Konflik Memanas, Seekor Harimau Sumatera Dievakuasi dari Merangin
Konflik satwa di Merangin akhirnya berujung pada masuknya seekor harimau sumatera ke dalam kandang perangkap di Renah Pembarap. Harimau dibawa ke Jambi untuk menjaga keselamatan satwa itu.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Memanasnya konflik manusia versus satwa di wilayah Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, berujung pada masuknya seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) ke dalam kandang perangkap. Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi membawanya ke Jambi untuk dievakuasi sementara ke tempat penyelamatan satwa.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi Rahmad Saleh mengatakan, setelah masuk kandang perangkap, Sabtu (16/10/2021) sore, harimau itu dibawa ke Jambi. ”Keselamatannya adalah prioritas,” kata Rahmad dalam pesan singkat di tengah perjalanan mengevakuasi harimau menuju Kota Jambi.
Harimau tersebut diperkirakan masuk kandang perangkap sekitar pukul 15.30 di wilayah Renah Pembarap yang merupakan kawasan penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat. Perangkap itu telah dipasang tim konservasi beberapa hari sebelumnya menyusul konflik satwa dan manusia yang memanas di wilayah itu.
Seorang warga tewas diterkam harimau pada Kamis (14/10/2021) malam lalu sewaktu berada di sebuah bukit untuk mencari sinyal telepon.
Sahron, Kepala Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) Jambi, mengatakan, harimau akan dievakuasi sementara menuju TPS. Mengenai rencana berikutnya, termasuk soal pelepasliaran harimau, belum dapat dipastikan.
Adapun perjalanan membawa harimau dari Kabupaten Merangin menuju Kota Jambi menempuh jarak lebih dari 200 kilometer. Harimau diperkirakan tiba di TPS Jambi pada Minggu (17/10/2021).
Keselamatannya adalah prioritas.
Sementara itu, warga yang tewas diterkam harimau bernama Abu Bakar (19). Ia pergi bersama dua rekannya menuju sebuah bukit untuk mencari sinyal telepon pada malam hari. Setelah mendapatkan sinyal, mereka duduk cukup lama untuk berkomunikasi. Namun, tanpa disadari, seekor harimau mendekat dan menerkamnya.
Kepala Kepolisian Resor Merangin Ajun Komisaris Besar Irwan Andy mengatakan belum dapat mengetahui penyebab konflik itu. Sejauh ini, upaya penanganan harimau langsung dilaksanakan petugas BKSDA Jambi dan Balai Taman Nasionak Kerinci Seblat (TNKS).
Tim dari kepolisian dan TNI berjaga dan mengimbau masyarakat untuk berhati-hati agar kejadian itu tidak berulang kembali. ”Petugas patroli sudah kami kerahkan untuk mengingatkan masyarakat jangan mendekat ke sekitar lokasi. Juga agar tidak keluar pada malam hari,” katanya.
Sementara itu, Sabtu siang, dilaporkan pula seorang konservasionis satwa dari Fauna & Flora International (FFI) bernama Hendar (52) tenggelam di Sungai Langkup, Jangkat, Kabupaten Merangin, sewaktu menelusuri jejak harimau sumatera tersebut. Hingga kini, upaya pencarian langsung oleh tim Badan SAR Nasional Merangin masih belum membuahkan hasil.
Pencarian terkendala kondisi gelap. Menurut Kepala Kantor Basarnas Jambi Abdul Malik, pencarian dilanjutkan pada Minggu.
Hendar merupakan warga Kabupaten Muko-muko, Bengkulu, yang menjadi anggota FFI. Ia tiba di Merangin untuk membantu upaya penanganan konflik manusia dan harimau sumatera yang tengah memanas di wilayah itu.
Setibanya di Merangin, Hendar bergabung dengan timnya untuk menyusun rencana mengecek keberadaan harimau lewat jejaknya. Pada Jumat pukul 10.00, korban sudah memulai perjalanan bersama empat rekannya pemantau pergerakan harimau di wilayah itu. Namun, sewaktu hendak menyeberangi sungai, korban terpeleset dan hanyut terbawa arus.
”Setelah kami mendapatkan informasi tersebut, tim dari Pos SAR Kerinci langsung berangkat,” katanya. Tim membawa peralatan penyelamatan di air, peralatan medis, dan alat komunikasi satelit mengingat lokasi tak terjangkau sinyal telepon.
Wilayah tersebut merupakan penyangga TNKS. Namun, belakangan hunian baru dibangun semakin jauh ke dalam hutan yang selama ini merupakan ruang jelajah harimau.