Banjir Kembali Rendam Aceh Utara, Jalan Nasional Terendam
Banjir di Aceh bukan hanya dipicu hujan, melainkan juga karena kerusakan daerah aliran sungai dan hutan sebagai kawasan penyangga. Selama daerah aliran sungai dan hutan tidak dipulihkan, banjir akan terus terjadi.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·2 menit baca
LHOKSUKON, KOMPAS — Banjir di Kabupaten Aceh Utara menyebabkan ratusan rumah warga terendam dan jalan nasional Banda Aceh-Medan tergenang. Arus transportasi warga terganggu dan ribuan orang terdampak.
Banjir di Aceh Utara dipicu meluapnya Sungai Keureuto dan Sungai Pasee. Kawasan di sekitar kedua sungai itu itu kini dalam keadaan kritis.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Ilyas, Jumat (1/10/2021), menuturkan, sembilan desa di empat kecamatan di Aceh Utara terendam banjir hingga 30 sentimeter hingga 1 meter. Akibatnya, di Kecamatan Samudera, misalnya, ribuan warga terdampak. Sebagian dari mereka harus mengungsi ke kantor desa dan daerah aman. Dua dapur umum telah dibangun untuk melayani kebutuhan logistik warga.
Banjir juga merendam jalan nasional Banda Aceh-Medan. Kendaraan roda dua tidak bisa melintas. Sementara kendaraan roda empat hanya bisa berjalan pelan. ”Ketinggian air di jalan nasional 30-60 sentimeter,” kata Ilyas.
Warga Samudera, Sarina (28), menuturkan, banjir mulai menggenangi permukiman sejak Kamis (30/9/2021) malam. Hujan di hulu membuat dua sungai itu dengan cepat meluap. ”Sebagian warga mengungsi, tetapi ada juga yang menunggu air surut,” kata Sarina.
Banjir juga melanda Aceh Barat dan Bener Meriah. Hujan dengan intensitas tinggi membuat sungai-sungai meluap. Jalan protokol di Kota Meulaboh digenangi air setinggi 30 cm. Di Bener Meriah, satu titik jalan desa amblas sehingga tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.
Data BPBA menyebutkan, banjir, longsor, dan banjir bandang kerap terjadi. Pada 2019, terjadi 126 kejadian dengan nilai kerugian Rp 60,4 miliar. Sementara pada 2020 terjadi 170 kali bencana dengan kerugian hingga Rp 157,9 miliar.
Sebelumnya, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung Krueng Aceh Eko Nurwijayanto mengatakan, kerusakan DAS merupakan salah satu pemicu bencana alam. Di Aceh, 20 DAS primer dalam keadaan kritis. Kawasan itu, antara lain, DAS Keureuto, Pasee, Jambo Aye, Meureubo, dan DAS Teunom.
”DAS sebagian besar kawasan hutan lindung. Namun, di hutan sendiri sudah ada perladangan, perkebunan, dan pertambangan. Ini memicu kerusakan DAS,” kata Eko.
Selama tiga tahun terakhir, total kerugian karena tiga jenis bencana itu mencapai Rp 874,1 miliar. Kerugian itu dihitung dari kerusakan infrastruktur dan harta benda warga.