Surabaya Kirim Mobil Percepat Vaksinasi Gerbangkertasusila
Capaian vaksinasi yang masih rendah di Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, dan Gresik menghambat aglomerasi Gerbangkertasusila turun ke level 2 dari level 3 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Surabaya meluncurkan 32 mobil vaksin keliling untuk mendorong percepatan dan perluasan cakupan di aglomerasi Gerbangkertasusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan) di Jawa Timur. Surabaya ingin segera menurunkan skala PPKM, dari level 3 ke level 2.
”Untuk menuju level 2 bahkan level 1, salah satu indikatornya vaksinasi termasuk untuk warga lanjut usia. Selama indikator belum terpenuhi, penurunan ke level 2 sulit tercapai,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam peluncuran mobil vaksin keliling di Balai Kota Surabaya, Minggu (10/10/2021). Sebanyak 22 mobil telah berangkat, 6 mobil diberangkatkan dari lokasi peluncuran di Balai Kota Surabaya, dan 4 mobil akan menyusul.
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 47/2021 tentang PPKM Level 4, Level 3, Level 2, dan Level 1 Covid-19 di Wilayah Jawa dan Bali, untuk Jatim hanya Kota Blitar yang masuk kategori level 1. Adapun level 2 meliputi Kota Madiun, Kota Kediri, Jombang, Banyuwangi, dan Kota Pasuruan. Mayoritas atau 32 kabupaten/kota di Jatim masuk kategori level 3, termasuk Surabaya, sehingga masih harus ditempuh pembatasan sosial, terutama mobilitas warga.
Diktum kedua instruksi menyebutkan penetapan level wilayah berpedoman pada indikator penyesuaian upaya kesehatan masyarakat dan pembatasan sosial dalam penanggulangan pandemi Covid-19 yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Selain itu, ada penambahan indikator capaian total vaksinasi dosis 1 dan vaksinasi dosis 1 bagi warga lanjut usia di atas 60 tahun dari jumlah sasaran.
Penurunan ke level 2 bisa dicapai jika vaksinasi dosis 1 minimal 50 persen dan cakupan bagi warga lansia minimal 40 persen yang dalam konteks wilayah aglomerasi harus dipenuhi oleh Gerbangkertasusila.
Menurut laman resmi vaksin.kemkes.go.id, Minggu petang, Surabaya telah memberikan vaksinasi dosis 1 kepada 2,464 juta jiwa atau 112 persen sasaran. Untuk warga lanjut usia, dosis 1 diberikan kepada 233.527 jiwa atau 93 persen sasaran.
Gerbangkertasusila bukan persaingan, melainkan seperti badan yang anggotanya harus saling menguatkan dan membantu.
Di Gerbangkertasusila, hanya Bangkalan yang belum mencapai cakupan minimal 50 persen untuk pemberian dosis 1, yakni di 26 persen sasaran atau 214.848 jiwa. Untuk dosis 1 bagi warga lansia, cakupan yang masih di bawah 40 persen adalah Bangkalan dengan 7,7 persen atau 7.157 jiwa, Kabupaten Mojokerto dengan 33 persen atau 5.932 jiwa, dan Gresik dengan 35,3 persen atau 38.466 jiwa.
”Mobil vaksin keliling kami harapkan bisa membantu percepatan dan perluasan vaksinasi di Gerbangkertasusila,” kata Eri. Surabaya tidak bisa turun ke level 2 sendiri sehingga perlu mendorong kabupaten/kota terdekat yang tertinggal untuk percepatan dan perluasan vaksinasi seperti yang sudah dicapai oleh ibu kota Jatim tersebut.
Menurut Eri, capaian vaksinasi di Surabaya yang amat tinggi akan kurang berarti jika meninggalkan ”para tetangga”. ”Bagi saya, Gerbangkertasusila bukan persaingan, melainkan seperti badan yang anggotanya harus saling menguatkan dan membantu,” ujarnya.
Komandan Korem 084/Bhaskara Jaya Brigadir Jenderal Herman Hidayat Eko Atmojo selaku salah satu koordinator vaksinasi di Gerbangkertasusila mengatakan, sebagian mobil vaksin keliling akan mendorong percepatan vaksinasi ke Bangkalan.
