Penyuntikan Harian Tertinggi Se-Indonesia, Vaksinasi Jabar Masih 39 Persen
Meski penyuntikan vaksin Covid-19 di Jabar mencapai 300.000 dosis per hari, capaian vaksinasinya masih 39 persen untuk dosis pertama dan 20 persen untuk dosis kedua. Dibutuhkan pasokan 15 juta dosis vaksin per bulan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Rata-rata penyuntikan vaksin Covid-19 di Jawa Barat dalam sepekan terakhir di atas 300.000 dosis per hari sehingga menjadi yang tertinggi se-Indonesia. Namun, capaian vaksinasi di provinsi itu masih 39 persen untuk dosis pertama dan 20 persen untuk dosis kedua.
Hal itu disebabkan sasaran vaksinasi di Jabar mencapai 37,9 juta orang yang juga terbanyak dibandingkan dengan 33 provinsi lainnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan lewat laman vaksin.kemkes.go.id, Minggu (26/9/2021) pukul 18.00, capaian vaksinasi dosis pertama di provinsi itu sekitar 14,9 juta orang dan dosis kedua sekitar 7,6 juta orang.
Stok vaksin di Jabar saat ini 6,4 juta dosis yang diperuntukkan bagi 27 kabupaten/kota. Vaksinasi ditargetkan rampung pada akhir Desember 2021 untuk membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, kecepatan rata-rata harian vaksinasi di provinsi itu menjadi yang tertinggi di Indonesia dengan 311.000 dosis per hari. ”Jadi, kalau pakai jumlah dosis, Jawa Barat itu paling banyak se-Indonesia,” ujarnya.
Akan tetapi, Jabar mesti meningkatkan kapasitas penyuntikan vaksin hingga 450.000-500.000 dosis per hari. Sebab, hanya tersisa waktu sekitar tiga bulan menuju target penyelesaian vaksinasi pada akhir 2021.
”Pemerintah pusat, tolong agar Jabar dikasih 15 juta dosis per bulan. Harusnya di sisa waktu Oktober, November, Desember, tugas bisa selesai, asal jangan macet,” ujar Emil, sapaan Ridwan Kamil.
Selain masih banyak warga yang belum divaksin, capaian vaksinasi di Jabar juga timpang. Cakupan vaksinasi dosis pertama di Kota Bandung mencapai 82 persen, tetapi di Kabupaten Tasikmalaya masih 17 persen.
Ketimpangan yang sangat besar ini disebabkan berbagai faktor, seperti tidak meratanya pasokan vaksin dari pemerintah pusat serta dukungan fasilitas dan tenaga kesehatan. Rata-rata kapasitas vaksinasi di Kota Bandung pekan lalu sekitar 21.300 dosis per hari. Sementara di Kabupaten Tasikmalaya hanya 4.600 dosis per hari.
Pasokan vaksin ke kabupaten/kota ditentukan oleh pemerintah pusat melalui Kemenkes. Peningkatan cakupan vaksinasi dilakukan melalui kolaborasi dengan sejumlah pihak, di antaranya TNI, Polri, perguruan tinggi, pelaku usaha, dan komunitas.
Sementara itu, vaksinasi dosis pertama bagi penyandang disabilitas di Jabar telah mencapai 61.438 orang. Jumlah itu melampaui target 60.824 sasaran penyandang disabilitas. ”Tugas sudah dilaksanakan dengan baik. Kita telah melebihi target, izinkan kami subsidi silang. Yang kurang di sini kita ambil dari mana, yang penting semua mendapatkan vaksinasi dengan lengkap,” kata Emil.
Sementara itu, Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia menyebutkan, Jabar mendapatkan alokasi 121.648 dosis vaksin untuk 60.824 penyandang disabilitas. Secara keseluruhan, vaksin yang disiapkan untuk penyandang disabilitas di Indonesia sebanyak 450.000 dosis produk Sinopharm.
”Jujur vaksinasi ini tantangan sangat luar biasa, khususnya untuk penyandang disabilitas. Mereka memiliki kerentanan dengan disabilitas yang sangat beragam,” kata Angkie.