Kebanyakan Pengelola Wisata di Magelang Belum Siap Buka Kunjungan
Baru sekitar 20 persen destinasi wisata di Kabupaten Magelang melakukan simulasi kunjungan wisatawan. Keengganan muncul akibat sejumlah atuiran, terutama larangan berwisata bagi anak-anak di bawah 12 tahun.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Dari 230 destinasi wisata di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, baru sekitar 20 persen di antaranya berinisiatif melakukan simulasi pembukaan kunjungan di masa pandemi Covid-19. Selain ketidaksiapan menyediakan sarana dan prasarana pendukung protokol kesehatan, sebagian pengelola pesimistis mampu membuka kunjungan sesuai aturan pemerintah.
Wakil Ketua Forum Destinasi Wisata Kabupaten Magelang David Masruchan mengatakan, salah satu aturan terkait kunjungan wisatawan yang dinilai memberatkan adalah larangan bagi wisatawan membawa anak-anak berumur di bawah 12 tahun.
”Larangan membawa anak di bawah 12 tahun ini jelas membuat pesimistis karena rata-rata wisatawan yang datang ke destinasi wisata adalah rombongan keluarga,” ujar David, Kamis (7/10/2021).
Larangan kunjungan bagi anak-anak berusia di bawah 12 tahun diperkirakan memengaruhi orang dewasa membatalkan kunjungan. Alasan ini yang membuat banyak pengelola destinasi wisata kurang bersemangat dan enggan memulai uji coba pembukaan pariwisata.
Faktor lain yang memicu keengganan melakukan simulasi karena banyak pengelola destinasi belum siap menyediakan sarana prasarana pendukung protokol kesehatan, seperti tempat cuci tangan, hand sanitizer, dan pistol termometer. ”Karena minimnya pemasukan dan tingkat kunjungan selama pandemi, banyak pelaku wisata keberatan melengkapi sarana prasarana pendukung protokol kesehatan karena tidak memiliki cukup dana,” ungkap David.
Di luar semua kendala tersebut, lanjut David, para pengelola destinasi wisata di Kabupaten Magelang juga cenderung berhati-hati dan memilih tidak melakukan simulasi karena khawatir kegiatan yang diadakan justru menarik kunjungan wisatawan dalam jumlah besar dan memicu kerumunan.
Para pengelola wisata di Kabupaten Magelang cenderung berhati-hati dan memilih tidak melakukan simulasi karena khawatir kegiatan itu menarik kunjungan wisatawan dalam jumlah besar. (David Masruchan)
”Selain takut dan khawatir tidak bisa mengendalikan serbuan wisatawan, para pengelola destinasi juga khawatir kondisi tersebut akan membuat mereka terkena sanksi dan justru diminta tutup untuk jangka waktu lama,” ujarnya,
Dampak dari aturan terkait kunjungan wisatawan, setidaknya sudah terlihat pada kunjungan wisatawan di Taman Wisata Candi Borobudur. Sejak uji coba kunjungan wisatawan dibuka pada Sabtu (18/9/2021), setiap hari ratusan wisatawan putar balik. Mereka dilarang berkunjung karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang diterapkan di masa uji coba. Selain membawa anak-anak di bawah 12 tahun, sebagian wisatawan belum divaksinasi.
Pelaksana tugas General Manager Taman Wisata Candi Borobudur, Jamaludin Mawardi, mengatakan, penegakan aturan terkait syarat kunjungan akan terus dilakukan. Fokus perhatian uji coba pembukaan Taman Wisata Candi Borobudur adalah pelaksanaan protokol kesehatan dan menciptakan kunjungan wisata yang aman.
”Penegakan aturan adalah bagian dari upaya kami mengedukasi masyarakat, bagaimana menciptakan kunjungan wisata yang aman bagi semuanya,” katanya.
Adapun di Kota Magelang, simulasi kunjungan wisatawan sudah dua kali dilakukan di Taman Kyai Langgeng. Namun, sejauh ini obyek wisata tersebut belum diputuskan dibuka karena masih dalam proses penilaian dan belum resmi mendapatkan sertifikasi cleanliness, health, safety, environment sustainability (CHSE) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Magelang Wulandari Wahyuningsih mengatakan, kendati tidak bisa dikunjungi untuk kepentingan berwisata, Taman Kyai Langgeng diputuskan tetap dibuka untuk tujuan lain, seperti aktivitas belajar di luar sekolah atau rapat dinas ataupun instansi.
Sebagai destinasi wisata milik Pemerintah Kota Magelang, Taman Kyai Langgeng sudah dilengkapi sejumlah fasilitas pendukung protokol kesehatan seperti penambahan tempat cuci tangan. Setiap orang yang berkunjung untuk keperluan rapat ataupun aktivitas terkait pendidikan, juga selalu diawasi dengan ketat demi memastikan mereka tidak berkerumun dan menjaga jarak aman.