Nilai Tukar Petani Kalbar Meningkat Seiring Membaiknya Harga Komoditas Rakyat
Harga komoditas rakyat yang membaik dinilai sebagai salah satu faktor yang memengaruhi nilai tukar petani atau NTP Kalimantan Barat yang meningkat pada bulan September dibandingkan Agustus 2021.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Nilai tukar petani di Kalimantan Barat pada bulan September meningkat dibandingkan bulan Agustus. Hal itu terjadi seiring membaiknya harga komoditas rakyat akhir-akhir ini di sejumlah wilayah.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kalbar Moh. Wahyu Yulianto, dalam rilis, Jumat (1/10/2021), menjelaskan, nilai tukar petani (NTP) Kalbar meningkat dari 130,56 pada bulan Agustus menjadi 134,25 pada bulan September. Kenaikan NTP Kalbar 2,83 persen.
Kenaikan NTP tertinggi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, yakni 150,23 pada bulan Agustus menjadi 155,74 pada bulan September atau meningkat 3,67 persen. Kemudian disusul subsektor hortikultura dari 102,75 pada Agustus menjadi 105,53 pada September. Subsektor tanaman pangan sebesar 93,74 pada bulan Agustus menjadi 94,16 pada September.
NTP merupakan nilai tukar antarbarang/produk pertanian dengan barang-barang konsumsi dan faktor produksi yang dibutuhkan petani. NTP berfluktuasi tergantung perkembangan harga barang yang dijual petani dan barang/jasa yang dikonsumsi petani.
Apabila harga produk pertanian yang dihasilkan petani naik dengan persentase lebih besar daripada persentase kenaikan barang dan jasa yang dibayar petani, maka NTP naik. Pendapatan petani juga naik relatif lebih besar dari kenaikan pengeluaran atau terjadi surplus. NTP merupakan indikator yang menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Eddy Suratman, menilai, naiknya NTP Kalbar terkait dengan harga karet dan kelapa sawit yang masih cukup baik. Demikian juga harga komoditas pertanian, tanaman pangan dan hortikultura relatif baik terutama selama pandemi nyaris jika dilihat di seluruh daerah di Indonesia pertumbuhan sektor petanian umumnya masih positif meskipun angkanya rendah.
”Hal itu mendorong peningkatan NTP dan kesejahteraan di sektor pertanian membaik,” ujar Eddy.
Hal yang perlu dirumuskan pemangku kebijakan ke depan agar kesejahteraan petani terus membaik dalam jangka panjang, pemerintah hendaknya menjembatani pertanian dengan industri. Sebab, kunci dari harga adalah pasar.
”Komoditas pertanian bisa juga diserap industri selain pasar asing. Perbaiki pasar dalam negeri dengan menjembatani produk pertanian dengan industri atau hilirisasi, sehingga memiliki nilai tambah,” papar Eddy.
Dalam konteks Kalbar, perkebunan hilirisasi minyak sawit mentah (CPO) menjadi barang jadi misalnya minyak goreng. Selama 35 tahun sebagian besar hanya CPO yang diproduksi. Padahal, bisa dikembangkan menjadi kosmetik.
Nilai NTP Kalbar yang membaik tergambar di lapangan dengan harga komoditas perkebunan rakyat yang cukup baik. Andrio (58), salah satu petani di Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, perbatasan Indonesia-Malaysia, menuturkan, harga karet di daerahnya saat ini Rp 9.800 per kg. Harga tersebut kategori baik jika dibandingkan tiga tahun lalu yang sempat anjlok pada harga Rp 5.000 per kg.
Harga karet merangkak naik sejak awal tahun 2020 hingga kini pada posisi Rp 9.800 per kg sudah terjadi sejak tahun 2020. Di daerah lain bahkan ada yang berkisar Rp 10.000-Rp 10.200 per kg.
Meskipun masih ada fluktuasi harga, tetapi terkadang hanya turun Rp 1.000 per kg. Jika sesekali ada panurunan harga, tidak setajam dua hingga tahun lalu. Dengan harga sekarang petani cukup terbantu. Ia memiliki sekitar 2 ha kebun karet.
Selain bertani karet, ia juga petani sawit. Harga sawit dua tahun lalu di pernah hanya di bawah Rp 1.000 per kg. Kini, harga sawit jika memiliki akses penjualan langsung ke pabrik Rp 2.500 per kg. Jika dijual ke pengepul sekitar Rp 2.000 per kg. Ia memiliki 4 ha kebun sawit, dengan panen dua kali sebulan. Dalam sekali panen sekitar 1,5 ton.
Deni (41), salah satu petani karet dan lada di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, salah satu daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalbar, menuturkan, harga karet di daerah tersebut Rp 9.000 per kg. Harga tersebut relatif baik dibandingkan tiga tahun lalu.
”Harga membaik sejak tahun 2020,” ujarnya.
Sementara itu harga lada hitam Rp 39.000-Rp 42.000 per kg pada tahun 2021. Sebelumnya, sempat Rp 20.000 per kg pada tahun 2019-2020. Harga lada putih tahun ini sempat Rp 80.000 per kg. Pada tahun 2018-2019 sempat anjlok pada Rp 30.000 per kg.
Menurut Deni, komoditas pertanian di saat pandemi ini cukup bisa membantu ekonomi masyarakat. Ia berharap harga komoditas stabil bahkan bisa meningkat setiap tahun.