Taman Nasional di Jambi Terdesak Kanal dan Sawit Skala Besar
Pembukaan kebun berskala besar di batas Taman Nasional Berbak Sembilang, Jambi, tak hanya merusak gambut dan rawan banjir. Aktivitas itu juga mengusik satwa kunci harimau sumatera yang menjelajah di sana.
Oleh
Irma Tambunan
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Pembukaan kebun sawit dan kanal membelah rawa gambut hingga tepian Taman Nasional Berbak Sembilang, Jambi. Selain menyebabkan tinggi muka air di desa-desa sekitar berada di titik kritis banjir, hal itu juga telah memicu keluarnya satwa-satwa predator yang memangsa ternak warga.
Pembukaan lahan untuk kebun sawit oleh sejumlah korporasi itu berlangsung sejak Juli lalu. Luas lahan yang telah dibuka diperkirakan 500 hektar, mencakup Desa Sungai Sayang dan Air Hitam Laut yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Berbak Sembilang (TNBS), Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Menurut Ambok Lara (45), tokoh masyarakat Desa Sungai Sayang, sejak alat-alat berat membuka lahan dan membangun kanal, tinggi muka air anak-anak sungai dan parit di desa itu terus naik. Bulan lalu, air bahkan sempat lama menggenangi kebun masyarakat. ”Sudah ribuan batang pinang di desa ini mati karena tergenang cukup lama,” katanya, Jumat (8/10/2021).
Pembukaan lahan di batas taman nasional itu juga telah meresahkan warga karena keluarnya sejumlah individu harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Belakangan, masyarakat mendapati ternaknya mati dimangsa harimau yang keluar dari tepi taman nasional. Hingga kini, diperkirakan lebih dari 20 ekor ternak sapi maupun kambing mati dimangsa harimau.
Petani setempat, Asnawi (50), menceritakan tiga sapinya mati diterkam harimau dalam dua pekan terakhir. Ia telah melaporkan kejadian itu kepada petugas Balai TNBS. Setelah petugas datang mengecek, ia diberikan 2 batang mercon. ”Kata petugas, mercon ini buat jaga-jaga kalau ada (harimau) yang datang lagi,” ujarnya.
Ia juga diperingatkan oleh petugas untuk tidak berkeliaran di sekitar kebun seorang diri. Atas imbauan itu, setiap kali hendak memanen hasil kebun, Asnawi meminta tolong petani lain untuk menemaninya. Begitu pula sebaliknya.
Hal serupa dikemukakan Jumain (30), petani di Desa Air Hitam Laut. Empat kambingnya juga habis dimangsa harimau pada pekan ini. Harimau diperkirakan masih berkeliaran tak jauh dari permukiman mereka.
Kepala Seksi Taman Nasional Berbak Sembilang, Nurazman, mengatakan pihaknya memasang kandang jebak untuk mengevakuasi harimau. Harapannya, harimau dapat masuk kandang untuk selanjutnya dipindahkan lebih jauh ke dalam TNBS.
Meski begitu ia khawatir evakuasi harimau ke dalam TNBS tak menyelesaikan masalah. Sebab, di wilayah itu juga tengah mengalami kekurangan pakan akibat fenomena kematian babi hutan (Sus scrofa).
Dampak besar
Pantauan Kompas, jalur kanal yang dibangun salah satu perusahaan membelah persis di batas taman nasional itu. Salah satu plang pal batas bertuliskan ”Zona Rimba TNBS” masih tegak berdiri hanya berjarak 3 meter dari tepi kanal.
Pada musim kemarau, areal gambut yang telah dibukakan kanal akan lebih cepat kering.
Pakar Gambut dari Universitas Jambi Asmadi Saad mengingatkan, pembukaan kanal dan kebun skala besar di areal bergambut dapat berdampak besar terhadap keselamatan warga. Pembukaan kanal akan membuat sumber air yang tersimpan pada lapisan gambut akan terbawa keluar.
”Seharusnya musim hujan ini menjadi saat yang tepat bagi lapisan gambut menyimpan air supaya tidak terjadi kekeringan saat kemarau,” ujarnya.
Asmadi mengkhawatirkan dampaknya di masa mendatang. Pada musim kemarau, areal gambut yang telah dibukakan kanal akan lebih cepat kering. Ini membuatnya menjadi lebih rawan terhadap ancaman kebakaran lahan.
Begitu pula sebaliknya, pada musim penghujan, akan lebih cepat banjir. Tinggi muka air menjadi lebih fluktuatif. Ia pun menyarankan, pembukaan kebun skala besar jangan persis di batas taman nasional.
”Semestinya ada jarak 500 meter tidak dibuka, agar menyangga taman nasional,” katanya. Dia menambahkan, keluarnya harimau sumatera bisa jadi karena merasa terganggu oleh aktivitas alat-alat berat yang membuka hamparan luas itu.