Cahaya yang Menjaga Asa Kehidupan (Untuk Jelajah Energi Nusantara)
Pembangkit listrik tenaga uap co-firing Sintang, Kalimantan Barat, memberikan manfaat bagi sekitar. Hal itu, misalnya terlihat dari pemanfaatan abu sisa pembakaran batu bara dan cangkang sawit oleh pelaku usaha.
Keberadaan pembangkit listrik tenaga uap co-firing Sintang, Kalimantan Barat, memberikan manfaat bagi sekitar. Hal itu, misalnya terlihat dari pemanfaatan abu sisa pembakaran batu bara dan cangkang sawit. Aliran listrik menerangi usaha di sekitarnya, sawit petani terserap hingga menjadi tambahan penghasilan bagi sopir pengangkut cangkang sawit.
Hendro (32), salah satu pekerja di tempat usaha pembuatan bata beton (paving block) di Sintang, Kalbar, mengumpulkan pasir, batu halus, FABA (fly ash bottom ash) abu sisa pembakaran batu bara dan cangkang sawit di salah satu sudut.
Campuran tersebut kemudian dimasukan ke suatu alat untuk dicampur. Sesaat sebelum diaduk menggunakan alat tersebut, Hendro menuangkan air ke dalamnya. Proses pengadukan memerlukan waktu sekitar 5 menit.
Setelah semuanya tercampur, Hendro mengambil campuran tersebut dan memasukkannya ke dalam cetakan paving block. “Per hari saya bisa memproduksi paving block sekitar 100 buah,” ujar Hendro, Minggu (11/10/2021).
Setelah dicetak, paving block tersebut diletakan di tempat khusus. Dua minggu setelah itu biasanya barulah paving block bisa dijual. Tempat pembuatan paving block tersebut baru beberapa bulan belakangan menggunakan tambahan FABA dalam produknya.
Joko (39) pemilik usaha pengolahan paving block tersebut, mengatakan, tempat usahanya mulai menggunakan campuran FABA dalam membuat paving blok sekitar enam bulan. Dengan FABA sebagai salah satu campuran membuat paving block, menghemat biaya pengeluaran semen. Selain itu bisa lebih menambah kekuatan kualitas produk.
“Penggunaan FABA menghebat biaya produksi sekitar 15 persen dari total biaya produksi karena penggunaan semen lebih hemat,” kata Joko.
Ia mendapatkan informasi terkait penggunaan FABA sebagai salah satu campuran untuk membuat paving block dari temannya di Jawa. “Kata teman saya bisa untuk menghemat biaya produksi,” ungkap Joko.
Kemudian Joko bertemu dengan pihak PLTU co-firing Sintang untuk mengetahui prosedur apa saja yang harus dipenuhi agar mendapatkan FABA. FABA didapatkan secara gratis. Awalnya mendapat 4 ton FABA dari PLTU Sintang.
“Bahan baku FABA diambil dua bulan sekali sebanyak 4 ton. Jumlah 4 ton FABA bisa untuk memproduksi 8.000 paving block,” ujar Joko.
Supervisor Energi Primer PLTU Sintang Tri Teguh Setiawan, menuturkan, proses FABA bermula dari sisa pembakaran batu bara dan cakang sawit di “boiler” PLTU. Rata-rata dalam satu bulan PLTU Sintang bisa menghasilkan 1-2 ton FABA.
PLTU Sintang bisa bekerja sama dengan usaha mikro kecil dan menangah (UMKM) daerah tersebut karena pemerintah telah mengeluarkan FABA dari limbah B3. Dengan demikian FABA bisa dimanfaatkan untuk beberapa jenis kegiatan salah satunya sebagai campuran paving blok dan juga untuk stabilisasi tanah dalam pengerasan jalan.
Pemerintah telah menghapus FABA dari kategori limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
PLTU Sintang pada awalnya mencari pelaku usaha untuk pemanfaatan FABA. PLTU Sintang akhirnya menemukan tempat usaha milik Joko yang merupakan penghasil paving blok. Siapapun warga yang dekat dengan PLTU Sintang sebetulnya bisa memanfaatkan FABA untuk usahanya karena PLTU juga ingin mengurangi FABA.
PLTU Sintang juga berencana akan membuat “workshop” pengolahan FABA untuk internal PLTU Sintang yang hasilnya bisa untuk komponen pembangunan jalan di taman. Bisa juga untuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang mungkin ada desa yang membutuhkan bahan baku FABA dalam pengerasan jalan.
Uji coba pemanfaatan FABA juga sudah dilakukan di sekitar PLTU Sintang untuk pengerasan jalan yang menggunakan sekitar 30 ton FABA dengan panjang jalan 6 meter x 40 meter. PLTU Sintang berharap ke depan bisa bekerja sama dengan Pemerintah Daerah untuk pengerjaan akses jalan di suatu wilayah, misalnya dengan menggunakan FABA.
