Sejumlah SD di Kota Tegal Diminta Segera Ajukan Izin PTM
Pembelajaran tatap muka tingkat SD mulai digelar sebagian sekolah di Kota Tegal, Jawa Tengah. Sekolah-sekolah lain yang belum menggelar, didorong segera mengajukan izin penyelenggaraan PTM.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Sebanyak 20 dari 154 sekolah dasar di Kota Tegal, Jawa Tengah, kembali menggelar pembelajaran tatap muka atau PTM terbatas, Jumat (1/10/2021). Dinas pendidikan dan kebudayaan setempat mendorong sekolah-sekolah lain segera mengajukan izin penyelenggaraan PTM sehingga para siswa bisa mulai belajar di sekolah.
Seiring penurunan level penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Kota Tegal dari level 4 ke level 2, pembelajaran tatap muka di sekolah pun mulai digelar. Pada saat Kota Tegal menerapkan PPKM level 3, awal September, PTM terbatas digelar untuk tingkat sekolah menengah pertama. Adapun pada hari pertama Oktober atau saat PPKM level 2, PTM terbatas mulai digelar oleh 20 dari 154 SD di Kota Tegal.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal Ismail Fahmi mengatakan, sekolah-sekolah yang menggelar PTM harus mengajukan izin penyelenggaraan PTM. Setelah permohonan izin masuk, tim verifikasi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bersama Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Tegal bakal mengecek langsung persiapan di sekolah-sekolah. Sekolah yang dianggap layak serta memenuhi syarat sesuai surat keputusan bersama 4 menteri dan instruksi menteri dalam negeri diperbolehkan menggelar PTM.
”Sekolah-sekolah yang menggelar PTM ini terus kami pantau. Setiap hari, mereka harus melaporkan perkembangan pelaksanaan PTM, jumlah siswa yang berangkat PTM, kondisi kesehatan siswa, dan kendala penerapan protokol kesehatan saat PTM,” ujar Fahmi.
Menurut Fahmi, pihaknya sudah menyiapkan aplikasi yang bisa digunakan pihak sekolah untuk melaporkan perkembangan PTM. Laporan harian dari sekolah itu akan dikumpulkan dan dianalisis untuk selanjutnya dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng.
Dalam berbagai kesempatan, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono menuturkan, semua sekolah dari berbagai tingkatan di daerah tersebut ditargetkan bisa menggelar PTM selambatnya mulai Oktober. Untuk itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal mendorong sekolah-sekolah segera mengajukan izin penyelenggaraan PTM.
”Sekolah-sekolah yang sudah siap saya imbau segera mengajukan permohonan izin menggelar PTM. Harapannya, anak-anak bisa segera belajar di sekolah. Soalnya, kebanyakan orangtua siswa sudah mendesak terus untuk segera PTM,” imbuh Fahmi.
Prokes dan permainan
PTM tingkat SD yang digelar Jumat salah satunya diikuti SD Negeri Kalinyamat Wetan 1, Kecamatan Tegal Selatan. Di sekolah tersebut, PTM hari pertama diisi dengan edukasi protokol kesehatan dan permainan kelompok untuk mengakrabkan para siswa. Permainan itu, antara lain, berupa lempar-tangkap bola, menyusun puzzle, serta memasukkan paku ke dalam botol.
Saat pertama kali tiba di sekolah, para siswa yang semuanya bermasker langsung dicek suhu tubuhnya. Siswa dengan suhu tubuh di atas 37 derajat celsius langsung diminta pulang dan memeriksakan kesehatan lebih lanjut. Adapun siswa dengan suhu tubuh di bawah 37 derajat celsius diarahkan mencuci tangan secara bergantian sebelum masuk ke kelas.
Di dalam kelas, guru dan siswa tidak boleh membuka masker kecuali untuk makan atau minum. Selama kegiatan, mereka juga diminta menjaga jarak satu sama lain. Hal itu diharapkan bisa diterapkan secara konsisten demi mencegah timbulnya kluster Covid-19 di sekolah.
”Pada hari pertama PTM, kami sengaja tidak langsung memberikan pelajaran-pelajaran yang berat. Kami lebih fokus pada permainan yang menyenangkan supaya anak bahagia kembali belajar di sekolah, terus bisa lebih kerasan di sekolah," tutur Kepala SD Negeri Kalinyamat Wetan 1 Warniti.
Isna Ramadhani, siswi kelas V SD Negeri Kalinyamat Wetan 1, mengaku senang mengikuti hari pertama PTM. Aneka permainan yang digelar pihak sekolah, menurut dia, mampu mengakrabkan kembali dirinya dan rekan-rekannya yang sudah lama tidak berjumpa secara langsung.
”Saya lebih senang kalau PTM. Kalau (belajar) daring saya cepat bosan. Kalau di sekolah, interaksi sama guru dan teman bisa langsung, tidak hanya lewat layar HP,” kata Isna.