Menunggu Dollar Menghidupkan Lagi Bali
Pemerintah memutuskan membuka kembali Bali untuk kunjungan internasional mulai Kamis (14/10/2021). Puluhan hotel siap menjadi lokasi karantina wisatawan asing.
”Tyang (saya) senang mendengar pemerintah akan membuka Bali untuk turis asing. Mudah-mudahan kami tidak di-PHP lagi,” kata Ni Wayan Sumiyati, pedagang pakaian di Pasar Umum Ubud, Gianyar, Bali, Rabu (13/10/2021). Perempuan 47 tahun yang sudah 22 tahun berjualan di pasar seni itu kenyang merasakan manis dan pahit kehidupan sebagai pedagang kecil.
Istilah PHP yang dimaksud adalah pemberi harapan palsu. Sumiyati mengungkapkan, rencana pembukaan Bali untuk kunjungan wisatawan mancanegara selama masa pandemi Covid-19 sudah beberapa kali digulirkan, tetapi tidak kunjung diwujudkan.
Pemerintah pernah merencanakan pembukaan Bali untuk kunjungan wisman mulai Juli 2021. Rencana itu diawali penetapan tiga kawasan zona hijau (green zone), yakni Ubud di Kabupaten Gianyar, Sanur di Kota Denpasar, dan Nusa Dua di Kabupaten Badung, yang disiapkan sebagai lokasi free covid corridor Bali dalam menerima kunjungan wisman. Namun, rencana itu tidak terlaksana karena pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat Covid-19 mulai awal Juli 2021.
Hingga saat (Kamis) ini, belum ada maskapai yang mengajukan slot jadwal penerbangan ke Bali.
Sebelumnya, pemerintah juga berencana membuka Bali bagi kunjungan wisman pada September 2020. Direncanakan dan disiapkan prosedur operasi standarnya, salah satunya mengacu Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 3355 Tahun 2020 tentang Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru terhadap 14 sektor, termasuk sektor pariwisata. Rencana pembukaan Bali bagi kunjungan wisman pada September 2020 itu juga tidak terlaksana.
Kini, pemerintah memutuskan membuka kunjungan untuk wisman ke Bali. Berdasar Surat Edaran Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 20 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional pada Masa Pandemi Covid-19, yang ditetapkan Rabu (13/10), bandara di Bali dan di Kepulauan Riau menjadi pintu masuk pelaku perjalanan internasional, termasuk perjalanan wisata. Seiring surat edaran itu, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai kembali melayani penerbangan internasional mulai Kamis (14/10).
Baca Juga: Bali Dibuka Kembali bagi Kunjungan Internasional Mulai 14 Oktober
Perihal pembukaan Bali itu juga disinggung Presiden Joko Widodo ketika memberikan pengarahan kepada forum komunikasi pimpinan daerah (forkopimda) seluruh Bali di Kantor Gubernur Bali, Jumat (8/10). Presiden menyebut, pemerintah akan menerima kunjungan calon wisman ke Bali dari beberapa negara yang dinilai sudah mampu mengendalikan pandemi Covid-19 di negaranya dan menjalankan mekanisme travel bubble dengan Indonesia.
Dalam keterangan pers daring mengenai perkembangan PPKM Jawa dan Bali, Senin (11/10), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, dalam tahap awal pemerintah mengizinkan kunjungan dari 18 negara dengan kasus pandemi Covid-19 di level 1 dan level 2 dengan positivity rate di bawah 5 persen mengacu standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Rabu (13/10), jumlah negara yang diberikan izin ke Bali dan Kepulauan Riau menjadi 19 negara.
Baca Juga: Bali dan Kepri Dibuka untuk Kunjungan Wisata dari 19 Negara
Persiapan penerimaan kunjungan internasional melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai terus dikerjakan meskipun hingga Kamis belum ada penumpang ataupun pesawat rute internasional yang mendarat di sana. Stakeholder Relation Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Taufan Yudhistira menyatakan, pihaknya masih menunggu informasi jadwal penerbangan internasional menuju Bali atau sebaliknya, bertolak dari Bali.
”Hingga saat (Kamis) ini, belum ada maskapai yang mengajukan slot jadwal penerbangan ke Bali. Kami juga belum mendapatkan regulasi terkini yang mengatur penerbangan internasional meskipun sudah ada Surat Edaran Ketua Satgas Penanganan Covid-19 yang menyebutkan bandara di Bali sudah menjadi entry point,” ujar Taufan, Kamis.
Baca Juga: Angkasa Pura I Pastikan Kesiapan Bandara I Gusti Ngurah Rai
PT Angkasa Pura I (Persero) memberi stimulus atau insentif berupa diskon biaya pendaratan (landing fee) bagi maskapai asing ataupun maskapai nasional yang melayani penerbangan penumpang internasional yang menuju ataupun bertolak dari Bali. Diskon mulai periode 14 Oktober 2021 yang diharapkan mendorong maskapai mengaktifkan kembali rute internasional mereka dari dan menuju Bali.
