Pelaku pariwisata di Sulawesi Selatan berkolaborasi untuk kebangkitan sektor pariwisata yang terpuruk selama pandemi. Dengan slogan #keSulselmi dan adaptasi baru, wisatawan diajak datang ke Sulsel.
Oleh
RENY SRI AYU
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Pelaku pariwisata di Sulawesi Selatan meluncurkan slogan atau tagline #keSulselmi (ke Sulsel saja/ayo ke Sulsel) sebagai upaya membangkitkan sektor pariwisata di daerah ini yang terpuruk selama pandemi. Pariwisata akan didorong dan dibenahi, terutama pada aspek kesehatan sebagai adaptasi baru di tengah pandemi.
Peluncuran tagline ini melibatkan 16 organisasi, lembaga, dan asosiasi yang bergerak dalam industri pariwisata. Dengan membentuk Forum Pariwisata Sulsel, seluruh asosiasi yang terlibat akan bergerak bersama untuk mendampingi desa-desa/ destinasi wisata dan mengajak wisatawan datang ke Sulsel.
”Tagline #keSulselmi adalah ekspresi optimisme dari para pelaku pariwisata bahwa industri pariwisata akan bangkit kembali melalui strategi kolaborasi, inovasi, dan adaptasi baru. Bersama seluruh asosiasi, kami akan bergerak bersama, bergerak cepat, menggarap semua sektor potensial. Kami ingin membangun kepercayaan dan mengajak orang untuk datang ke Sulsel,” kata Ketua Forum Pariwisata Sulsel Devo Khaddafi, Rabu (29/9/2021).
Dia menambahkan, membangun kepercayaan akan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan melalui sertifikasi CHSE (cleanliness, health, safety, sustainability) kepada pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Pendampingan akan dilakukan di desa-desa wisata dan destinasi dengan pelibatan masyarakat dan pelaku usaha. Dengan adaptasi baru dan potensi pariwisata yang cukup besar, kebangkitan pariwisata dinilai sebagai keniscayaan.
Selama ini dengan latar budaya yang berbeda-beda, keragaman topografi dan keindahan alam, serta dukungan fasilitas yang memadai, Sulsel menjadi salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi. Toraja, Bira di Bulukumba, Taman Nasional Takabonerate (taman laut), hingga Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung adalah beberapa destinasi favorit selama ini di samping atraksi budaya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulsel Didi Leonardo Manaba mengatakan, industri pariwisata di Sulsel menjadi salah satu sektor yang sangat terpuruk selama pandemi. Sebagian besar usaha pariwisata tutup. Sebagian mencoba bertahan dengan beralih ke usaha lain, tetapi juga tak banyak menolong.
”Tentu kami tak sekadar menjual destinasi atau paket wisata, tetapi kami juga akan membangun kepercayaan bahwa saat ini kami semua berbenah dan beradaptasi. Untuk sementara kami berharap pariwisata bisa bangkit melalui wisatawan domestik. Tentu dukungan pemerintah diharapkan untuk memudahkan orang berwisata terutama terkait perjalanan dalam wisata,” katanya.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Sulsel, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dalam dua tahun terakhir rata-rata di atas 17.000 per tahun. Adapun wisatawan domestik umumnya di atas 9 juta per tahun. Karena itu, wisatawan domestik menjadi sasaran dalam upaya kebangkitan pariwisata di Sulsel.