Diklaim Nol Kasus, Kota Tegal Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19
Munculnya gelombang ketiga Covid-19 diwaspadai Pemerintah Kota Tegal, Jateng, kendati kasus Covid-19 di wilayah itu diklaim nihil dalam sepuluh hari terakhir. Salah satunya dengan menggencarkan pengetesan sampel usap.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Antisipasi gelombang ketiga penularan Covid-19 di Kota Tegal, Jawa Tengah, tetap dilakukan dengan cara menyiapkan laboratorium tes reaksi berantai polimerase (PCR), menambah kapasitas oksigen, dan membatasi mobilitas masyarakat. Ketiga langkah pencegahan itu dilakukan meskipun tidak ada lagi pasien Covid-19 di wilayah tersebut dalam sepuluh hari terakhir.
Pemerintah Kota Tegal mengklaim, tidak ada lagi pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit ataupun menjalani isolasi mandiri di wilayahnya selama sepuluh hari terakhir. Hal itu disebut membuat Kota Tegal kembali menjadi daerah zona hijau.
”Meskipun sudah zona hijau dan zero Covid-19, kita tidak boleh terlena. Apalagi, daerah-daerah di sekitar Kota Tegal masih ada orang-orang yang positif Covid-19,” kata Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono seusai meresmikan laboratorium PCR di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah, Kota Tegal, Senin (18/10/2021).
Dedy meminta masyarakat Kota Tegal tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk menekan risiko munculnya kasus Covid-19 baru. Selain kasus baru, dia juga mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai ancaman gelombang ketiga penularan Covid-19.
Untuk mengantisipasi munculnya gelombang ketiga penularan, pemerintah setempat berupaya menyiapkan laboratorium PCR di RSUD Kardinah, Kota Tegal. Kehadiran laboratorium yang dibangun dengan anggaran Rp 5,8 miliar itu diharapkan bisa mempercepat upaya deteksi dini.
Sebelumnya, Kota Tegal masih harus mengirim sampel tes usap ke laboratorium PCR milik Kementerian Kesehatan di Semarang. Waktu tunggu hasil tes berkisar lima hingga tujuh hari. Dengan laboratorium di RSUD Kardinah, sampel usap dapat segera diuji dan hasilnya dapat diketahui dalam waktu empat jam.
”Dalam satu kali running (operasi), alat (PCR) ini bisa mengetes hingga 96 sampel. Setiap sekali running, perlu waktu sekitar empat jam. Sehingga, dalam sehari, bisa dilakukan sedikitnya tiga kali running dengan jumlah sampel yang dites maksimal 288 sampel,” ujar Pelaksana Tugas Direktur RSUD Kardinah, Kota Tegal, Agus Dwi Sulistyantono.
Selain tes PCR, laboratorium itu juga melayani tes antigen. Adapun tarif tes PCR sebesar Rp 450.000 dan tes antigen sebesar Rp 95.000.
Tak hanya menyiapkan laboratorium PCR, RSUD Kardinah yang selama ini menjadi rumah sakit rujukan Covid-19 lini pertama juga menambah kapasitas penyimpanan oksigen likuid. Kapasitas penyimpanan oksigen akan ditambah dari semula 3 ton menjadi 10 ton.
”Kami belajar dari apa yang terjadi pada gelombang kedua kemarin. Kami kewalahan dalam menyiapkan oksigen. Kalau dengan kapasitas 3 ton, terus masih harus melayani pasien seperti kemarin (puncak gelombang kedua), kami harus mengerahkan oksigen-oksigen tabung,” imbuh Agus.
Hal lain yang tak kalah penting dalam mencegah gelombang ketiga penularan Covid-19, menurut Kepala Dinas Kota Tegal Sri Primawati Indraswari, ialah membatasi mobilitas. Sebab, lonjakan-lonjakan kasus yang terjadi sebelumnya dipicu mobilitas yang tak terkendali.
”Kami mewaspadai peningkatan kasus yang berpotensi terjadi di akhir tahun. Salah satu caranya dengan membatasi mobilitas masyarakat,” katanya.
Sepanjang November, pemerintah setempat akan memantau pergerakan masyarakat di Kota Tegal. Jika ada gejolak peningkatan mobilitas, pembatasan akan langsung dilakukan dengan menutup sejumlah ruas jalan dan ruang-ruang publik.
Sejak awal Juli, sejumlah ruas jalan protokol di Kota Tegal masih ditutup, terutama pada malam hari. Selain itu, sejumlah lampu penerangan jalan umum juga dimatikan. Hal itu untuk menekan mobilitas masyarakat.