ITB Mulai Kuliah Tatap Muka, Mahasiswa Wajib Sudah Divaksin
Institut Teknologi Bandung memulai kuliah tatap muka dengan memprioritaskan kegiatan praktikum, lokakarya, studio, dan kuliah lapangan. Sementara kuliah teori akan menerapkan sistem ”hybrid” atau campuran.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Setelah 18 bulan menerapkan kuliah daring akibat pandemi Covid-19, Institut Teknologi Bandung mulai melakukan transisi perkuliahan luring atau tatap muka. Selain membatasi kapasitas kelas maksimal 30-50 persen, mahasiswa diwajibkan sudah divaksin minimal dosis pertama.
Pembelajaran tatap muka (PTM) memprioritaskan kegiatan praktikum, lokakarya, studio, dan kuliah lapangan. Sementara kuliah teori akan menerapkan sistem hybrid, campuran antara daring dan luring.
Rektor ITB Reini Wirahadikusumah mengatakan, PTM membuka kesempatan untuk meningkatkan atmosfer akademik. Namun, ia mengingatkan, pandemi Covid-19 belum berakhir sehingga perkuliahan mesti menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Dari sekitar 24.000 mahasiswa ITB, belum semuanya divaksin. Namun, menurut Reini, berdasarkan data survei bulan lalu, lebih dari 70 persen mahasiswa telah disuntik vaksin dosis pertama.
”Vaksinasi ini wajib untuk siapa pun yang masuk kampus. Bagi mahasiswa yang belum (divaksin), itu kewajiban pribadi Anda,” ujarnya dalam penyambutan mahasiswa kembali ke kampus di Kampus Ganesha ITB, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (27/9/2021).
Reini menuturkan, PTM digelar dengan mengikuti regulasi dari pemerintah pusat dan daerah. Penerapannya dilakukan secara bertahap dan akan dievaluasi berdasarkan pertimbangan situasi pandemi Covid-19.
”Kalau kondisinya tidak memungkinkan, ya, akan kami rem. Kami sudah punya strateginya sehingga semua siap ketika ada kondisi yang harus berhenti (kuliah tatap muka),” ujarnya.
Keselamatan seluruh sivitas menjadi hal paling utama. Sekali lagi, PTM ini bukan kegiatan euforia, tetapi benar-benar kita ukur untuk meningkatkan atau membangun kembali atmosfer akademik.
Wakil Rektor ITB Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Jaka Sembiring mengatakan, terdapat sedikitnya 6.000 mahasiswa belum divaksin. Mayoritas karena terkendala komorbid atau penyakit penyerta.
”Jadi, lebih dari 17.000 mahasiswa ITB sudah divaksin. Sementara yang belum divaksin bukan karena tidak mau, tetapi punya komorbid,” ujarnya.
Jaka menuturkan, PTM akan dimaksimalkan untuk meningkatkan capaian pembelajaran. Meskipun aktivitas akademik tetap berjalan selama pandemi, sejumlah kegiatan berbasis praktik tetap terkendala.
”Bagaimanapun, 18 bulan (kuliah daring) ada pengaruhnya terhadap pembelajaran. Oleh sebab itu, kami berupaya meningkatkan kembali yang masih kurang,” ujarnya.
Walaupun PTM telah dibuka, perkuliahan luring tidak dilakukan secara bersamaan. Hal ini untuk membatasi interaksi mahasiswa di kampus sehingga dapat mencegah kerumunan.
Oleh karena itu, pengurus program studi diminta mengajukan kegiatan perkuliahan yang diprioritaskan digelar tatap muka. ”Secara umum kegiatan bersifat experiential learning. Kedua, sidang juga mulai dilakukan luring atau hybrid,” katanya.
Kuliah tatap muka diharapkan tidak disambut euforia oleh mahasiswa. Oleh sebab itu, mereka diingatkan untuk disiplin menerapkan prokes di dalam dan luar kampus.
”Di kampus mungkin (prokes) bisa dijaga, tetapi di luar tidak bisa selamanya. Kami terus menekankan edukasi melalui berbagai jalur, baik pertemuan langsung maupun lewat akun media sosial,” ujar Jaka.
Sejumlah fasilitas pendukung, seperti perpustakaan dan sarana olahraga, juga sudah dapat digunakan dengan pembatasan. Mahasiswa diminta memanfaatkannya dengan bijak sehingga tidak menimbulkan kerumunan.
”Keselamatan seluruh sivitas menjadi hal paling utama. Sekali lagi, PTM ini bukan kegiatan euforia, tetapi benar-benar kita ukur untuk meningkatkan atau membangun kembali atmosfer akademik,” ujarnya.
Puluhan mahasiswa hadir dalam penyambutan kembali ke kampus tersebut. Mereka antusias dapat kembali mengikuti kuliah tatap muka. Salah satunya, Ilham Subandoro, mahasiswa semester VII Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB.
”Sangat senang dan bangga bisa ketemu dosen dan mendapatkan fasilitas secara offline. Ini bisa dimanfaatkan dan dimaksimalkan untuk segala potensi dan kemampuan di kampus,” ucapnya.