Konservasionis FFI Tenggelam di Sungai Saat Menelusuri Jejak Harimau di Jambi
Hendar tengah membantu penanganan konflik manusia dan harimau sumatera yang memanas di wilayah itu. Dalam perjalanan menyeberangi sungai, ia terpeleset dan hanyut terbawa arus sungai.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Uni (13) kini menjadi satu-satunya harimau sumatera penghuni Kebun Binatang Taman Rimbo, Kota Jambi, Senin (28/1/2019). Anaknya, Ayu (8), mati pada 26 Januari lalu akibat pneumonia. Namun, penyidik Kepolisian Daerah Jambi masih terus menyelidiki sebab kematian satwa dilindungi tersebut.
JAMBI, KOMPAS — Hendar (52), konservasionis satwa dari Fauna dan Flora International atau FFI, diduga tenggelam di Sungai Langkup, Merangin, Jambi, saat menelusuri jejak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Upaya pencariannya masih dilakukan tim gabungan sejak Sabtu (16/10/2021) pagi.
Hendar, warga Kabupaten Muko-muko, Bengkulu, datang ke Merangin untuk membantu penanganan konflik manusia-harimau sumatera. Konflik memuncak setelah ada warga diterkam harimau, Kamis (14/10) malam.
Setibanya di Merangin, Hendar bergabung dengan tim untuk menyusun rencana mengecek keberadaan jejak harimau. Pada Jumat pagi, korban langsung memulai perjalanan bersama empat rekannya. Namun, sewaktu hendak menyeberangi Sungai Langkup, dia terpeleset dan hanyut terbawa arus air.
Kepala Kantor Basarnas Jambi Abdul Malik mengatakan, pihaknya mendapat informasi tenggelamnya Hendar pada Sabtu pagi. Informasinya didapat dari Wido Alber, anggota FFI lain.
”Setelah mendapatkan informasi tersebut, tim dari Pos SAR Kerinci langsung berangkat,” katanya. Tim membawa peralatan penyelamatan di air, peralatan medis, dan alat komunikasi satelit mengingat di lokasi tak terjangkau sinyal telepon.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Pemandangan dari puncak hutan adat di Desa Rantau Kermas, Kabupaten Merangin, Jambi, 8 Juli 2019.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi Rakhmat Saleh mengerahkan tim untuk mengupayakan penanganan konflik. Salah satu caranya memasang kandang perangkap di sejumlah lokasi. Jika masuk perangkap, harimau akan dievakuasi ke lokasi yang lebih aman dan jauh ke dalam hutan. Harapannya, warga selamat dan harimau aman dari ancaman perburuan.
Kejadian warga diterkam harimau rawan di Merangin. Wilayah tersebut merupakan penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Namun, belakangan, hunian manusia dibangun semakin jauh ke dalam hutan dan bersinggungan dengan ruang jelajah harimau.
Pada Kamis lalu, misalnya, konflik manusia-harimau berujung korban tewas. Kejadiannya bermula saat Abu Bakar (19), warga setempat, pergi bersama dua rekannya menuju sebuah bukit untuk mencari sinyal telepon pada malam hari. Setelah mendapatkan sinyal, mereka duduk cukup lama untuk berkomunikasi. Namun, tanpa disadari seekor harimau mendekat dan menerkamnya.
Sungai-sungai di hulu Jambi kian keruh sejak maraknya pembukaan hutan hingga aktivitas tambang emas liar di Jambi. Untuk itu, dibutuhkan pemulihan kembali ekosistem sungai demi menghindari bencana di kemudian hari. Tampak hulu sungai di Kabupaten Merangin, Jambi, Selasa (1/10/2019).
Kepala Polres Merangin Ajun Komisaris Besar Irwan Andy belum mengetahui penyebab pasti konflik itu. Sejauh ini, upaya penanganan harimau langsung dilaksanakan petugas BKSDA dan Balai TNKS. Adapun tim dari kepolisian dan TNI berjaga. Mereka mengimbau masyarakat berhati-hati agar kejadian itu tidak terulang kembali.
”Petugas patroli sudah kami kerahkan untuk mengingatkan masyarakat jangan mendekat ke sekitar lokasi. Juga agar tidak keluar pada malam hari,” katanya.