Airlangga Hartarto, Ganjar Pranowo, dan Apem Yaqowiyu
Dua sosok yang ramai diperbincangkan dalam pusaran pencalonan presiden pada Pemilu 2024, yakni Airlangga Hartarto dan Ganjar Pranowo, hadir bersama dalam ritual Yaqowiyu. Apakah kehadiran mereka membawa pesan khusus?
Tahun ini, upacara tradisi tahunan pembagian apem Yaqowiyu di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, terasa berbeda. Dua sosok yang sedang ramai diperbincangkan dalam pusaran pencalonan presiden pada Pemilu 2024 turut hadir, yakni Airlangga Hartarto dan Ganjar Pranowo. Apakah kehadiran keduanya menyiratkan pesan khusus?
Matahari siang menyengat kulit di kompleks Makam Ki Ageng Gribig, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat (24/9/2021). Pengemudi ojek daring berbaris rapi di sisi kanan dan kiri jalan menanti diberangkatkan untuk tradisi membagikan apem atau andum apem yang disebut Yaqowiyu.
Tiba-tiba suasana menjadi riuh. Di antara barisan pengemudi ojek daring, ada sejumlah pengemudi ojek daring lainnya yang memacu gas masing-masing sepeda motor mereka. Tampak sosok pria berbadan besar yang membonceng salah seorang pengemudi ojek tersebut. Sesampai di ujung barisan pengojek, si penumpang turun. Ternyata, sosok itu adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Baca juga : Isyarat 2024 dari Silaturahmi Erick Thohir dan Yenny Wahid di Yogyakarta
Airlangga mengenakan kemeja batik berwarna coklat bermotif bunga. Blangkon juga dikenakannya sebagai penutup kepala. Ia tidak datang sendiri. Terlihat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyusul setelah kedatangannya.
Ganjar juga membonceng pengojek daring. Batik coklat dan peci hitam dikenakannya pada acara tersebut. Sorak sorai sekelompok ibu mengiringi kedatangannya. ”Pak Ganjar, Pak Ganjar,” begitu teriak mereka. Sesekali, Ganjar melambaikan tangan kepada ibu-ibu itu.
Selain kedua sosok itu, turut hadir pula KRAy Adipati Pradapaningsih, permaisuri Raja Keraton Surakarta Paku Buwono XIII. Ia datang bersama dua abdi dalem. Salah seorang abdi dalem memayungi sang permaisuri.
Ketiga sosok itu lantas menghampiri pengemudi ojek daring yang berada di paling ujung barisan. Airlangga menyerahkan satu kantong plastik berisikan sejumlah bungkus apem. Ia meminta kepada pengemudi ojek daring tersebut agar membagi-bagikan apem tersebut kepada warga di sekitar Kecamatan Jatinom.
Dengan penyerahan bungkusan apem itu, upacara tahunan Yaqowiyu resmi dibuka. Para pengemudi ojek daring lainnya ikut bergegas membagikan apem yang sedari tadi sudah menggantung di sepeda motor mereka.
”Ini pembagian apem dalam rangka Yaqowiyu. Ini tradisi yang sudah berlangsung lebih dari 400 tahun. Telah dilakukan sejak masa simbah Ki Ageng Gribig. Tentunya, ini untuk berbagi,” kata Airlangga setelah membuka secara simbolis upacara tersebut.
Baca juga : Gerindra Kembali Suarakan Keinginan agar Prabowo Maju di Pilpres 2024
Tahun ini, upacara tahunan tersebut digelar berbeda. Biasanya, acara itu digelar dengan mengumpulkan ribuan orang. Apem dibagikan dengan cara disebar dari panggung tempat penyelenggaraan ritual sebar apem yang jaraknya hanya sekitar 200 meter dari Makam Ki Ageng Gribig. Pandemi Covid-19 yang belum selesai membuat pembagian apem dilakukan dengan cara diantarkan ke rumah-rumah warga menggunakan jasa ojek daring. Total ada sekitar 6 ton apem yang dibagikan tahun ini.
”Sebelumnya ada grebek apem. Dalam Covid-19 ini tidak dimungkinkan. Maka, kali ini diantar ke rumah-rumah,” ujar Airlangga.
Dalam bungkus apem yang dibagikan terdapat selebaran kertas berwarna kuning. Selebaran itu tertulis ”Shodaqoh Apem Yaqowiyu dalam Rangka Haul Simbah Kyai Ageng Gribig Jatinom Klaten”. Tertulis pula nama Airlangga yang disebut sebagai khodimul haul atau pemangku haul.
Sekretaris Umum Pengelola Pelestari Peninggalan Kyai Ageng Gribig Kanjeng Raden Tumenggung Muhammad Daryanto Rekso Budoyo menjelaskan, kehadiran Airlangga berkaitan posisinya yang masih ada garis keturunan dengan Kyai Ageng Gribig. Bahkan, semasa kecilnya, Airlangga disebut kerap mendampingi ayahnya, Hartarto Sastrosoenarto, berziarah ke makam tersebut.
”Paling tidak (Hartarto Sastrosoenarto) berziarah dua kali satu tahun. Pada ruwahan dan saparan. Sejak kecil (Airlangga) selalu ikut datang ke Jatinom,” kata Daryanto.
