Lapak Pasar Johar Semarang Setelah Penataan Kian Sempit, Pedagang Pasrah
Pasar Johar Semarang terbakar pada 9 Mei 2015 dan berdampak terhadap lebih dari 5.000 pedagang. Kini, tiga dari enam blok di Kawasan Pasar Johar telah tuntas direhabilitasi dan dibangun. Pedagang segera menempati.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tiga dari enam blok di kawasan Pasar Johar Semarang selesai direhabilitasi dan dibangun sehingga siap ditempati pedagang. Setelah penataan, daya tampung pasar pun menjadi kian terbatas. Terlebih, dua bangunan di sana merupakan cagar budaya. Dampaknya, para pedagang pun mesti menyesuaikan.
Pengundian lokasi lapak, mulai dari los, kios, hingga dasaran terbuka bagi 3.802 pedagang, yang dilakukan secara daring selesai pada Jumat (24/9/2021). Mereka akan menempati enam blok secara bertahap. Pada tahap awal, Pasar Johar Utara, Tengah (keduanya cagar budaya), dan Pasar Kanjengan yang akan ditempati.
Sejak akhir pekan lalu, sejumlah pedagang Pasar Johar, yang selama ini berjualan di tempat relokasi, yakni dekat Masjid Agung Jawa Tengah, meninjau lapak yang mereka dapatkan. Pada Senin (27/9/2021), sebagian pedagang melengkapi berkas yang diminta Dinas Perdagangan Kota Semarang.
Agustin Handayani (45), pedagang ikan asin, menyatakan belum tahu kapan akan pindah ke losnya di Pasar Johar Tengah sesuai dengan hasil undian. Ia masih menunggu rekan-rekan pedagang agar boyongan bisa dilakukan bersama. Dengan demikian, para pembeli tidak kebingungan.
Menurut Agustin, Pasar Johar kini jauh lebih bagus, tetapi lapaknya menjadi lebih sempit. ”Dulu panjang lapak saya sampai 6 meter, tetapi sekarang paling hanya 1 meter. Padahal, pedagang juga nantinya mesti bawa freezer. Nanti perlu dipikirkan lagi agar bisa muat semua,” katanya.
Agustin menambahkan, sebagian besar pedagang memang kecewa karena lapak yang didapat tak seluas dulu. Ia sebenarnya berharap lapak setiap pedagang dapat diperluas. Namun, jika memang tidak bisa, ia tetap menerima. ”Mau bagaimana lagi,” ujarnya.
Mawati (49), pedagang sayur, juga kecewa lapak yang didapatnya di lantai 2 Pasar Kanjengan lebih sempit ketimbang dulu ataupun saat direlokasi. Namun, jika memang aturan tak dapat diubah, ia tidak masalah. Yang penting, pengunjung Pasar Johar bisa seramai dulu.
”Saya menyesuaikan saja. Misalnya, kalau biasanya siapkan keranjang tomat (sekitar 50 kilogram per keranjang), mungkin nanti jadi dua keranjang saja. Ya, dilihat saja dulu, mudah-mudahan ramai. Kalau sepi, ya ekonomi lesu juga nantinya,” ujarnya.
Sebelum terbakar pada 2015, kondisi Pasar Johar Semarang sangatlah padat. Lapak para pedagang saling berdempetan, yang juga membuat jalur orang-orang melintas cenderung sempit. Namun, setelah direhabilitasi, penataan juga dilakukan. Apalagi, dengan status cagar budaya, kaidah-kaidah konservasi tetap dipertahankan di tengah aktivitas perdagangan.
Sesuai perwali
Sebelumnya, Sekretaris Dinas Perdagangan Kota Semarang Mujoko Raharjo menekankan, setiap pedagang mendapat satu lapak, baik berupa kios, los, maupun dasaran terbuka. Ketentuan itu juga tertuang dalam Peraturan Wali Kota Semarang (Perwali) Nomor 19 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penempatan Pedagang Eks Kawasan Pasar Johar Lama Pasca-Revitalisasi.
Kepala Seksi Pengawasan Sarana Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Semarang Moch Rois Bachrodi mengatakan, pedagang yang sudah ditetapkan mendapat lapak, termasuk yang sudah meninggal dan mewariskan lapak kepada anaknya, diminta mengumpulkan berkas dan ditunggu hingga Jumat (1/10).
”Juga ada berita acara serah terima kios dan los. Jadi, mereka daftar ulang dengan menyerahkan bukti-bukti kepemilikan, lalu mendapat kunci. (Terkait dengan kepindahan), diinstruksikan agar Oktober harus sudah pindah semua,” kata Rois, Senin.
Adapun Pasar Johar Semarang terbakar pada 9 Mei 2015 dan berdampak terhadap lebih dari 5.000 pedagang yang kemudian menempati tempat relokasi di sekitar Masjid Agung Jawa Tengah. Kini, dalam waktu dekat, pedagang akan kembali ke Pasar Johar. Tahap awal, sebanyak 416 pedagang bakal menempati Pasar Johar Utara, 726 pedagang di Pasar Johar Tengah, dan 818 pedagang di Pasar Kanjengan.
Sementara tiga blok lain, yakni Pasar Johar Selatan, basemen Alun-alun, dan Shopping Center Johar (SCJ), masih ditata. Pasar Johar Selatan, misalnya, baru ditarget tuntas pada Desember 2021.