”Gering agung”
Sejak pandemi Covid-19 mengglobal, Bali mengalami masa sulit dan tertekan. Pariwisata yang menjadi lokomotif ekonomi Bali dan menggerakkan gerbong aktivitas masyarakat di Pulau Dewata terpuruk dan menyepi. Bali menghadapi masa gering agung, baik dalam bentuk wabah penyakit yang diakibatkan virus SARS-CoV-2 maupun berwujud tekanan ekonomi dan sosial.
Secara global, Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) menilai, keterpurukan pariwisata dunia selama 2020 mencapai 11 kali nilai kerugian yang tercatat selama krisis ekonomi global tahun 2009. Jumlah kedatangan internasional anjlok 74 persen atau sekitar 1 miliar orang, seiring pembatasan perjalanan akibat Covid-19. Di Indonesia saja, berdasar data Badan Pusat Statistik, jumlah kunjungan wisman sepanjang tahun 2020 hanya 4,022 juta kunjungan atau turun 75,03 persen dibandingkan tahun 2019 yang 16,1 juta kunjungan (Kompas, 2/3/2021).
Meskipun sumbangan Bali terhadap perekonomian nasional relatif kecil, kontribusi dari sektor pariwisata Bali secara nasional cukup besar. Dalam Kompaspedia edisi Rabu (26/8/2020) disebut, Bali indikator perkembangan pariwisata Indonesia sekaligus etalase Indonesia di mata dunia. Rata-rata 6,5 juta orang berkunjung ke Bali setiap tahunnya. Sebagai perbandingan, BPS mencatat jumlah kunjungan wisman ke Indonesia tahun 2017 sebanyak 14,05 juta kunjungan dan 2018 sebanyak 15,81 juta kunjungan.
Baca Juga: Pariwisata Bali Masih Menyepi Terdampak Pandemi
Beragam mata uang asing, terutama dollar AS, yang sebelumnya deras mengisi pundi-pundi pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten dan kota di Bali yang mengandalkan kunjungan wisatawan dan aktivitas pariwisata, menyurut drastis akibat terjangan pandemi Covid-19 sejak akhir 2019.
Dampak sepinya wisatawan ke Bali terlihat jelas di beberapa kawasan wisata di Bali, misalnya di Kintamani, Bangli. Sejumlah tempat usaha masih tutup dan hanya tersisa beberapa usaha. Pengelolanya bertahan dengan mengandalkan pengunjung lokal ataupun wisman yang masih berdiam di Bali. Di kawasan Pantai Kuta, jalanan sepi. Restoran, kafe, toko-toko suvenir dan pakaian tutup. Siang ataupun malam, jalanan sepi.
Begitu pula di obyek wisata sawah berundak (terasering) Tegallalang, Gianyar, beberapa tempat berswafoto, yang biasanya ramai pengunjung terlihat sudah lama tidak terurus, bahkan sudah ada yang ditutupi rumput. Warung kopi, tempat makan, dan kios penjualan suvenir di obyek wisata terasering Tegallalang, hingga Rabu (13/10), masih banyak yang tutup.
Ketua Persatuan Angkutan Wisata Bali (Pawiba) I Nyoman Sudiartha mengungkapkan, sektor transportasi wisata juga terpuruk selama pandemi Covid-19. Sekitar 70 persen dari keseluruhan armada angkutan wisata di Bali yang mencapai 2.000 unit kendaraan roda empat ataupun roda enam sudah tidak beroperasi karena krisis akibat pandemi Covid-19.
”Praktis, selama hampir dua tahun masa pandemi, kami tidak bergerak,” kata Sudiartha. ”Namun, demi Bali, kami siap membantu pemerintah untuk memulihkan pariwisata,” ujarnya.
Di Pasar Umum Ubud, pedagang aneka perhiasan di pasar seni itu, I Wayan Mertha (60), juga mengungkapkan harapannya agar rencana pembukaan kembali Bali untuk kunjungan turis asing mulai Kamis bisa sesuai pernyataan pemerintah. ”Kami tentunya mengharapkan datangnya tamu sehingga kami dapat berjualan seperti dahulu,” ujar Mertha, Rabu.
Senada dengan Sumiyati, Mertha juga tetap berdagang di Pasar Umum Ubud, Gianyar, meskipun sepi pembeli. Itu bentuk upaya dan usaha menjaga roda kehidupan keluarga agar tetap berputar di masa sulit pandemi Covid-19.
