Terdampak Pandemi Covid-19, Kebun Binatang di DIY-Jateng Terima Donasi
Pandemi Covid-19 membuat kebun binatang se-Jateng dan DIY terdampak. Penggalangan donasi dibuka untuk kelangsungan hidup satwa.
Oleh
megandika wicaksono
·2 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Lembaga konservasi dan kebun binatang di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah terdampak pandemi Covid-19. Pintu donasi pun dibuka sebagian kalangan untuk meringankan beban kehidupan satwa.
Salah satu donasi dilakukan Forum Kerja Sama Kebun Binatang dan Aquaria (FKKBA) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Donasi ini bakal disalurkan bagi 20 lembaga konservasi dan kebun binatang di DIY-Jateng.
”Kita mengadakan donasi karena ada beberapa yang perlu dibantu,” kata Ketua FKKBA Jateng-DIY Junjung di Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas Banjarnegara, Sabtu (16/10/2021).
Junjung mengharapkan, masyarakat dan perusahaan mau turut berpartisipasi. Donasi bisa disalurkan ke nomor rekening BRI 20340-1000-309302 atas nama Forum Kerjasama Kebun Binatang dan Aquaria Jateng-DIY.
Selain donasi, lanjut Junjung, masyarakat juga bisa ikut membantu pemulihan ekonomi dengan tidak cemas berwisata. ”Sebagian tempat wisata sekarang terpuruk sekali. Semoga dengan donasi, bantuan, dan kepedulian warga, pelestarian satwa dapat terus diperjuangkan,” kata Junjung, yang juga Direktur Taman Wisata Pendidikan Purbasari Pancuran Mas Purbalingga.
Menurut Direktur Taman Satwa Taru Jurug Surakarta Bimo Wahyu Widodo, pihaknya membutuhkan biaya operasional Rp 330 juta per bulan. Mendapat bantuan sebesar Rp 193,5 juta per bulan dari Pemerintah Kota Surakarta, sisanya harus ditopang pemasukan pengunjung, perusahaan, dan orangtua asuh.
”Kalau menjerit, ya, semuanya menjerit, tapi kondisi satwa FKKBA tetap komitmen bagaimanapun caranya kondisinya sehat dan lestari karena itu titipan negara,” ucap Bimo.
Sementara itu, Direktur Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas Banjarnegara Lulut Yektiadi menyampaikan, pandemi sempat membuat pihaknya menunggak pembayaran pembelian pakan satwa. ”Kami menunda pembayaran karena uangnya belum komplet. Kalau pengunjung tidak ada, berarti tidak ada pemasukan sama sekali,” ujar Lulut.
Dia mengatakan, biaya yang dibutuhkan Rp 250 juta-Rp 300 juta per bulan. Sebesar Rp 100 juta-Rp 150 juta di antaranya untuk biaya pakan 200 ekor satwa. ”Namun, sampai sekarang kami tidak sampai merumahkan 58 karyawan yang bekerja di sini,” katanya.
Pembina FKKBA KMT A Tirtodiprodjo yang juga Direktur Utama Gembira Loka Yogyakarta mengharapkan setiap lembaga konservasi, penangkaran, serta kebun binatang terus berinovasi dan kreatif. Di Gembira Loka, misalnya, dibuka wisata sepeda.
Selain itu, lanjutnya, pakan juga perlu divariasi supaya dapat menghemat pengeluaran. Semuanya dilakukan guna ikut menopang kebutuhan dana operasional yang mencapai Rp 400 juta per bulan.