Organisasi perangkat daerah khusus batik akan dibuat di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, untuk menangani segala sesuatu terkait batik. Hal itu untuk mengefektifkan penanganan batik di wilayah tersebut.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
KOMPAS/KRISTI UTAMI
Seorang buruh batik mengangkat kain batik jenis cetak yang telah selesai dijemur di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (18/5/2019).
PEKALONGAN, KOMPAS — Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, berencana membentuk organisasi perangkat daerah khusus menangani segala urusan tentang batik. Tujuannya, agar pengelolaan batik lebih ideal tanpa tumpang tindih antarinstansi pemerintah.
Keinginan itu diungkapkan Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid dalam acara Peringatan Hari Batik Nasional di Ruang Amarta Sekretariat Daerah Pekalongan, Sabtu (2/10/2021). Kota Pekalongan dikenal sebagai daerah sentra penghasil batik nasional.
Afzan mengatakan, pengurusan batik saat ini sering kali tumpang tindih. Saat ada persoalan, organisasi perangkat daerah (OPD) yang menangani batik dianggap kerap saling lempar tanggung jawab.
”Kini, dinas perdagangan, koperasi dan UKM mengurus usaha dan pameran. Museum Batik menjadi kewenangan dinas pariwisata, kebudayaan, kepemudaan, dan olahraga. Limbah batik dan instalasi pengolahan air limbah ditangani dinas lingkungan hidup,” kata Afzan.
Wali Kota Pekalogan Achmad Afzan Arslan Djunaid menyampaikan sambutannya dalam acara Peringatan Hari Batik Nasional di Ruang Amarta Sekretariat Daerah setempat, Sabtu (2/10/2021).
Dalam kesempatan yang sama, Afzan berkomitmen bakal terus membantu memulihkan perekonomian pelaku usaha batik yang terpuruk akibat pandemi. Upaya itu dilakukan lewat pelatihan pemasaran digital dan pelatihan ekspor.
”Kami juga mewajibkan semua pegawai, pemerintahan ataupun swasta di Kota Pekalongan memakai pakaian batik selama sepekan penuh. Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong pegawai kantoran belanja batik dari pelaku usaha kecil dan menengah,” ujarnya.
Tak hanya datang dari pemerintah, upaya pemulihan perekonomian juga dilakukan sejumlah pekerja di kampung-kampung wisata batik. Di Kampung Batik Pesindon, Kecamatan Pekalongan Barat, misalnya, pelaku usaha batik menggelar acara bertajuk ”Pesindon Vibes”.
KOMPAS/KRISTI UTAMI
Pengunjung melintas di Wisata Belanja Grosir Batik Setono, Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Acara itu dijadikan sarana promosi dan unjuk potensi kampung yang sejak 2020 ditetapkan sebagai salah satu tujuan wisata budaya serta wisata belanja batik Pekalongan tersebut. Para pelaku usaha batik berharap wisatawan tertarik berkunjung dan berbelanja.
”Melalui kegiatan ini, kami ingin mengenalkan potensi masyarakat Pesindon. Tidak hanya mampu menyuguhkan batik-batik indah, kami juga bisa menampilkan hiburan lain, misalnya penampilan musik akustik dan pencak silat,” kata Ketua Kampung Batik Pesindon Salahudin.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Salah satu sudut Kampung Kauman yang sebagian besar penghuninya merupakan perajin batik yang tumbuh secara turun-temurun di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (1/10/2020).
Kenal batik
Momen Hari Batik juga dijadikan sarana memperkenalkan batik kepada anak-anak di Kota Pekalongan. Di Kelompok Belajar Al-Falah Bendan, Kecamatan Pekalongan Barat, misalnya, anak-anak diajak mengikuti lomba kolase batik menggunakan kain perca. Dari kegiatan itu, kecintaan dan kebanggaan anak diharapkan bisa tumbuh.
”Kain perca batik biasanya dibuang dan tidak bernilai. Di sini, kami mengajarkan kain itu bisa dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan sesuatu. Ke depan, lomba akan kami kembangkan tidak hanya menempel batik di kertas, tetapi juga mengolah kain perca batik menjadi celengan, tas, dan lain sebagainya,” kata Kepala Sekolah Kelompok Belajar Al-Falah, Tri Yulianti.
Selain mengenalkan anak kepada batik, kegiatan itu dilakukan untuk mengasah kemampuan motorik, sosial budaya, kemandirian, dan kreativitas anak. Di sela-sela acara, penyelenggara kegiatan juga menyisipkan pesan-pesan terkait protokol kesehatan sebagai pencegahan penularan Covid-19.