Daryanto tak menampik bahwa kedatangan Airlangga dimaknai sebagian orang sebagai langkah politik. Lebih-lebih, nama Airlangga sedang santer disebut sebagai sosok yang akan mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2024 nanti. Daryanto membantah kehadiran Airlangga semata-mata untuk kepentingan politis.
”Ini kaitannya dengan dzurriyah (garis keturunan). Kadang-kadang ini salah persepsi. Nuwun sewu, ini tidak ada kaitannya dengan itu,” kata Daryanto.
Begitu pula, Daryanto menyebut, kedatangan Ganjar juga tak terkait kepentingan politik. Ia menyatakan, Ganjar selalu hadir dari tahun ke tahun untuk perayaan tersebut. Hanya tahun lalu Ganjar tak bisa hadir. Itu pun karena acara sebaran apem tidak diadakan mengingat penyebaran wabah sedang tinggi-tingginya.
Ketika ditanya soal Pemilu 2024, Airlangga dan Ganjar kompak menjawab belum memikirkan hal tersebut. Mereka mengaku masih memusatkan perhatian masing-masing untuk penanganan Pandemi Covid-19. Bahkan, Airlangga berseloroh, ”Sekarang masih September 2021,” disambut gelak tawa dari awak media yang menanyakan hal tersebut kepadanya.
Lihat juga : Meneropong Kemesraan PDI-P dan Gerindra
Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada Wawan Mas’udi punya pendapat berbeda mengenai apa yang dilakukan Airlangga dalam acara tersebut. Menurut dia, datang dalam acara kultural, menjadi salah satu upaya tersirat untuk mengenalkan dirinya sebagai seorang kandidat yang akan mencalonkan diri pada kontestasi politik 2024 nanti.
”Acara kultural menjadi simbolisasi alam pikir masyarakat kita. Suatu saat, kalau (pengalaman kultural) itu ingin dimanfaatkan tinggal diaktivasi karena sudah pernah punya memori begitu,” kata Wawan.
Dalam acara tersebut, Airlangga menjadi sosok yang membuka pembagian apem secara simbolis. Hal ini menunjukkan posisinya sebagai salah seorang pemimpin dalam peristiwa kultural tersebut. Lebih-lebih, ada garis keturunan antara Airlangga dan Kyai Ageng Gribig.
Wawan menyampaikan, sepanjang tahun 2021-2022 menjadi momen bagi para calon kandidat potensial untuk memperbanyak interaksi dengan berbagai kalangan. Entah itu kepada akar rumput, kalangan elit politik, hingga tokoh masyarakat lainnya. Dengan demikian, pada 2023, para kandidat nanti akan memetik buah dari komunikasi-komunikasi yang sudah dijalin.
Sebelum menghadiri acara Yaqowiyu, Airlangga menemui kelompok petani dan pelaku UMKM, di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Di sana, ia juga menyalurkan kredit usaha ringan kepada mereka. Sehari sebelumnya, ia juga menjumpai para pelaku UMKM di Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Ada sejumlah spanduk yang menampilkan wajah Airlangga terpasang.
Wawan menilai, pertemuan dengan petani dan pelaku UMKM dapat dimaknai sebagai salah satu ”strategi darat” yang tengah dilakukan Airlangga. Tampak upaya membangun komunikasi dengan kalangan akar rumput lebih awal. Langkah ini dianggap strategis mengingat banyaknya pemilih dari kelompok tersebut.
”Ini sepertinya dia (Airlangga) mulai membangun strategi yang lebih langsung menyentuh. Bertemu dengan masyarakat, bertemu dengan konstituennya untuk mulai mengenalkan diri,” kata Wawan.
Di sisi lain, kata Wawan, ”strategi udara” sudah lebih dahulu ditempuh Airlangga lewat pemasangan baliho. Beberapa waktu lalu, baliho berwarna kuning menampilkan foto Airlangga. Baliho itu disertai kata-kata ”Kerja untuk Indonesia 2024”.
Kedatangan Airlangga dan Ganjar secara bersama-sama dalam acara Yaqowiy menimbulkan spekulasi tersendiri terkait kemungkinan keduanya saling berpasangan. Sebab, Ganjar juga disebut-sebut sebagai sosok yang diduga akan maju mencalonkan diri untuk pertarungan memperebutkan kursi RI 1. Namun, Pemilu 2024 masih panjang. Banyak hal sangat dimungkinkan terjadi.
Wawan menilai, Ganjar juga menjadi salah satu sosok yang punya modal besar untuk ikut dalam pusaran pencalonan presiden. Banyak respons positif yang diperoleh Ganjar dari kalangan akar rumput. Hal tersebut dapat dilihat dari munculnya sejumlah komunitas yang menunjukkan dukungannya terhadap kader dari PDI-Perjuangan itu.
Namun, Wawan mengingatkan, dalam proses kandidasi presiden, di Indonesia, partai politik punya posisi penting. Kelak sosok calon kandidat harus bisa mempertemukan kepentingan yang ada dalam partai politik tersebut. Saat ini, menurut dia, partai politik belum akan terburu-buru menentukan calonnya.
”Kandidat yang punya modal popularitas itu sangat positif dan bisa menjadi nilai tawar politik. Tetapi, pada saat bersamaan, in the end of the process of candidacy, itu tetap partai politik. Partai politik sekarang ini masih belum bisa ditebak,” tandas Wawan.