Kalimantan Barat Tetap Mewaspadai Potensi Masuknya Kasus Covid-19 dari Malaysia
Potensi penularan Covid-19 melalui perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat masih diwaspadai. Pemerintah terus memperketat pengawasan keluar-masuk pekerja migran Indonesia di perbatasan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat masih mewaspadai potensi masuknya kasus Covid-19 dari Malaysia di daerah perbatasan. Apalagi, terdapat kasus konfirmasi positif Covid-19 pekerja migran Indonesia yang pulang dari Malaysia baru-baru ini.
Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, Jumat (1/10/2021), mengatakan, hal yang perlu diwaspadai sekarang adalah kabupaten-kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia, baik yang memiliki pintu resmi maupun pintu tidak resmi. Wilayah tersebut perlu dijaga ketat dengan minimal tes antigen atau tes usap (swab) yang perlu terus dilakukan sebagaimana selama ini telah dijalankan di perbatasan.
”Menteri Perhubungan dalam kunjungannya ke Kalbar, beberapa waktu lalu, berjanji akan menambah alat tes cepat molekuler yang bisa dipergunakan di perbatasan,” ujar Sutarmidji.
Setidaknya ada lima kabupaten yang berbatasan dengan Malaysia, yaitu Kabupaten Sambas (batas laut dan darat), Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Kapuas Hulu. Berdasarkan catatan Kompas, selain itu, ada sekitar 50 jalan setapak yang menghubungkan desa-desa di Sarawak, Malaysia, dengan desa-desa di Kalbar.
Sutarmidji menuturkan, tes secara ketat di perbatasan harus terus dilakukan karena tingkat keterjangkitan Covid-19 di Malaysia menurut informasi lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia saat ini. Oleh sebab itu, hal tersebut perlu terus diwaspadai di perbatasan.
Covid-19 di Kalbar hingga kini secara umum terkendali. Agar Covid-19 tidak melonjak, Sutarmidji menekankan pentingnya konsistensi dalam penanganan sesuai protokol tetap yang sudah dilakukan selama ini termasuk di kabupaten/kota.
Upaya pengendalian Covid-19 di perbatasan telah lama dilakukan. Satuan tugas khusus penanganan Covid-19 di perbatasan Indonesia-Malaysia di wilayah Kalbar telah dibentuk pada Maret lalu. Satgas telah bekerja sejak Sabtu (20/3) sebagai upaya pengendalian Covid-19, terutama untuk pekerja migran Indonesia (PMI) yang tiba di perbatasan.
Pembentukan satgas sesuai arahan Ketua Satgas Covid-19 Nasional saat berkunjung ke Pontianak, ibu kota Kalbar, Rabu (17/3/2021). Satgas tersebut dibentuk menindaklanjuti adanya 69 PMI, yang kala itu dideportasi dari Malaysia, positif Covid-19, Kamis (11/3/2021).
Baru-baru ini, ada PMI yang baru pulang dari Malaysia dan menjalani tes usap (PCR). Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalbar Harisson menuturkan, berdasarkan pemeriksaan terhadap PMI di salah satu pintu perbatasan, yakni Aruk-Sajingan, Kabupaten Sambas, per tanggal 29 September terdapat 36 PMI terkonfirmasi Covid-19.
Sementara itu, secara kumulatif hingga per tanggal 30 September kasus konfirmasi di Kalbar secara umum 39.980 orang. Sebanyak 38.711 orang (96,82 persen) sudah sembuh dan 1.045 orang (2,61 persen) meninggal dunia. Kasus aktif sebanyak 224 orang (0,56 persen).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam kunjunganya ke Pontianak, pekan lalu, berpesan kepada masyarakat Kalbar untuk tetap waspada terhadap Covid-19. Sebab, negara yang vaksinasi dosis kedua sudah di atas 70 persen saja tetap bisa terkena Covid-19 dan kasus konfirmasi melonjak tinggi.
Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyarakan dalam menangani Covid-19 tidak hanya vaksinasi, tetapi juga pencegahan menjadi hal yang penting. Protokol kesehatan, pelacakan, dan pengobatannya juga harus baik.
Sambas juga didorong untuk meningkatkan vaksinasi karena memiliki penduduk dan wilayah yang cukup besar. Berdasarkan data Dinkes Provinsi Kalbar, cakupan vaksinasi di Sambas per 30 September mencapai16,30 persen untuk suntikan pertama dan 9,84 persen untuk suntikan kedua dari 446.672 total sasaran.