Kematian Misterius Babi-babi Hutan Meluas hingga Taman Nasional di Jambi
Hasil uji laboratorium menunjukkan ada spesimen babi hutan positif terinfeksi demam babi afrika. Fenomena masih dalam kajian.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
KOMPAS/Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak Sembilang.
Petugas memeriksa bangkai babi hutan (Sus scrofa) yang mati di kawasan Sembilang, Taman Nasional Berbak Sembilang, Sumatera Selatan, Juni 2021.
JAMBI, KOMPAS — Kematian babi-babi hutan menyebar luas di hutan-hutan tropis Sumatera. Kematian misterius itu bahkan meluas hingga jantung kawasan konservasi. Fenomena itu dikhawatirkan membawa ancaman baru keseimbangan ekosistem di dalam hutan.
Di wilayah Taman Nasional Bukit Duabelas di Jambi, sejak Agustus lalu, bangkai delapan ekor babi hutan di sekitar Sungai Durian. Kematian itu didapati langsung petugas balai. Di wilayah adat Rombong Tumenggung Grip dan Tumenggung Ngadap, komunitas Orang Rimba yang hidup menjelajah dalam taman nasional tersebut, babi-babi mati di sekitar Sungai Punti Kayu dan Sungai Sako Ninik Tuo.
”Kematian babi ini telah beruntun dilaporkan petugas dan komunitas Orang Rimba di Bukit Duabelas,” kata Haidir, Kepala Balai Taman Nasional Bukit Duabelas, Jumat (1/10/2021).
Menurut Haidir, temuan kematian babi mulai beruntun sejak Juni lalu. Awalnya, di Senamo Kecil, wilayah jelajah Orang Rimba pimpinan Tumenggung Nangkus. Di sana ditemukan tujuh babi mati di pinggir Sungai Pakuaji. Kematian beruntun didapati di dekat sebuah pohon sialang dan hutan di wilayah adat Rombong Temenggung Nangkus.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Anggota komunitas Orang Rimba di wilayah Terab, Kabupaten Batanghari, Jambi, menunjukkan tanaman hasil semaiannya, Sabtu (22/5/2021). Mereka banyak bergantung pada alam.
Ekosistem Bukit Duabelas yang melingkupi lima kabupaten di Jambi, yakni Batanghari, Sarolangun, Tebo, Merangin, dan Bungo merupakan ruang hidup bagi komunitas pedalaman Orang Rimba. Babi merupakan salah satu sumber protein penting bagi kelompok yang masih menjalankan tradisi berburu itu.
Di Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) yang melingkupi Provinsi Riau dan Jambi, fenomena kematian babi juga didapati. Kepala Balai TNBT Fifin Arfiana, mengatakan, pihaknya juga telah mendapatkan laporan dari warga. Namun, saat mengecek ke lokasi, kondisi bangkai sudah rusak. ”Tidak bisa dianalisis. Kondisi bangkainya sudah hancur,” katanya.
Temuan serupa di kawasan restorasi ekosistem Hutan Harapan di perbatasan Jambi dan Sumatera Selatan, yang merupakan ruang hidup suku pedalaman Batin Sembilan. Komunitas pedalaman yang masih menjalankan tradisi berburu di hutan itu mendapati babi-babi mati. Sebagian besar tersebar di pinggir hutan dan perkebunan sawit sebuah perusahaan yang berbatasan langsung dengan Hutan Harapan. ”Babi-babi itu banyak yang mati dekat sungai. Mulutnya tampak berbuih,” ujar Hospita Yulima, Humas PT Restorasi Ekosistem Hutan Harapan.
KEMENTERIAN PERTANIAN
Infografis dari Kementerian Pertanian terkait pengembangan vaksin demam babi afrika atau ASF.
Sejauh ini, menurut Haidir, Fifin, dan Hospita, penyebab kematian babi belum dapat diketahui pasti. Saat ditemukan, kondisi bangkainya sudah berbau dan dihinggapi lalat.
Sebagai upaya preventif, Haidir mengerahkan petugasnya menyosialisasikan ancaman demam babi afrika (african swine fever/ASF) pada komunitas tersebut. Sejumlah langkah penerapan didorong, antara lain agar warga tidak menyentuh langsung satwa yang terpapar mati. Satwa yang ditemukan mati jangan sampai dikonsumsi, melainkan langsung dikubur atau dibakar. ”Kami juga masih menunggu panduan mengenai penanganannya dari pusat (KLHK),” katanya.
Demam babi afrika
Kematian serupa babi hutan juga terjadi di Taman Nasional Berbak-Sembilang, Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Kepala Balai TNBS, Pratono Puroso, mengatakan, sebelumnya terdata 62 babi mati di wilayah Sembilang. Baru-baru ini didapati lagi babi-babi mati di hutan penyangga TNBS di wilayah Berbak.
Terkait temuan banyaknya babi yang mati, lanjutnya, telah ditindaklanjuti. Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Banyuasin mengambil spesimen daging dari babi yang mati dan membawanya ke Laboratorium Balai Veteriner Lampung.
KOMPAS/Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak Sembilang.
Babi hutan (Sus scrofa) yang mati di wilayah Berbak, dalam kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang, Provinsi Jambi, Juni 2021. Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak Sembilang.
Dari dua sampel yang diuji, pada spesimen pertama hasilnya positif terinfeksi virus demam babi afrika. Satu lainnya negatif, kemungkinan karena kondisi organ sudah rusak dan terendam air laut.
Menurut Pratono, taman nasional itu merupakan habitat bagi dua spesies babi hutan, yakni Sus scrofa dan Sus barbatus (babi berjenggot). Temuan kematian sejauh ini didapati pada Sus scrofa. Belum ada laporan mengenai kematian babi hutan berjenggot. Adapun babi hutan berjenggot kini berada pada status konservasi rentan (vulnerable) menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).