”Pada prinsipnya, mobil vaksin keliling ini untuk mendorong percepatan dan perluasan cakupan vaksinasi di Gerbangkertasusila, tetapi sampai saat ini Bangkalan masih jauh tertinggal sehingga perlu mendapat atensi,” kata Herman.
Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Besar Akhmad Yusep Gunawan menambahkan, beberapa waktu sebelumnya telah menugaskan mobil vaksin keliling milik Polri ke Bangkalan untuk mendorong percepatan dan perluasan cakupan vaksinasi di sana. ”Dengan tambahan mobil vaksin keliling dari pemerintah, vaksinasi bisa lebih digencarkan lagi,” katanya.
Dalam acara terpisah secara virtual, Minggu petang, Republic Institute melansir survei kesadaran penerimaan masyarakat atas program vaksinasi di Jatim. Berdasarkan hasil penilikan terhadap 1.225 responden di 38 kabupaten/kota di Jatim kurun 1-13 September 2021, ada 20,4 persen responden yang tidak atau dianggap menolak vaksin dan 4,2 persen responden belum menentukan sikap.
Menurut peneliti utama Republic Institute, Sufyanto, persentase 20,4 persen amat tinggi dan bisa mengganggu program vaksinasi di Jatim untuk kekebalan kelompok (herd immunity). Dari penilikan, alasan responden belum mau vaksinasi karena cemas potensi efek samping menjadi lumpuh bahkan meninggal. Selain itu, belum percaya efektivitas vaksin untuk mencegah atau mengatasi Covid-19 sebab melihat dari kenyataan bahwa warga lainnya yang telah vaksin masih terserang penyakit ini.
Penolakan juga hadir karena stigma negatif terhadap vaksin, misalnya informasi kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) di media massa yang menyebutkan ada yang meninggal setelah vaksinasi. Hal itu meninggalkan trauma dan kecemasan. Selain itu, belum diundang atau menerima sosialisasi vaksinasi sehingga belum tercerahkan dan tergerak. Penolakan terhadap vaksinasi juga terjadi karena kondisi kesehatan yang membuat kalangan warga memang tidak bisa menerima vaksinasi.
”Sosialisasi dan narasi yang benar perlu lebih digencarkan lagi untuk menggugah kesadaran warga untuk vaksinasi,” kata Sufyanto. Survei memperlihatkan, warga yang masih belum mau vaksinasi didominasi latar belakang pendidikan tidak sekolah atau maksimal pendidikan dasar. Semakin tinggi pendidikan seseorang, linier dengan pemahaman dan penerimaan terhadap vaksinasi.
Sufyanto juga mengatakan, pendekatan struktural atau mewajibkan vaksinasi bisa dilakukan terhadap aparatur daerah, kecamatan, desa/kelurahan, penerima bantuan sosial, tokoh agama, ulama, tokoh masyarakat. Kewajiban itu akan menjadi contoh dan mau menggerakkan hati masyarakat dari semula menolak menjadi bersedia divaksin.
Di Jatim, vaksinasi dosis 1 baru menjangkau 16,7 juta jiwa atau 52,5 persen dari sasaran. Daerah-daerah dengan cakupan rendah atau di bawah 30 persen ialah Pulau Madura (Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan), lalu Lumajang, Bondowoso, dan Trenggalek.
Kandidat doktor pada Universitas Gdansk, Polandia, Fatekul Mujib, sebagai pembahas hasil survei Republic Institute, mengatakan, aparatur di Jatim tidak bisa melulu memakai pendekatan kesehatan atau struktural dalam program vaksinasi. Pendekatan sosial, psikologi, dan kultural menjadi penting misalnya di wilayah kebudayaan tertentu (Madura) yang cakupan vaksinasi masih amat rendah.
”Pendekatan kultural perlu juga menjadi perhatian agar masyarakat bisa diajak memahami pentingnya vaksinasi bagi mitigasi Covid-19,” kata Mujib.