Kopi asli Magelang kurang populer dan kurang dikenal luas. Kopi ini justru sering kali dibeli, diolah, dan diberi label sebagai kopi daerah lain.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Kopi produksi asli Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, selama ini kurang populer, bahkan di daerah asalnya sendiri. Hal ini, antara lain, dipicu oleh perilaku kebanyakan petani yang tidak cakap melakukan proses pascapanen dan lebih memilih langsung menjual buah atau biji kopi tanpa diolah terlebih dahulu. Akibatnya, kopi itu dilabeli daerah lain.
”Hasil panen yang dijual mentah tanpa diolah tersebut pada akhirnya memberi peluang bagi pembeli untuk mengolah dan memberi label kopi tersebut sebagai produk daerah lain,” ujar Ketua Komunitas Kopi Magelang Anas Begik, Selasa (28/9/2021).
Dari hasil peneluruan dan wawancara dengan sejumlah petani, sebagian produk kopi Magelang tersebut telah dibeli, diolah, dan ada yang diberi label sebagai kopi Temanggung.
Oleh karena itu, untuk menyelamatkan identitas kopi Magelang, pemerintah diharapkan juga bergerak cepat, membantu memberikan pelatihan tentang proses pascapanen kopi kepada petani.
Menurut Anas, kondisi ini terbilang memprihatinkan karena Kabupaten Magelang sebenarnya kaya akan potensi kopi. Berbagai jenis kopi seperti robusta, arabika, dan ekselsa tersedia merata di kawasan gunung, antara lain Gunung Merapi, Merbabu, Andong, dan Telomoyo.
Kurang populernya nama kopi Magelang, menurut dia, jelas terlihat dari pemakaian bahan baku kopi di kafe ataupun kedai kopi.
”Banyak kafe di Magelang saja tidak memakai kopi asli Magelang sebagai bahan baku minuman yang disediakan,” ujarnya.
Komunitas Kopi Magelang adalah kelompok yang terdiri dari pelaku usaha kopi, penikmat kopi, barista, dan petani kopi. Ke depan, untuk mengangkat nama dan identitas kopi Magelang, komunitas ini juga berencana menggelar sejumlah kegiatan sebagai upaya promosi kopi Magelang.
Salah satu kegiatan yang akan digelar adalah Magelang Coffee Fest, 2 Oktober 2021. Bertempat di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, dalam acara ini, Komunitas Kopi Magelang akan membagikan satu juta gelas kopi asli produk Kabupaten Magelang. Jenis kopi yang akan dibagikan antara lain kopi robusta, arabika, dan ekselsa dari sembilan kelompok tani kopi di Kabupaten Magelang.
Ketika semakin banyak kopi terserap, perekonomian petani kopi yang selama ini terguncang karena pandemi bisa terselamatkan.
Tidak sekadar mempromosikan kopi Magelang, Ketua Panitia Magelang Coffee Fest, sekaligus anggota Komunitas Kopi Magelang, Muhammad Arif Setiawan mengatakan, pembagian kopi gratis di kawasan wisata diharapkan juga dapat berdampak lebih luas, mampu menggerakkan kopi sebagai bagian dari pariwisata Kabupaten Magelang.
”Selain sebagai upaya berpromosi, memperkenalkan kopi Magelang yang selama ini belum terlalu dikenal, kami berharap, dengan acara semacam ini, perlahan-lahan kopi produk lokal ini bisa menjadi salah satu ikon wisata di Magelang,” ujarnya.
Setelah dikenal dan menjadi ikon wisata, kopi diharapkan jadi komoditas unggulan, sebagai oleh-oleh khas bagi siapa saja yang berkunjung ke Kabupaten Magelang.
Upaya menggerakkan kopi sebagai ikon wisata ini, menurut Arif, juga akan berdampak positif memperbesar penyerapan kopi Magelang di tingkat lokal ataupun di berbagai kota di seluruh Nusantara.
”Ketika semakin banyak kopi terserap, perekonomian petani kopi yang selama ini terguncang karena pandemi bisa terselamatkan,” ujarnya.
Selain itu, Komunitas Kopi Magelang juga tengah menggagas upaya untuk menyediakan satu hari khusus untuk menikmati kopi Magelang. Ide tentang hari menikmati kopi tersebut saat ini diusulkan dan diharapkan bisa terlaksana di semua dinas, instansi, ataupun semua kantor, unit usaha di Kabupaten Magelang.