Pembaca ”Kompas” Salurkan Bantuan untuk Seniman di Cirebon
Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas atau DKK memberikan 200 paket bantuan kepada seniman di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Bantuan tersebut merupakan kali ketiga selama pandemi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas atau DKK kembali menyalurkan bahan kebutuhan pokok dan vitamin di Cirebon, Jawa Barat. Bantuan pembaca Kompas kali ini diberikan kepada seniman untuk mengurangi beban mereka saat pandemi Covid-19.
Sebanyak 200 paket bantuan tersebut diserahkan Angela M Octiana, Store Manager Gramedia World Cirebon, kepada Daniel Adenis, perupa yang mewakili komunitas seniman di Cirebon, Jumat (24/9/2021) sore. Acara digelar di Gramedia Cirebon dengan protokol kesehatan.
Paket berisi bahan kebutuhan pokok, seperti beras, tepung terigu, gula, dan ikan sarden kemasan. Selain itu, ada juga vitamin dan 2.000 masker. Bantuan tersebut diharapkan meringankan beban seniman saat pandemi Covid-19.
”Kami, Kompas Gramedia, tidak henti-hentinya menjalankan komitmen kemanusiaan melalui wadah Dana Kemanusiaan Kompas. Saat ini, kami terpanggil memberikan perhatian khusus kepada seniman yang terdampak pandemi,” ujar Octiana.
Pemberian paket tersebut, lanjutnya, juga menunjukkan Kompas Gramedia memiliki hubungan erat dengan seniman di daerah, termasuk Cirebon. Sebelumnya, bantuan serupa disalurkan ke seniman jegog di Jembrana, Bali.
Di Cirebon, distribusi bantuan pembaca Kompas sudah kali ketiga selama pandemi. Bulan lalu, 100 paket bantuan diberikan kepada jemaat dan warga di sekitar Gereja Santo Yusuf Cirebon.
Tahun lalu, sebanyak 200 paket kebutuhan pokok diberikan kepada komunitas Tangan di Atas (TDA) Cirebon. ”Semoga Kompas Gramedia bisa terus menyalurkan bantuan untuk kemanusiaan,” ucapnya.
Daniel mengapresiasi bantuan DKK kepada seniman di Cirebon. ”Kami mewakili teman-teman seniman sangat terbantu. Selama pandemi, seniman itu ibaratnya mati kutu, terutama dalam hal finansial,” ucapnya.
Daniel, misalnya, sejak pandemi tidak lagi memberikan les privat seni rupa. Sekolah tempatnya biasa mengajar juga tidak menerapkan pembelajaran tatap muka. ”Sebelum pandemi, saya mengajar tiga les privat. Sekarang hanya satu,” ujarnya.
Paket dari Kompas Gramedia ini menyemangati kami untuk terus berkarya.
Padahal, pendapatan perupa sepertinya bertumpu pada les privat. Apalagi, pameran yang diharapkan jadi wadah penjualan karya saat pandemi digelar secara virtual. Itu pun hanya empat kali dalam dua tahun terakhir.
Iskandar Abeng, perupa Cirebon lainnya, mengatakan, orangtua khawatir anaknya yang les seni rupa akan tertular virus tak kasat mata tersebut. ”Akhirnya, les off (berhenti). Sebelumnya, ada tujuh les yang saya pegang. Sekarang cuma satu. Itu juga karena mau masuk universitas,” katanya.
Abeng mengaku baru satu kali menerima bantuan dari pemerintah selama pandemi Covid-19. ”Bantuannya dari Pak Presiden (Joko Widodo). Paket dari Kompas Gramedia ini menyemangati kami untuk terus berkarya,” ucapnya.