Vaksinasi Warga Lansia di Jabar Dipermudah lewat Bidan Desa
Kendala mengakses sentra penyuntikan vaksin menjadi penyebab rendahnya capaian vaksinasi Covid-19 terhadap warga lansia di Jawa Barat. Lewat praktik bidan desa, akses dipermudah untuk meningkatkan cakupannya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Vaksinasi Covid-19 bagi warga lanjut usia di Jawa Barat belum optimal. Kendala mengakses sentra penyuntikan vaksin menjadi faktor rendahnya capaian vaksinasi terhadap kelompok sasaran itu. Melalui praktik bidan desa, akses vaksinasi bagi warga lansia dipermudah untuk mengejar target vaksinasi rampung pada akhir 2021.
Secara keseluruhan, vaksinasi di Jabar dengan target 37,9 juta orang telah mencapai 50 persen untuk dosis pertama dan 27,9 persen untuk dosis kedua. Namun, persentase vaksinasi terhadap warga lansia lebih rendah dibanding kelompok sasaran lain, seperti tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik, dan masyarakat rentan.
Vaksinasi warga lansia di Jabar menyasar 3,4 juta orang. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan melalui laman vaksin.kemkes.go.id, Jumat (15/10/2021) pukul 18.00, capaian vaksinasi terhadap kelompok ini masih 33 persen untuk dosis pertama dan 18 persen untuk dosis kedua.
Wakil Ketua Divisi Percepatan Vaksinasi Satgas Penanganan Covid-19 Jabar Atalia Praratya Ridwan Kamil menyebutkan, banyak warga lansia kesulitan mengakses lokasi sentra vaksinasi. Oleh karena itu, aksesnya dipermudah untuk meningkatkan capaian vaksinasi pada kelompok tersebut.
Ribuan tempat praktik bidan desa yang tersebar di seluruh Jabar digunakan sebagai lokasi penyuntikan vaksin. Dengan demikian, lansia yang jauh dari sentra vaksinasi tetap bisa divaksin dengan mendatangi bidan desa terdekat.
“Sehingga praktik bidan desa ini akan menjadi salah satu solusi (meningkatkan capaian vaksinasi) yang bisa kita ambil,” ujarnya.
Atalia mengatakan, di Jabar terdapat 9.500 bidan desa yang sudah dilatih menjadi vaksinator. Sumber daya itu akan dimaksimalkan untuk memfasilitasi penyuntikan vaksin di wilayah yang sulit menjangkau sentra vaksinasi.
Ribuan tempat praktik bidan desa yang tersebar di seluruh Jabar digunakan sebagai lokasi penyuntikan vaksin.
Daerah dengan capaian vaksinasi rendah terus didorong untuk meningkatkannya. Sebab, capaian itu berpengaruh terhadap level kebijakan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di kawasan aglomerasi.
Di aglomerasi Bandung Raya, misalnya, vaksinasi dosis pertama di Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang sudah di atas 60 persen. Namun, di Kabupaten Bandung masih 42,99 persen dan Kabupaten Bandung Barat 56,97 persen.
”Sekarang ada namanya aglomerasi. Kalau ada yang kurang dari 60 persen capaian vaksinasinya, kita tidak akan pernah masuk ke (PPKM) level 2. Jadi, harus bersama-sama saling menolong,” ujarnya.
Upaya Jabar mengejar kekebalan kelompok atau herd immunity pada akhir 2021 juga terkendala timpangnya capaian vaksinasi. Capaian tertinggi berada di Kota Bandung dengan 90,44 persen untuk dosis pertama dan 67,54 persen untuk dosis kedua.
Akan tetapi, capaian itu sangat jomplang dibandingkan dengan Kabupaten Tasikmalaya yang baru mencapai 26,78 persen untuk dosis pertama dan 9,91 persen untuk dosis kedua. Di daerah lain, seperti Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Ciamis, Kuningan, Majalengka, Cirebon, Indramayu, dan Subang, capaian vaksinasi dosis pertama belum mencapai 40 persen.
Wali Kota Bandung Oded M Danial menyebutkan, percepatan vaksinasi di kota itu dilakukan berkolaborasi dengan berbagai sektor. Pihaknya menargetkan vaksinasi terhadap 1,95 juta orang hingga Desember 2021.
”Saat ini (kami) gencar melaksanakan vaksinasi untuk mengejar kekebalan kelompok. Dengan berbagai upaya dan kolaborasi semua pihak, saya optimistis target tersebut tercapai,” ujarnya.