Supervisor Operasi PLTU Sintang Hari Juniansyah, menuturkan, FABA juga bisa difungsikan untuk stabiliasai tanah dan panel beton untuk jalan. Itu sebagai bentuk uji coba pemanfaatan FABA di lingkungan PLTU Sintang.
Di salah satu sudut lingkungan PLTU Sintang terdapat lahan yang akan dijadikan galeri produk FABA seluas 150 meter x 3 meter. Nantinya, ketika orang ke lokasi tersebut ingin melihat pemanfaatan FABA dapat melihat produk-produk dari FABA.
Keberadaan PLTU co-firing Sintang tersebut selain menyediakan FABA yang bisa dipergunakan dunia usaha, jika menciptakan sirkular ekonomi di sekitarnya. Cangkang sawit yang dipasok supplier ke PLTU Sintang tersebut berasal dari petani di sekitarnya.
Keberadan PLTU Sintang juga memberikan manfaat bagi sekitarnya, misalnya saja penyerapan sawit petani karena cangkangnya dimanfaatkan untuk bauran energi. Syeh Julkarnain (30), petani sawit di Sintang, menuturkan, ia memiliki kebun sawit sekitar 2 ha. Panen per dua minggu sekitar sebanyak 1,4 ton dengan harga Rp 2.600 per kg. Sawit kemudian dijual ke pabrik. Harga sawit tanda buah segar di pabrik Rp 2.600 per kg.
“Dengan digunakannya cangkang sawit untuk PLTU Sintang tersebut menambah pasar. Selain itu, dengan pemanfaatan cangkang sawit oleh PLTU diharapkan harga buah sawit semakin meningkat dan ada keberlangsungan,” ujarnya.
Manager Unit Layanan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Disel Sintang Muhamad Sony Bintang Pradana, menuturkan, salah satu mitra supplier merupakan pengepul yang lokasinya 7-8 km dari PLTU Sintang. Karena salah satu perusahaan supplier tersebut tidak memiliki perkebunan, sehingga perusahaan memaksimalkan penyerapan hasil kebun warga.
Penggunaan cangkang sawit sebagai bahan baku energi di PLTU Sintang juga memberikan tambahan usaha bagi sopir truk warga Sintang. Cangkang sawit dari supplier yang telah diolah, diangkut menggunakan truk ke PLTU Sintang.
Seperti pada Selasa (12/10), truk yang membawa cangkang sawit berjejer masuk ke kawasan PLTU Sintang. Cangkang sawit tersebut berasal dari supplier. Hasan (18), salah satu sopir truk pengangkut cangkang sawit, menuturkan, sebelumnya ia hanya mengangkut timbunan tanah untuk pembangunan ruko. Kini, ada rute tambahan untuk mengangkut cangkang sawit.
Hari itu (Selasa) untuk pertama kalinya ia mengangkut cangkang sawit. Ia mendapat tambahan penghasilan sekitar Rp 60.000 dari pengangkutan cangkang sawit tersebut. Penghasilan tersebut cukup berarti bagi dia. Apalagi sejak Covid-19 perekonomian sulit.
“Semoga ini bisa berkelanjutan,” ujar Hasan.
Listrik yang dihasilan dari PLTU Sintang juga bermanfaat bagi peternak ayam di sekitarnya. Suriansyah (42), pemilik peternakan ayam di Sintang, menuturkan, ia beternak ayam boiler/ayam potong sudah berjalan tiga tahun.
“Listrik sangat penting dalam menjalankan usaha ini. Cahaya di kandang diperlukan agar ayam mau makan. Kalau gelap ayam biasanya tidak mau makan,” ujarnya.
Listrik juga diperlukan untuk pemanasan di kandang bagi bibit ayam yang dibantu pula dengan gas pemanas. Maka perlu listrik 24 jam. Dengan adanya PLTU sangat bermanfaat dalam usahanya.
Air untuk keperluan peternakan tersebut menggunakan sumur bor. Untuk menyedot air menggunakan mesin, sehingga memerlukan listrik. Jika tidak ada listrik satu hari saja akan sulit baginya. Apalagi jika usia ayam sudah 16 hari hingga panen, dalam satu hari menggunakan air minum 6.000 liter. Di peternakannya ada 3.000 ayam.
Beban puncak di Sintang mencapai 34 Mega. Sekitar 60 persen sistem kelistrikan di Sintang ditopang PLTU 3 x 7 MW Sintang. PLTU Sintang kini selain mengaliri Sintang juga mengaliri beberapa daerah di luar Sintang.