Membalap atau Menonton Balapan, Tengok Pula Pasir Putih Mandalika
Datang ke Mandalika saat gelaran World Superbike dan MotoGP di Sirkuit Mandalika tidaklah lengkap jika hanya untuk menonton balapan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
Ribuan orang diprediksi hadir pada gelaran World Superbike dan MotoGP di Sirkuit Mandalika. Namun, terbang jauh ke sirkuit jalan raya pertama di dunia itu disayangkan jika sekadar menonton balapan. Keelokan kawasan pesisir di dekat sirkuit, misalnya, jangan dilewatkan.
Keindahan pantai itu, awal Januari lalu, diungkapkan Lana Shevchenko, pelancong asal Ukraina saat berdiri di perbukitan di sisi timur Pantai Seger. Panas terik tak mengendurkan niatnya menyusuri jalan setapak menanjak menuju puncak bukit.
Tiba di puncak, perempuan muda yang bekerja di perusahaan rintisan tersebut terdiam beberapa saat. Ia memandangi hamparan pesisir dengan decak kagum. Suguhan pemandangan yang ia nikmati siang itu. ”Sungguh luar biasa. Menakjubkan,” kata Lana.
Pantai Seger berada di sisi selatan kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika. Pantai ini dikelilingi sejumlah bukit yang bisa didaki wisatawan. Satu di sisi timur, satu di sisi barat, dan satu lagi di sisi utara.
Siang itu, Lana mendaki bukit di sisi utara Pantai Seger. Dari puncaknya yang bisa dicapai kurang dari sepuluh menit, Lana menikmati lanskap pesisir Mandalika dengan deretan pantai pasir putih terhampar dari sisi barat hingga timur.
Saat Lana berbalik dan menengok ke arah utara, kembali terlihat pemandangan pantai berpasir putih di sisi kanan dan kiri. Kedua pantai itu mengapit Sirkuit Mandalika yang akan digunakan berbagai ajang balap internasional seperti World Superbike pada 19-21 November 2021 dan MotoGP pada Maret 2022.
”Kalian jangan ragu. Dunia harus tahu Kuta Mandalika dan Lombok itu indah. Sungguh indah,” ungkap Lana sembari meminta pengunjung lain memotretnya dengan berbagai latar belakang.
Lana mungkin bukan satu-satunya wisatawan yang terpesona keelokan kawasan Mandalika. Sekitar lima kilometer arah timur Pantai Seger, wisatawan lain, Lilik asal Pati, Jawa Tengah, seolah tak ingin meninggalkan Merese.
Merese adalah kawasan perbukitan di sisi timur Mandalika. Bukit ini tidak sulit ditaklukkan, bahkan bagi mereka yang tidak punya pengalaman mendaki. Butuh berjalan kaki kurang dari sepuluh menit ke area lapang di sisi kanan, atau sekitar 10-15 menit ke area yang lebih tinggi.
Bukit Merese menghadap langsung ke Samudra Hindia. Namun, tidak hanya laut lepas yang bisa dinikmati dari sana. Layaknya Seger, di bawah bukit ini juga terhampar pantai pasir putih yang memanjakan mata. Seusai mendaki, tidak sedikit wisatawan yang bersantai di pantai tersebut.
Merese adalah favorit bagi banyak wisatawan. Pengunjung harian seperti Lilik, selama berada di sana seperti tidak henti mengambil gambar. Atau, bagi mereka yang hobi berkemah.
Bukit yang tiket masuknya Rp 5.000 untuk sepeda motor dan Rp 10.000 untuk mobil itu memang cocok untuk berkemah. Wisatawan yang bermalam di sana biasanya mengejar momen menikmati matahari terbit sembari duduk di luar tenda dan menyeruput kopi. Keindahan yang tak terkatakan. Setiap hari!
”Perjalanan ke Lombok terbayar. Jika saja tidak ada agenda berkeliling ke tempat-tempat lain di Lombok, saya mungkin memilih lebih lama, bahkan berkemah di sini,” kata Lilik yang bekerja di salah satu badan usaha milik negara (BUMN) itu.
Berbagai pilihan
Bukit Seger dan Bukit Merese hanya dua dari begitu banyak pilihan bagi wisatawan yang datang ke kawasan Mandalika di Kuta, Pujut, Lombok Tengah, sekitar 18 kilometer arah selatan Bandara Internasional Lombok.
Masih ada pantai Kuta, pantai Tanjung Aan, pantai Gerupuk, di kawasan itu. Beberapa belas kilometer arah Barat Mandalika, pantai-pantai yang tak kalah eloknya juga tersaji.
Sebut saja deretan pantai Mawun, pantai Mawi, dan pantai Selong Belanak. Pantai terakhir, Selong Belanak juga sangat layak dikunjungi bagi wisatawan yang ingin belajar selancar. Pemuda setempat, menyediakan paket belajar olahraga menantang ombak itu.
Jika sanggup berkendara lebih jauh, keelokan pantai-pantai di pesisir Kota Mataram, Senggigi di Lombok Barat, Gili di Lombok Utara, hingga pesisir Pulau Sumbawa, juga sayang untuk dilewatkan.
Jika tak puas dengan pantai, deretan perbukitan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani juga menanti ditaklukkan. Dan jangan lupa, Gunung Tambora di Sumbawa.
Semua pesona itu tersaji lengkap dengan keragaman budaya masyarakat Suku Sasak di Lombok, serta Samawa dan Mbojo di Pulau Sumbawa. Juga sajian kuliner, kerajinan, dan kesenian yang siap disuguhkan kepada wisatawan.
Melihat beragam pesona yang ditawarkan Mandalika dan sekitarnya, tidak salah jika Mick Doohan dibuat kebingungan. Pebalap legendaris nomor satu dunia itu, dalam Pre-Launching Mandalika Grand Prix Association berujar, ”Saya khawatir, para pebalap akan sulit membedakan antara balapan atau liburan di Mandalika”.
Menurut Mick Doohan, konsep Sirkuit Mandalika adalah wisata balapan atau race tour. Sehingga pembalap, penonton, dan semua yang terlibat dalam MotoGP Mandalika bisa menikmati suasana konsep sirkuit yang menempel dengan pantai.
Doohan menilai Sirkuit Mandalika begitu menantang. Apalagi setelah melihat desain dan tata letak sirkuit dengan 17 tikungan tersebut. Menurut dia, Mandalika memiliki lintasan cepat sehingga balapan akan sangat hebat dan menarik bagi pebalap.
Menurut Chief Strategic and Communication MGPA Happy Harianto, pernyataan Mick Doohan itu adalah kampanye yang baik bagi Indonesia. Keunggulan Mandalika yang dikelilingi pantai pasir putih, memang tidak ditemukan di sirkuit balapan lainnya di dunia.
Serunya balapan, eloknya kawasan pesisir Mandalika dan sekitarnya tentu akan bisa dinikmati jika datang langsung ke sana saat gelaran World Superbike dan MotoGP nanti. Jadi, siapkan diri di November 2021 dan Maret 2022. Jangan lewatkan.