kepala Dinas Pariwisata Aceh Jamaluddin mengatakan, Desa Nusa termasuk desa wisata unggulan. Banyak kegiatan wisata digelar di sana, seperti kemah bersama, atraksi seni budaya, dan pembuatan mural desa.
”Banyak tamu yang kami bawa ke Nusa. Kami juga membantu promosi Nusa ke nasional,” kata Jamaluddin.
Saat ini di Aceh terdapat 22 desa wisata. Desa-desa itu memiliki keindahan alam dan budaya yang unik. Desa wisata itu lahir atas kesadaran warganya mengelola potensi yang mereka miliki.