Populasi Bekantan di Kalsel Naik Dua Kali Lipat dalam 7 Tahun
Populasi bekantan di Pulau Curiak, Kalimantan Selatan, bertambah 100 persen lebih dalam waktu tujuh tahun. Dukungan berbagai pihak terhadap konservasi primata endemik Kalimantan itu masih sangat diperlukan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Populasi bekantan (Nasalis larvatus) di Pulau Curiak, Kalimantan Selatan, naik dua kali lipat lebih dalam tujuh tahun. Dukungan berbagai pihak terhadap konservasi primata endemik Kalimantan itu masih sangat diperlukan mengingat populasinya sudah lama terancam punah.
Baru-baru ini, seekor bayi bekantan kembali lahir di Pulau Curiak. Pulau seluas 3,9 hektar dalam kawasan sekitar Jembatan Barito itu merupakan sebuah delta di Sungai Barito, Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala. Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Amalia Rezeki mengatakan, kelahiran bayi bekantan tersebut adalah kali kedua di kawasan Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak, sepanjang 2021.
”Populasi bekantan di Pulau Curiak sekarang ini berjumlah 29 ekor. Pada 2014, jumlahnya hanya 14 ekor. Jadi, penambahan populasinya sangat signifikan atau sudah lebih dari 100 persen,” kata Amel, panggilan akrab Amalia Rezeki, di Banjarmasin, Jumat (15/10/2021).
Bayi mungil bekantan kali ini lahir dari induk betina yang masuk dalam kelompok Bravo. Bekantan dalam kelompok Bravo kerap terlihat di seberang Pulau Curiak atau kawasan penyangga. Bayi bekantan itu masih berwajah hitam kebiru-biruan dan selalu berada dalam pelukan Mimin, induknya.
Menurut Amel, kehadiran bayi bekantan ini menjadi kabar gembira bagi semua pendukung konservasi bekantan. Hal ini juga menunjukkan SBI mampu mengelola kawasan Pulau Curiak yang kecil dan berada di luar kawasan konservasi. ”Kami sudah mampu menumbuhkembangkan populasi bekantan di alam liar. Pertambahan populasi itu membuat kawanan bekantan di kawasan Stasiun Riset Bekantan kini terbagi menjadi tiga kelompok,” tuturnya.
Nur Asia Uno, istri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengaku sangat tertarik dengan kelahiran bayi bekantan di Kalimantan Selatan. Ia pun berkunjung ke Pulau Curiak, Jumat (15/10/2021) pagi, dan langsung menyematkan nama bagi bayi bekantan yang baru lahir. Penamaan bayi bekantan ditandai dengan penandatanganan sertifikat kelahiran bekantan oleh Nur Asia.
”Bayi bekantan ini saya beri nama Amel Junior. Ini sebagai bentuk apresiasi kepada Amalia Rezeki atas dedikasinya melestarikan bekantan di Pulau Curiak. Semoga bekantan di Pulau Curiak tetap lestari dan semakin mendunia,” katanya.
Mengapresiasi
Nur Asia mengapresiasi kinerja tim SBI yang mampu mengelola dan mengembangkan Stasiun Riset Bekantan serta meningkatkan populasi bekantan di kawasan tersebut dengan terus bertambahnya kelahiran anak bekantan.
”Saya sangat mengapresiasi kerja keras tim SBI yang selama ini telah berupaya menjaga dan melestarikan bekantan di Kalimantan Selatan. Ini tentu saja membawa kabar gembira bagi kita semua. Semoga upaya ini bisa membantu meningkatkan populasi bekantan di Indonesia,” tuturnya.
Konvensi perdagangan internasional untuk spesies hewan dan tumbuhan liar yang terancam punah (CITES) memasukkan bekantan dalam daftar spesies primata yang sudah terancam punah sehingga perdagangannya harus diatur dengan sangat ketat. Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan bekantan sebagai satwa dilindungi undang-undang sejak 1931. Pada 1990, bekantan ditetapkan sebagai maskot Kalimantan Selatan.
SBI tidak hanya berkonsentrasi pada pelestarian bekantan, tetapi juga mengembangkan ekowisata bekantan dalam rangka mendukung program pemerintah di bidang pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Nur Asia juga mendukung upaya SBI yang tidak saja berkonsentrasi pada pelestarian bekantan, tetapi juga mengembangkan ekowisata bekantan dalam rangka mendukung program pemerintah di bidang pembangunan pariwisata berkelanjutan. ”Ini luar biasa. Wisata minat khusus yang dikembangkan SBI juga sudah mendunia,” katanya.
Amel berterima kasih atas kehadiran Nur Asia ke Stasiun Riset Bekantan dalam rangka melihat perkembangan bekantan di Pulau Curiak. ”Beliau memang sangat peduli terhadap lingkungan dan pelestarian bekantan. Beliau juga tercatat sebagai donatur pelestarian bekantan yang dikelola SBI,” kata dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat itu.