Baca Juga: Penerbangan Internasional Bali Dibuka, Presiden: Kendalikan Risiko Penularan Covid-19
Adapun Kusnul Purnamasari (26), putri pemilik toko perhiasan Trisno di Pasar Umum Ubud, Gianyar, menyatakan, ia dan para pedagang di pasar seni Ubud sudah jarang berinteraksi dengan turis asing yang datang berbelanja di pasar seni itu. Kehidupan di Pasar Umum Ubud masih berdenyut karena masih ada wisatawan dalam negeri yang berkunjung dan bertransaksi.
Pedagang merindukan kehidupan dan suasana pasar yang ramai. Mereka sangat menghargai dan terbantu atas kehadiran tamu lokal dari Bali ataupun dari daerah lain ketika pasar di kawasan wisata Ubud sepi tamu asing. ”Kami berharap pembukaan Bali itu benar-benar jadi supaya nantinya ada tamu yang datang. Pedagang tentu mengharapkan ada pembeli yang berbelanja,” ujar Kusnul.
Secara terpisah, Ketut Ardana dari Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali mengungkapkan, kalangan pengusaha pariwisata di Bali, baik dari kalangan agen perjalanan pariwisata ataupun mitra dan pembeli paket wisata sama-sama mengharapkan Bali segera menerima kedatangan turis internasional. Harapan itu juga tecermin dalam ajang temu bisnis Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) 2021 yang digelar di Nusa Dua, awal Juni 2021.
Ardana mengatakan, calon wisman umumnya sudah merencanakan perjalanan mereka terlebih dahulu. Para pelancong itu akan menyiapkan diri dan mencari tahu persyaratan perjalanan di negara tujuan, baik dari informasi di negaranya maupun informasi di negara tujuan. Untuk itu, informasi mengenai persyaratan mengunjungi Indonesia di masa pandemi Covid-19 ini perlu disebarkan dan disosialisasikan.
Baca Juga: Pembukaan Kembali Bali, Negara Asal Wisman Dibatasi
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali yang juga Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana menyatakan, kunjungan dari 18 negara dengan kasus pandemi Covid-19 dalam level 1 dan level 2 itu tak serta-merta mengangkat pariwisata Bali dari keterpurukannya. Pariwisata Bali akan lebih terdorong bergeliat apabila pemerintah menambah jumlah negara asal wisatawan yang diizinkan berkunjung ke Bali.
”Sebagai langkah awal, keputusan pemerintah (membuka kunjungan internasional) itu patut diapresiasi dan diikuti,” kata Partha.
Lancar dan aman
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa mengakui, pembukaan kembali Bali untuk kunjungan internasional mulai Kamis merupakan tahap awal yang benar-benar dipersiapkan agar lancar dan aman. Pemprov Bali bersama seluruh pemangku kepentingan terkait industri pariwisata di Bali sudah menyusun dan mensimulasikan panduan tentang ketentuan yang harus dilaksanakan dan dijalankan petugas di Bali dalam mengarahkan para pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang memasuki atau meninggalkan wilayah Indonesia, khususnya Bali, di masa pandemi Covid-19.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya menyatakan, persyaratan yang ketat dan prosedur yang disiapkan di Bali tidak sama dengan beberapa negara destinasi wisata dunia lain yang sudah menerima wisman meskipun dalam masa pandemi Covid-19, misalnya Thailand.
Menurut Suryawijaya, persyaratan yang diberlakukan bagi calon wisman ke Bali ataupun prosedur yang diterapkan mulai dari penerimaan di bandara bertujuan memastikan kesehatan, keselamatan, dan keamanan semua pihak, termasuk calon wisman dan masyarakat di Bali.
Suryawijaya menyebutkan, pihak hotel di Bali juga antusias menyongsong pembukaan kembali kunjungan internasional ke Bali. ”Tahap awal ini sudah 35 hotel yang sudah disiapkan menerima tamu untuk menjalani karantina. Sudah ada 62 hotel lainnya yang mengajukan kesiapan mereka menjadi hotel karantina bagi tamu yang kondisinya sehat,” katanya.
Adapun Sumiyati mengungkapkan, para pedagang di Pasar Umum Ubud sangat berhadap wisatawan segera berkunjung ke Bali, khususnya ke Ubud. Kehadiran turis bersama pelancong akan menyemangati sebagian besar masyarakat Bali, terutama yang kehidupannya bergantung pariwisata.
”Kami berharap Bali kembali normal seperti sebelum pandemi. Supaya kami bisa makan dan membayar utang,” kata Sumiyati. ”Namun, kami hanya bisa memasrahkan kepada yang di atas. Sebagai orang Bali, kami percaya akan kuasa Ida Sanghyang Widhi, kepada Tuhan,” ujar pedagang pakaian di Pasar Umum Ubud itu.