Banjir Kembali Landa Katingan, Beberapa Ruas Jalan Terputus
Banjir di Katingan kembali lagi terjadi setelah sempat surut di akhir September lalu. Banjir akibat luapan air Sungai Katingan itu kembali merendam dua kecamatan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
KASONGAN, KOMPAS — Banjir kembali melanda Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Setidaknya 17 desa di Kecamatan Pulau Malan dan Kecamatan Kahayan Tengah terendam. Beberapa akses jalan yang sebelumnya rusak karena banjir pada bulan lalu dan sedang diperbaiki, kini kembali rusak dan terputus.
Banjir merendam 14 desa di Kecamatan Pulau Malan dan tiga desa di Kecamatan Kahayan Tengah. Kedua wilayah tersebut berada di bagian utara Kabupaten Katingan atau bagian hulu Sungai Katingan. Letaknya lebih kurang 120 kilometer dari ibu kota Provinsi Kalteng, Kota Palangkaraya.
Camat Pulau Malan, Paulus H Victor, mengatakan, banjir kembali merendam ratusan rumah dan akses jalan di wilayahnya. Terdapat salah satu gorong-gorong atau box over yang jebol untuk kedua kalinya karena diterjang banjir. ”Semua akses jalan terputus dan tidak bisa dilalui,” ujarnya di Kasongan, Selasa (5/10/2021).
Gorong-gorong tersebut berada di Desa Manduing Taheta yang menurut Paulus kembali jebol pada Selasa pagi. Banjir mulai masuk wilayahnya sejak Senin malam. ”Gorong-gorong ini sedang dalam pembangunan karena kerusakan banjir bulan lalu,” ujarnya.
Paulus menjelaskan, saat ini ketinggian air maksimal mencapai 20 sentimeter dan masih terus naik karena curah hujan yang tinggi di bagian hulu Sungai Katingan.
”Tak hanya ratusan rumah yang terendam, hampir seluruh fasilitas umum juga ikut terendam, seperti jalan antardesa dan antarkabupaten,” kata Paulus.
Tak hanya ratusan rumah yang terendam, hampir seluruh fasilitas umum juga ikut terendam, seperti jalan antardesa dan antarkabupaten.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Roby mengungkapkan, banjir datang lagi karena bagian hulu Sungai Katingan atau di bagian utara terus diguyur hujan dalam tiga hari tanpa henti. Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan air sungai kembali meluap.
Saat ini, pihaknya masih melakukan pendataan wilayah yang terdampak. Ada kemungkinan beberapa kecamatan lain juga bakal terdampak, tetapi tak separah banjir pada September lalu.
”Saat ini, kami juga sudah mengimbau pemerintah desa dan kecamatan untuk waspada. Kami juga ke lokasi untuk mengawasi dan mengambil tindakan jika perlu evakuasi,” kata Roby.
Roby menambahkan, pihaknya sudah menyiapkan posko darurat sementara untuk korban banjir yang perlu dievakuasi. ”Sampai saat ini, banjir belum separah beberapa waktu lalu. Semoga saja tidak (bertambah parah),” ujarnya.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palangkaraya Alfandy menjelaskan, saat ini wilayah Kalteng sedang dilanda peralihan musim yang berakhir pada cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem juga diperburuk oleh fenomena La Nina yang menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. Namun, menurut dia, sampai saat ini La Nina masih dalam kategori normal.
Adapun musim hujan baru dimulai pada Oktober dasarian kedua atau pertengahan bulan ini. ”Ini peralihan dari musim kemarau ke hujan, hanya saja kemaraunya dipengaruhi La Nina. Nanti, setelah Oktober dasarian kedua itu, akan full musim hujan,” ujarnya.
Alfandy menjelaskan, cecara umum fenomena La Nina menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Namun, kondisi itu masih dipengaruhi keadaan lain, seperti angin dan tekanannya. ”Untuk beberapa hari ke depan, memang di sebagian besar wilayah Kalteng masih hujan ringan hingga sedang. Namun, ditambah angin dan petir,” kata Alfiandy.
Banjir melanda Kalteng sejak awal September lalu. Dalam sebulan lebih, 40 persen wilayah di Kalteng yang luasnya mencapai 15,3 juta hektar direndam banjir dengan ketinggian beragam.
Data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng menunjukkan, selama sebulan, terdapat 482 desa dan kelurahan direndam banjir dengan 74.163 keluarga atau 211.649 orang terdampak. Sebanyak 1.164 orang sempat mengungsi. Setidaknya 42.169 bangunan rumah dan fasilitas publik lain ikut terendam banjir.
”Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, juga menyampaikan langsung kepada masyarakat soal kondisi cuaca di Kalteng lewat berbagai macam platform media,” kata Alfandy.